tag:blogger.com,1999:blog-44720806258283769192024-02-20T13:42:29.859+07:00INSTITUTIOBobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.comBlogger55125tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-17170437138243876022012-11-23T20:22:00.000+07:002013-02-03T11:40:35.527+07:00Teologi Postmodern dan Teori Dekonstruksi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
Jika Tuhan sudah mati, maka keyakinan bahwa tidak ada realitas terakhir atau kebenaran abadi menjadi suatu keharusan filosofis. Seorang tokoh yang mempercayai pada hal ini, Derrida menyimpulkan lebih lanjut bahwa kata-kata dan kalimat tidak memiliki makna yang melekat. Dia bersikeras bahwa manusia mengkonstruksi realitas melalui penggunaan bahasa. Dengan kata lain, saat kita membaca halaman ini, kita akan membangun makna sendiri dibentuk oleh budaya dan pengalaman hidup. Yang dimaksud penulis adalah dengan demikian "mendekonstruksi" atau diubah oleh pembaca. Dengan kata lain, makna penulis menjadi tawanan pembaca. Seperti Ward mengatakan, "Dekonstruksi adalah [sastra] metode membaca yang secara efektif mengubah teks terhadap diri mereka sendiri." <span style="font-size: xx-small;">1</span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQ6fxYorfaTSEr6gWIro9Hq-0CIxBWDvEi6yqK-v-6dRDhlTVVVVWFgcYz0rrCeRxqjWmfKgLu0az1JBrAfGAtVIgq5ke9AOJ0t3x4hAWa329aGUHcqkTDWbcIJsw22UmRnJNJ19LVGUI/s1600/Jacques+Derrida.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQ6fxYorfaTSEr6gWIro9Hq-0CIxBWDvEi6yqK-v-6dRDhlTVVVVWFgcYz0rrCeRxqjWmfKgLu0az1JBrAfGAtVIgq5ke9AOJ0t3x4hAWa329aGUHcqkTDWbcIJsw22UmRnJNJ19LVGUI/s200/Jacques+Derrida.jpg" width="173" /></a></div>
Misalnya, menurut teori Derrida dekonstruksi, Alkitab hanyalah sebuah buku yang ditulis oleh orang-orang yang terkunci dalam budaya mereka sendiri, pengalaman, dan bahasa. Dengan demikian, para penulis Alkitab menulis tentang pengalaman mereka sendiri subjektif, tidak berkomunikasi kebenaran obyektif atau kekal tentang Tuhan dan kemanusiaan. Oleh karena itu, ketika seseorang membaca Alkitab saat ini, ia membawa kotak penafsiran pribadi untuk teks. Sehingga teori dekonstruksi dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana budaya dapat membaca Alkitab dan melanjutkan ke pembantaian ras lain, sementara budaya lain membaca Alkitab rumah sakit yang sama membangun, sekolah, panti asuhan, dan tempat penampungan tunawisma.<br />
<br />
<b>Postmodern Theology - Teologi "Kematian Tuhan" </b><br />
<br />
Teori Derrida dekonstruksi dipengaruhi sekelompok teolog di Inggris tahun 1960. Uskup John A.T. Robinson dalam bukunya <i style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Verdana, Helvetica; font-size: small;">Honest to God</i> berusaha menjelaskan apa artinya menjadi seorang Kristen dalam dunia <i>postmodern</i>. Kelompok ini kemudian dikenal sebagai teolog "Kematian Tuhan". Menurut Graham Ward, para teolog ini <span style="font-size: xx-small;">2</span> melihat "potensi dekonstruksi [Derrida] untuk melanjutkan proyek mereka mengumumkan akhir dari teologi [kematian Tuhan]." <span style="font-size: xx-small;">3</span><br />
<br />
Teolog "Kematian Tuhan" diikat ke ide Derrida bahwa kata-kata hanya mengacu kata lain dalam pengaturan tekstual dan tidak dapat digunakan untuk menggambarkan realitas eksternal seperti Tuhan. Oleh karena itu mereka menyatakan bahwa Allah bukanlah Yang Mahatinggi yang secara harfiah "di sana" di surga suatu tempat, tetapi sebaliknya kita harus berpikir tentang Tuhan sebagai "luar sana" dalam arti spiritual. Tuhan adalah "ada" ketika kita mencintai orang lain, dan ini menjadi pesan utama Kristen. Dalam pengertian ini, konsep tradisional tentang Tuhan berkuasa atas ciptaan-Nya adalah <i>lifeless</i>.<span style="font-size: xx-small;">4</span><br />
<br />
Alister McGrath dalam <i>The Twilight of Atheism</i> berbicara tentang hubungan antara postmodernisme, ateisme, dan dekonstruksi. Dan dia mengatakan, bahwa "banyak penulis postmodern adalah ateis (setidaknya dalam arti tidak aktif percaya pada Tuhan). Gagasan dekonstruksi tampaknya menunjukkan bahwa gagasan tentang Allah harus dihilangkan dari budaya Barat sebagai permainan kekuasaan pada bagian dari gereja-gereja dan dengan kepentingan pribadi dalam kelangsungan hidupnya."<span style="font-size: xx-small;">5</span> Derrida juga seharusnya melihat bahwa kekuatan Barat, karena keyakinan mereka pada keberadaan Tuhan, pergi dari tepi menuju kekerasan. Namun, gagasan ini jauh dari dasar, three (tiga) "isme" dari abad ke-20 bertanggung jawab atas pembantaian 10 juta orang <span style="font-size: xx-small;">6</span> (Komunisme, Nazisme, dan Fasisme) tidaksama dengan teisme dan kekristenan. Sebagai faktanya, ketiganya di dasarkan pada hal ateisme, evolusi, dan sosialisme yang sangat postmodernisme.<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><b>Sumber :</b></span><br />
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">1 See Glen Ward's, <i>Teaching Yourself Postmodernism</i>, (Chicago, IL: McGraw-Hill, 2003), 211.</span><br />
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">2. Besides Robinson, other "<i>Death of God</i>" theologians included William Hamilton, Thomas J.J. Altizer, mark C. Taylor, Robert Scharlemann, Charles Wnquist, Max Meyer, and Carl Raschke.</span><br />
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">3. Graham Ward, "<i>Decontructive Theology</i>". Cited in Kevin J. Vanhoozer, ed., <i>Postmodern Theology</i>, (Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2003), 76.</span><br />
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">4 <span style="color: #222222;">Http://www.allaboutworldview.org/postmodern-theology-and-the-theory-of-deconstruction-faq.htm</span></span><br />
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><span style="color: #222222;">5. A good example of "Death of God Theology" dapat ditemukan di Mark C. Taylor, "<i>A Postmodern Theology"</i>, in Cahoone, <i>From Modernism to Postmodernism</i>, 435-436.</span></span><br />
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><span style="color: #222222;">6. Alister McGrath, <i>The Twilight of Atheism",</i> (New York, NY: Doubleday, 2004), 227.</span></span><br />
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><span style="color: #222222;">7. R.J. Rummel, <i>Death By Goverment</i>, (New Brunswick, NJ: Transaction Publishers, 1994).</span></span><br />
<br />
<br /></div>
Bobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-70319880712617680222012-03-19T02:00:00.001+07:002012-03-19T02:13:27.852+07:00Oscar Cullmann<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<div style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;">
<span style="font-size: small;"><span class="longtext"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">Oscar Cullmann (1902-1999) lahir di Straussburg,
Jerman. </span><span title="He studied classical philology and theology at Strassburg seminary.">Ia
belajar filologi klasik dan teologi di seminari Strassburg. </span><span title="In 1926 he accepted an assistant professorship at Strausburg Thomasstift, a position previously held by Albert Schweitzer.">Pada
tahun 1926 ia menerima jabatan asisten dosen di Strausburg Thomasstift, posisi
yang sebelumnya dipegang oleh Albert Schweitzer. </span><span title="In 1930 he was awarded a full professorship of New Testament, and in 1936 he began to teach the primitive church history as well.">Pada
1930 dia memperoleh jabatan sebagai guru besar dalam bidang Perjanjian Baru, dan pada
1936 ia mulai mengajar sejarah gereja </span><span style="line-height: 115%;">mula-mula</span><span lang="IN" style="line-height: 115%;">.
</span><span title="An offer from the world-famous Basel Reformed Seminary in 1938 gave him the opportunity to combine those two fields of interests more closely.">Tawaran
dari </span></span></span><span style="font-size: small;"><span class="longtext"><span title="An offer from the world-famous Basel Reformed Seminary in 1938 gave him the opportunity to combine those two fields of interests more closely.">Seminari Reformed Basel yang merupakan salah satu </span></span></span><span style="font-size: small;"><span class="longtext"><span title="An offer from the world-famous Basel Reformed Seminary in 1938 gave him the opportunity to combine those two fields of interests more closely.">seminari terkenal di dunia</span></span></span><span style="font-size: small;"><span class="longtext"><span title="An offer from the world-famous Basel Reformed Seminary in 1938 gave him the opportunity to combine those two fields of interests more closely."> pada tahun 1938 memberinya
kesempatan untuk menggabungkan dua bidang minatnya lebih dekat. </span><span title="In 1948 he accepted a position teaching theology in Paris while he continued at Basel.">Pada
tahun 1948 ia menerima posisi sebagai pengajar teologi di Paris sementara ia masih tetap tinggal di
Basel. </span><span title="He retired from both in 1972, becoming a member of the Institute of France, where he continued to be a prolific theological writer.">Dia
pensiun dari kedua seminari tersebut pada tahun 1972, menjadi anggota Institut Prancis, di mana
ia terus menjadi penulis teologi yang produktif.</span></span></span></div>
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><a href="data:image/png;base64,iVBORw0KGgoAAAANSUhEUgAAAIUAAACiCAIAAADgEZnlAAAgAElEQVR4nHSd51ObaZb2+Wu26q3aqZnu3m5HkgGTc84554wESOQgghCIIESQQGQQSAIkcs4ZTLDdNu7xTE/cqqnaqq3ab++Hn/2Md956nw8uHDDwnPuE6zrXObdVYWFhaWlpWVlZYWFhfn5+cXGxWCwWiUTl5eXl5eWlpaVFRUV5eXm5ubkFBQUlJSVisTgtLS0vL08sFjc2NhYUFNjb27u6urq6ujo5Ob18+dLFxcXLy8vV1dXHx8fLyys0NNTX19ff3z80NDQ0NDQyMjIyMtLf39/f3z86OjohISE8PDwwMDAkJMTb29va2trDwyM4ODg6OjowMNDLyys6Ojo+Pt7T0zMqKsrBwcHT05PPio6O9vPz8/Pz8/LysrOz8/f35/8JCwuLjIyMjY3NyMhISUmJjo6OioqKiorinzk5OcXFxfn4+Dg5OXl4eAQFBQUHB4eFhcXExPj6+mZlZVVXVxcVFRUXFzc2NnZ0dIyNjWk0Gr1ebzAY5ubm5ufn5+bm9Hq92WxeXFycnp6enZ01GAxjY2Ojo6PCxxMTE5OTk4ODgwqFQqlU9vb2KpXKpqam2traxsbGxsZGiURSXl5eUVEhEonEYrFMJhOLxSUlJSUlJVYFBQVisbi0tLS4uLiwsLC4uFgkEmGV0tLS0tLSkpKSwsJC4a/EYnFWVlZBQUFxcXFNTU1ubq6dnZ2jo6OTk5OTk5Otre3r16+dnZ3t7e09PDy8vLy8vLycnJxcXFx8fX2DgoIiIiJCQ0Pd3d2jo6MDAgJ8fHwCAgJ8fX1fv37t6Ojo6urq5+cXEBDASwwICAgMDORTIiMj7e3t3dzceN3h4eE+Pj5BQUFBQUFubm7x8fGpqakhISExMTEZGRkZGRk5OTlSqbS0tDQrKyshIcHX19fBwcHZ2dnPzy8kJMTf39/V1dXb2zsiIiI4OPj169eBgYEZGRkVFRX87A0NDW1tbaOjoxMTEzMzM3q9fmZmZmpqilc/MzMzNzc3Pj4+Pj4+MTExPDw8ODg4PDw8Ojqq1Wq1Wu3IyIhGo+no6MAeXV1dLS0tdXV1DQ0NjY2NVVVVVVVVNTU15eXlIpGoqqqKs/7FHpz64uJijkZJSUlRUVFJSQlvH/Pw55gxLy8PZ5JIJJmZmXZ2dnZ2di4uLp6enq6url5eXu7u7s7Ozrx9Hx8fd3d3Pz+/0NDQ4ODgkJCQ4OBgLy8vjiQvxdvb28HBwc7Ozs3NLTg42N/fPyIiIjExMSQkxNPTMzAwMC4uLioqytHR0cPDIywsLCwsLCAgwMPDw9/fPygoyN3dPTY2NjExMSAgID4+Pj8/Py0tLTw8nG84KysrPT09LCyML/H8+XNfX9+wsDAfHx9fX18cyMvLKzIyMiMjg5AgkUjq6+tbWlpGR0cNBgPnfWZmZnx8XKfTjY6OTk5Ozs/PGwyG6enp6enpmZkZLDE6OqrRaPr6+rBKZ2dnW1ubUqns6OhobGysrKysqKioqKgoKysrKysrLS3Nz8+vqqqqq6sTi8UYyYoXjXMUFBRgCYzx7Z8XFhbyVwUFBfw2NzdXJBKlpaW9evXKzs7O3t4e/3B0dHz9+vXr16+DgoJ4C87Ozpx0FxcXZ2dnHx8fPz8/IhivlVfj7OxsY2MTHBxM2ImKigoODvbx8QkMDOStubu7+/v7BwcHBwQE+Pv7e3h4eHp6xsXFhYWFxcbGxsfHx8bG5uXliUSi9PT0+Pj4wsLCrKyslJSU4uLi7OzswMBADw8PR0dHf3//mJiYmJiYoKAgvo24uLjExMTMzEzCSE1NTUNDQ3Nz8/j4uMFg0Ol04+PjRqNxZmZmcnJydnZ2bm5ucXFxcXFxdnZ2dnZ2cXFxZmZmeHgYg6nVao1GMzw83NXV1dTU1NTUJJPJsEdpaanwYvPy8tLT08vLy6uqqsRisVQqlUqlVkSq/Pz8vLy8vLw83IWMIhKJCgoKcnJysrOzc3Nz8/Pz+S324CdPSUlxdHR0cHAgZD1//tzW1tbJycnV1ZVAhD18fX19fX2dnJycnZ0DAwPDw8Pd3NyioqJCQ0NxkaCgIFdX1xcvXmAMLOHv7483BAUFkWBCQkKCgoICAgIiIiKwZVJSUlpaWkJCQkxMTFJSUlZWVlZWVlJSEj6dlJQUHx/PqcLJSGAxMTGxsbEhISE+Pj5hYWHp6elpaWk5OTmCMWQyWWtr6/T09OTkpFarnZiYEJKHwWCYnZ3FM0ZHR8fHx2dnZ8fGxvr7+4eGhoaHh3t7ewcGBoaGhrBHY2NjfX29TCarra0tLy8Xi8XkZl67WCyura2trKyUSCQSicSqvLy8qKgoNzc3Ly+PN04AJbTl5+fn5OTk5OTkfn2ys7OFdFJeXp6YmOjk5PT69WtOq52dnYODg6urK3HGw8MjMjIyKCgoMDAwICDA09PTx8cHD/Dy8goPD/f393d2dvb09OTkvn79WnjXbm5uHGT+Bz49LCwsIiIiKioqJSUlKirK398/Pj4+MzMzNTWVVx8TE5OYmJiUlEQKycrKys3NJcxmZ2eTWnCaqKiosLAwqoPExMSUlJTc3FzCOq9PLpfPzMyMjIyMjo6Suqenp6empsgiU1NTExMT2GNycnJ4eHhgYECr1Wo0GpVK1d/fPzg42NXV1dbWJpfLZTJZVVVVZWUleQF7iEQiYiMOVF1dXV1dbSUWi/Pz83NzcwsLC0ndRC3SBmGK1IJtqMGKi4ulUmlVVVVcXNyrV6+cnZ3J5La2tqR3fMLNzS0mJiYwMNDPz8/X1xd7+Pn5eXh4ELsDAwNJOW5ubk5OTj4+PiEhIaGhofz7sLCw8PDw8PBwyjBPT8+IiIiUlJTMzMzMzMyoqKigoKCUlBReZXl5eVZWVkZGBmEhLS2NiqO6urqsrKyioqKyspJQXFNTU1NTk5+fn5ycnJqampKSEhcXFxsbm5OTU11dXVlZWVVVVV9fL5fLp6amhoeH5+bmDAbD5OTkxMTE1NQUH8zPzxO4jEbj1NTUyMgIltNqtQMDAxqNpr+/n8zR3t7e0NBQWVlZXV1NvUrUKiwsFIvFYrGYv6qsrKysrLQqLi7GOUQiUVlZGdVtXl5eUVERCQMb8le5ublCQVxTU1NbWxsdHW1nZ/f69etnz545Ozu/fv3a1dXVzc2NDEmoobIiCkVERBDovb29U1JSYmNjvby8SCceHh5+fn54g5+fX0RERGxsbEBAQHBwcH5+fkpKio+PT1RUFB6ckZFBIomPj/f19U1KSqqurubb6+rqqqmp4cTw3uPi4nJycsrLy/H1urq67u7utra2srIy6viysrLw8PCsrKyqqioOb01NTUtLy8TEhE6ns1gsi4uL+IHBYDAYDEajcXl52WAwzM/PLy4uUmKNjY1hkpGREZ1O19fXp1AoOjo6FAoF/5tCoairq5NIJFKpVCwWFxYWlpWVVVVVVVdX19XVUQpbVVVVcfxxjqKiosLCwrS0NPE3T+k3T0lJiUQiqa2tra6urqmpCQwMtLa2dnR0fP78OY7i7Ozs5ubm6+sbGBjo7+/v6OhIeiAoxcbGpqWlhYWFubu7p6WlpaamkuqDg4N9fX0pw1JTU0kbsbGxgYGBUVFRJOTIyMi0tDQ8ODMzE3unpaWlpaUlJiYWFxcTZNrb22tra9vb2zs7O1tbWyUSiVgs5vSUlJTk5+eLRKKWlhYAQVVVlUgkqqysJJpXV1c3NjbKZLKWlpaenp75+fmRkRG9Xo83TE1NUeniMSaTaX5+fn5+3mg0CtFsaGhocHBwcHBQrVZ3dnZ2d3crlcra2trm5maZTNbc3FxbWysSiXiH5eXl1dXVtbW1LS0ttbW1DQ0NVtXV1bxxiURSWlpKwZeTk/P/swe1Wnl5ObYNCQmxtbV99erVixcv+ICqNCgoKDQ0FKAXHBxMsRsYGBgbG5uenp6YmAiojIuLCwgIAPSFhoaGhYWFhoYmJSVFRERwqFNTU8nDiYmJsbGxYrG4urqamjs7O1skElVXV0skErJaRUVFXV1dW1tbc3NzTU1Nc3NzU1OTVCoVHL24uBgX4UeoqKgghpBdCWW1tbV1dXUymay9vZ3yaWFhYWFhQa/XU/jy3ufm5mZnZ8ElQJOJiYmxsbGxsTFCVnd3d2tra0dHhwA+6uvr6+vrgYHl5eXkcL4Nqq/q6mqr0tJSIkBZWRmvXiQSZWdnf2uDb20jkUhEIhFuVFFRERoaSrFLsHJ0dHR0dARw+Pv7+/j4xMTE+Pn5kTY8PT29vLwwDxUdRW1SUlJCQkJISEh4eHhkZCTFUkJCArVcZmZmeHg4GTgvL6+iooKjQ+FXW1srnLjq6ur6+vrOrw8JVqVSYZ66ujq5XI7xkpOTExMT+d84gvHx8dRXFRUVAOmmpiYB+s3Ozk5MTIyPj8/MzAhmIJ8DyKl0NRpNZ2dnR0dHZ2enQqHAAA0NDWSvurq6qqoq4VhzDnCRlpYWjoJVQUEBh4v3zq85OTn/P3sIyLGwsFAikQQHB+MWUCYuLi4uLi5ubm7e3t7+/v6BgYFJSUm4SEREREhISEhISHR0NFVTampqfHw8GSU8PNzb2zswMJBilCo2JSWF740EHh4enpSUlJeXV1paWlNTU1ZWVlJSUltbS3FSV1fH0SZKtLW1dXV19fT09PT0dHR0UL8ODAwolcrm5mapVJqZmZmcnEwkqKqqSkxMLCgoIK/W19c3NTU1NzePjIyMj4+Tw8fGxrAHKGRiYmJkZGR4eHhkZAR7aLVaqJGOjg6VStXT09Pc3ExWqK6urqqqIqtzpknsZWVleHltbS2v2oq4WVpaWllZKZVKyfLkdmwo2EMkEoFIBGeSSCT+/v7kD2tr61evXrm4uLi7u3t6epKZOYaxsbEJCQnJycmUodnZ2UlJSQEBARkZGZmZmWAx0Fl4eHhsbGxUVFRmZiZpLC0tja8ImuU4cxSamprUarVare7v7xdqSolE0tzc3Nra2t3d3dPT09XV1d/fPz4+ToW6trY2NTW1srKyurqq0+lqa2uLiorAYvwqk8kwBnmI944NhHA0NDSkVqtHR0d1Oh1QkWCl0Wi6u7v7+vq6urq6uro6OjoaGhrA+c3NzQ0NDU1NTURXKkCYqszMTOgZXrhVQUEBSFsqlZaVlWES8IdgEsEY4HOxWMx7kUgkfn5+1tbWr1+/trGxcXBwcHd3B2yTFdLT09PT04ECmZmZYK6MjAySdmlpaWFhYUpKSk5OTl5eXlpaGswYUDkvL49PFCqlmpqa7u7ujo4OIEJzc3N3d7dWq9XpdCqVqru7W6FQNDQ0tLa2ymQykmpnZ6dKpeK1jo+Pm83m/f39+/v79+/f39/fHx4e6vV6hUJBxZ+ZmVlZWdna2trW1tbe3t7e3j48PDw8PDw5OanX66emprDr8PBwX18fRRTOASIZHBzEHfl0nJLCCavIZLKamhp4EX52nKGmpkapVNbX19fW1lqRGKmFqWXJEIS2b+1B8c6f43FSqTQwMBDk4erqSmXl7+8fEhIC4ZGQkMA/BuxUVVU1NjbW1NTk5ORIJBKqUmKjSCSi5haJRJghOzsbh6ipqQHcSqVShULR09PT29tLpG5paQEV9/f3j4yMQMcODQ2pVKqxsbHp6WmtVtvf38+r1Gq109PTBwcH19fXb968+f3vf//3v//906dPGxsbHR0dxcXFcXFxJSUlcrm8tbW1tbW1vb0dmA1HMj09PfH1obQVHp1OR1nV19fX19enVCp7enpI6QqFQi6XNzY2kiHAmxUVFUBUYkB5eXlrayt50Yo/FYIa746/+3/tUVxcXFdXx39XXFxcUVERFhb26tUrCJJXr145ODj4+voCknnIXfX19QqFQqVSAWh7e3tJcUIeys/PT09PF4lEycnJaWlpfLnKykqFQsHb6e3tbWlpITeoVKrh4WG1Wt3R0QHJOjAwMDIyArVnMpmmpqZ0Oh1IbXR0FO5vamrKbDZPT0/v7e1dXFy8e/ful19++fz58x/+8IebmxudTkeQIPnX19d3dXWBzAEZkCIk8NHRUXDG8PCwRqMZGBgYGBgYHBzUaDTQ7HK5vKOjg6oaz2hqagJ51NbWUoIDQVJSUsrLy+Vy+Rd7kMM5xd8+/2IMofDNz88vKyuDqszNzfX19bWxsaGsgi709/fPzMwsKirKzMxMT08vKytrbm5WKpUE2bm5OZIkcAzAT01RVFTEUSgtLa2oqJDL5WRFDKBUKru7u3nvBI2BgYHe3l4SA82JhYUFk8nEWV7++iwtLZnNZkwyNzc3PDxsNBo3Nzd3d3ePj4/v7+8/ffr0yy+//PLLL9vb2wqFQiQS1dfXU6fiW5OTk9h1eHjYYDAsLi7ifHwbWq22r68Pr9VqtUqlkiDZ29srl8tJaQRbqVQqkUiqqqoqKiog0cVicUZGBu0WAo9V8TePwLF/S0MWffPwzwT7FRQUBAUF2dnZ4RneX5+YmBjY+IaGBkqg1tbWoaGhsbExg8FAWK+pqRHQGSwbZgAoKRQKtVrNz4k9NBoNfQVwMg/RY3p62mg0ms1mDGCxWMxm89bW1ubm5vr6+urqqsViMZlMEOYmk8lisaysrCwvL6+vrx8dHWGSP/3pT4+Pj1tbWxqNprW1tb6+vq2tbXh4eGZmBkwu0CRLS0v8iVDyDgwMdHZ2Eqa6uro6OztJ6a2trcSouro6gYnhzFEZ5efnAy1qamo48VZEDFh0cNP/aw8IREwiOI1EIikuLg4NDcUY0CRQsBSs1dXV8A1CrK+pqSHlVlZWNjc319fXg04pRvFuzqbAzQ0MDPT19fX29hLoBAMYDIaFhYXFxUVwssViWV1d3djY2Nzc3NjY2NjY2N7exiTb29vb29vr6+tms9lgMGCtxcVFs9lssVjW19ePj4/v7u4+fPjwn//5n3/961/Pzs4mJibgAQcGBsbGxoxGo9AEBKLD8s7MzAgEcFdXV3t7Oybp7Oxsb28n0jY0NIAEKysrKcerq6tplBUUFEB3SqVSAGlxcbGV4AEkc6Gm+pfMQabFVAK4LS4uDg4OpsyFKwwLC0tNTS0oKJBIJEqlcnp6WqVSdXV19fb2krJokLW0tLS3t3N8IPuamprA1Z2dnf39/fRzdDodFiUuQbJSfULkzc3NUbyur69vbm5ufX02Nzf39/f39/cPDg6Oj49PT08PDw83NzeXl5dBcwsLCxhvZWVlfX19f39/Z2fn7du3f/3rX3/99debmxuLxTI4ONje3q7Vagl0QsLQarUUWgK5y3cI3IEgUSgUbW1tbW1tLS0tmATuoK6ujjoW8JSdnZ2TkyMQnV/6g0TwkpISXjQklWAP4Z9iEsBHZWVlTU1NQUGBr6/vq1evfHx8vL29Q0ND4ZFgfmZmZnjpTU1NGo2mp6dHoIba29vlcrlcLq+rq6OIIMdAOmk0Glxhenpar9fTWqAWECi8lZWVlZUVi8WytraGMba3t3e+Ptvb2+fn5+fn52dnZ2dnZycnJ3t7e6urqwsLCwDspaWlvb29vb29lZWVxcVFi8UyPz+/tbV1e3v766+//v3vf398fFxbWyMlCPwudZpOp5uamtJoNBqNRqfTkUXUanVPT49arRY4XUpehUIhkO2QfsQeXi8dMyLNl3hFSyM7OzsvL0/oyMK9C81BoSdI1CotLSUm5ufne3p62tvb00RycXEJCQlpaWlZWFgwm819fX2VlZUYW61WA5EoT7VaLSW5XC6nAunq6qJYlMvlQ0ND8/Pzy8vLvD6h5CdL4w27u7s7Oztra2tLS0urq6vk54ODg8NvnuPj45OTk5OTk4ODg62trdXV1aWlpaWlpeXl5Y2Njd3d3e3t7ZWVlYWFhfn5ebPZvLq6Sjr5/PnzX/7yl/v7+6WlJXyUGlf4YHx8nFhKeU1pSxggamEVDCOTyeCmqHSxhwC0s7KyhNgjFoutCgsLwWhZWVkUvnyCkDkEB8IkOAplcUFBgbe3t729PWIRT0/PtLS0oaGhmZmZtrY2qVRaUVERGxtbWFio1+v7+/s7Ojr6+vrUanVDQ4NUKm1oaFAoFIRaOIb+/n61Wj0+Pm6xWDY2NiwWCzlzenraZDJtbW0dHBwQdtbW1jjvpOXd3d2jo6OTk5PT09Pj4+Ojo6O9vb2jo6Ozs7PT09ODgwP8Znd3d2tri4+3trbINBh1bW0NI+3v7x8dHVENv3nzZmlpSa/XU1wRQnU63eDg4MDAgFqt7u3txTPgrPCP7u7u7u7u9vZ2QhawHPKqoqKCeMVxLykpgaOD6ywuLv7SH6TNWVhYCO8IoP8WdvDJAksKR11UVOTn52dvb08fSSwWg1chiCgk8vPz5XL55uZmW1sbWBRSDzDR398/MDAAuh4YGKBfPTs7azQal5aWLBYLLVKTyWQwGNbX17e3t5eWlhYXF9fX13d2djY3N/EMXv35+TmpYm9v7+rq6vb29uHh4ebm5vj4GBvs7+9jvL29va2tre3t7YODg/39/Y2NDdxua2treXl5cXHx9PT0l19++fjx4/39/ebm5tzc3MTExNDQEB0OTlV3dzelFJG2u7ubnmBvby8EWktLC+EaZQn24LXQZ0IWQjONE29FJ5zEgn9QyxYWFuIHVM1l3zyUYTKZrKSkxMvL6/Xr1y4uLnFxcQQWqVTa2dk5MjKCVQYHB+fn5xsaGkQiESRdZ2enXC4XHBxYyw8GHh4bG5ufn9/c3FxbW5udnSWLTk9Pb2xs7OzsmEymubk57CFEHrL30dHRxcXFxcXFycnJ9fU1OPz29vb29vbq6urk5GR/f//k5ARHIYdjm7W1tZmZGYvFwhcl3u7t7b158+bNmzeXl5cbGxvkbXgRhULR2dnJNz84ONjb29vR0UGJqFAouru7sRZ1c21tbX19PawiKBioAD4rKCgoLy+XSqVf8nleXh4tgby8PEF2JRaLhdpX0PsQ9egMQj6mp6e7ubmhURsaGmppacnPz5fJZGazeXx8nOOg1+s7OzspMGQyGRU60Jd2gk6ng/NRKpV9fX1ULDTglpaWTCaT0WhcWFgwGAybm5uk5aWlJU738vLy9vY2znF2dnZ5eXl3d/f27dv7+3te5e3t7f39/f39/c3NzdnZ2eHh4f7+PnGPvIKjLC4uGo1Gyt/19XW+NAX0+fn51dXV4eHh/Pw8NRXZGygOQqI8aWlpwel7enpUKhXdMOxRV1f3LR6sqqriWPPAGX7hd7Ozs7OyssDJ/2IAnoKCAjq4eAxEcVFREfncxcUlPDwcoRGCh4GBAaPR2N3dLZfLUWBIpdKOjg5o18nJSaLT4OAgzCh0E2nDaDRStMBSLCws0HsAN6ytrQHxiPUEGWxD2Dk4ODg9Pb28vLy8vLy5ubm5uXnz5s3d3d3Dw8Pt7e3FxcXR0dHh4eHOzs7h4eHp6en+/j4ZxWw2r6ysECGXl5cp3kD129vbGHtlZYXie3h4GIoXqIHoTcCAcArAEZjN+vr6urq6yspKoguoUKBMSkpKKioqhD6xVVZWVmZmJsBEEF/9iz140fDe9fX1hLXm5uaioqKAgICUlBSVSpWUlCQWi2H6SNdyuby/v18mk8lkMp1Ox/Gfn58Hkeh0usnJyfHx8f7+/p6eHq1WC/UECJ+enqYtSuuN31Kqms1mCty9vb2Tk5Pl5WWYD9IGvnJxcXF1dXV5eXl1dXV3d/fu3bu3b99eX1+fnp5eXV0dHx+T84GKe3t7GxsbFGCLi4sEK6xCLsF+KysryBv+Bah+m9LlcjlAhGQONdnU1NTQ0AAfCm4Dn1Ov0v+GLy8vL7eCCU9PT8/MzBRMQgeQDzAJJRbOJZFI4FuSkpKA+2hqlEol5Sk0uEajoXlHc7+7u9tkMun1+q6ursHBQbqeqJXUavXIyAg9H166gPvgi5aXlzc3NylVeYkgBk40IYtYdHJycnl5eX19fXNzw69v37799OnTp0+f3r17RxAToAnJ4+joiOp5e3t7Y2MDz4BTWV9fN5lMq6urW1tbKysraEShk7Va7eDgYH9/PyUJbY/29vaenh6lUokxFAoF3CKqOHRWECdCmBH4py/9D1RJqampaWlp2dnZOAEQhJwB80WxyycXFRWhgkhMTETRlZGRwaHmJ5menh4aGuru7m5sbNRqtXq9vr6+Xq1Wb21tabXanp4efjA4QahyvV6v1+snJydHRkampqYwiWCM5eVlo9FoMpk2NjY4+/v7+5ubmzs7OyBtgtXR0dHl5eXt7S0x6u7uDiLkD3/4wx//+EeKpYuLi7OzM0yFVx0dHQnVF4Xy2tqa2Ww2m81LS0sgoY2NDRgXvV4/MjIyODgoEOyCi4CfgFlYAlQol8uJ1Q0NDbSNCV/UTd/SImVlZVYZGRnoPNLT0wXt4beEFfkjPz8fPrKyslJo7ubk5NBNgh6gXqIw53TodLqlpaWRkZHGxkbaQbiCxWKZnZ0Vum/EIqDWwMDAxMQEORyWiWQO1KCQvbi42N3dxR47OzvHx8eUVdfX12/fvn3//v27d+9I6Tc3Nw8PDx8/fvz48ePt7e3p6SkAhVCGSwn+sbe3R9G1sbFBSqfgNpvN2GNhYQHpG0FVp9NB7sKR8PbJItCLHR0dkEBQREAQgeuFDSEll5WVfdEnpqam4hy05KiCyd58ICR8mJL09HQ6UZRkhYWF9fX1m5ubnJG6urry8vL29nYYDo1Gs7Ky0tvb29/fv7CwoNPp+vv7SdRw4wsLC8QHJGXEK3wC1g/nWFxcpNoBhG9vbwMXeIPgcPDgxcXF+fn50dHR9fX1+fk5f/LmzZvr6+vDw8P19fWLiwsYrePjY1gWAT+SQsgc6+vrEFxUGWtraysrK7Ozs6BxoTULz0a93tbW1tra2vP1oZXZ2tra2NiIYIU0Ti+DziDSL4xBXrFCKpmWlvZtbxWroNklhVATC+VWZmZmQkJCVlZWZ2fn5OQkHeyqqqrCwsKmpibSQ19f38rKCiwVsZ8AACAASURBVBX68vLy3NwckddkMvHe9Xr97OysxWKZnJwcHR21WCwU+ChrZmdngRrz8/OTk5Pr6+uUpzs7OwcHBxsbG4uLi2DDlZUVcDjJ/Pj4+PbrQ+B6+/atUF8BTUAhsI38ura2BpZE/cY5WFlZMRqNw8PDU1NT1MEzMzOcKroACHb7+vr4MRUKRW9vLwULztHa2trc3AwUk0gkcL1CfwEdaGFhofTrY5WcnIzkEr1BamoqjVI0u9gwLy8PAJ+bm0uXG/OUlpbS96+urpbL5UlJSSkpKZwREvLc3BzsG0EZ1tpoNCIMgDQcHx8fHBwcHR0lGuj1esAwgAAovry8vL+/D8LgjQvZgkhydHSEMd68eXN1dfXw8PD+/fv379///PPPBKv3799jkvPz87u7u8vLy6Ojo9PTU0DJ0dERSWhnZwekubW1tfT1IZ/hpnNzc9PT0yMjI7A7NNjpD/b29ra1tVHvktJpH0Aj0hYEn1PygtLhpQTS1yojIwN197f2YJxAEC3mfX2oo4ROOwQUlLJMJouOji4tLaUdazAYtre3TSbT+Pj4/Pz87u7u+vr60tLS7Owsgj6e2dnZ3t5ehUKBQJ/4hnx/aWkJS+zt7X1byx4dHYHajo6Orq6u9vb2oEww2N3dHRjw4eEBz8Aqb9++BRKura2RNra3t6EdhaqXkLW7u3t6erq7u7uwsEAn0Ww2I0WEXZ6fn9fr9Wq1enh4mM45QYyQJVBbxCtwIoIVyESYJDoiYHD6UV/wYNbXB8NkZGSgrRZwPJhFSD7wuxKJhJafWq1ubGysra0F0vNCoRThhRYWFgi+dBGmpqaY92LCZXZ2FhKUft/MzAyeJLRUV1ZWwBlXV1f4x+np6dra2traGhwJEYy8cnp6Ck1yc3NDcfXw8PDu3bv3798/PDxcX1+fnZ1ZLBaqABDMzs4OSJDqgLSB+cEfW1tbVFbCqIfFYjEajXSO4aoZw4HWFfI5VZZgj46ODpTdUFDkEtRf6BO/4I+UlBTAR2ZmJnL8zMxMCl/AC6UUxEt5eTm6wsLCwsbGRihbImNBQQGvlcEIgWLa3t7mrCE2oKKlj02SUKlUfX19FosFimJnZ2d1dRWXIgOTsSlPT09PT05O6Dhxcvf29vhzSizojZubG+LVhw8faI8/Pj6+ffv2zZs3x8fHpHdgI1kdzop8Pj8/v7q6SgHNN0DsIpBSB5tMpqGhIWE6jdodlgFyVzAJrCL4QwB9AklI/mAc6wvfzqQXJRbiez6GXhSId4FKQROelZWFSqWpqQlCpqGhAeft6+v7ltigcJyamoKyJSXSf6brwA8zPz9vsVgWFhaoMk0m087ODsiAHgYlEOUp5xewdnh4eHFxcXl5yVu+uLj4No2/f//+48ePj4+PHz58uL+/B6Lf3d3BEgrw8OzsbGtrC4RoMpkWFxeFbuPa2hpEGY1h6u/5+Xk0V1qtVhiLQl+CxzBvALXV0tICmSg4B/bARXi3UqkUjGGFPBAb8NALEfI5nDA9K9J7enp6Xl5eY2MjBwHLd3V1CR1Woe82NjaGkGBoaEgAbqQNk8kEVzg3Nzc2NjY7O0twg6tYWFjY3NyElTo/PyeBn56eCsf/7OwMoHB4eEj7T2CuHh4eQB6QV1iF/HF+fn5wcEBRABl8c3PDf3h9fX17e3t0dCT04fEDIWxyerAHuZ0xA2HAAFwCwoVBaW9vF2A5SmqBvAKoM4RWVFRUXl7+hd8FCWZ+fQSITkpnEIQJSZwG/WB6enpFRQWllEqlgtpUKBTT09MkW05KU1MTnPng4KDJZCJMT05OajQagZui3KIGQ5ZAfABt7O3tnZ2d7e/v07wjXhGyIAFp8y0uLm5sbBwfH1M+XVxckNLfvXv34cMH/INeyJs3b969ewcc4b+ik4i1SEUgGI4FlQLUFqiIg7W+vg5mwr9pjUCi8AjUL3gQ+Shcr6AyQZMOyv6CB1NSUhISEtDLMsgFEEHTn5WVRStXGOkEiyQnJ5eWlgp6elTDfX19CAwMBgPS48nJyYODA9TgMA0oxg0GA10maKiNjQ1mjQhokFSUZPSaNjY2Dg4OBCrw7u7u4OAATdTe3h7MI1QNSHBra4t49eHDB1704eHh1tYWyIPn+vr6/v6epsj19TU9XThji8UCZ7yxsXF0dAQ3g9/s7e0Rvvb39+fn54eGhijoCdR0gPAP7CE0pEEh5GDod8IXebrq62PFNEZ6ejrYIjk5GbqXvghJnkgljLWlpKQEBwdnZWXJ5XKE9WhB0b8gBOEbJW/Dn9PdQzw4NzeHJdAJWCwWvV4v9ATNZjOMOun94OBgbW3t4OAAbEFEOj09hRtfXV2lYNvc3AQhHhwcHBwc7O7uQiaen59//PjxH//4x7t376huiU4CXqFNcnd3d319fXl5eXBwQCWyt7eHQ+/u7nI4+HKUi5QA4+Pj0Ao4BL8lfwhFMEQWrDsgHFTIgAHjhFC/5eXlVgxDpKamZmRkJCYmJicn0ysE9zEqibX4w7y8vKSkJF9f39TUVNpkCCwbGhpGRkaQZba2tjJ819nZWVlZqVarp6amIOyIuQsLC2gJkK8dHBysrq6i3MEeS0tL/Mz7+/sUOaenpwQccvvy8jIqLDQGgBWaJYiypqenV1ZWzs/PydtXV1cUuPTG7+7uqA7geuG1+MfYY29v7+DgAIgObby7u0ttQrVCnkNuyaQBcB2ut6+vDxQCBEFJQxMPeTQPWlmhqV5WVmaVlZWFPZj6YuSCkWEchYoLgTN/m56eHhoampeXR+cVgX59ff34+DjaPRQ9s7OzqJIHBwdHRkYoZ9EsQRSSUZaWlnZ2dqh3iVfCB1tbWwQoGt03Nze3t7ec7p2dHRAlTqbX6wFDEJT9/f1VVVX5+fkI5hsbGxUKRWNjY2dnJ/qdlZUV/sOzszPqXaGhAmwC/xOj4B+Pjo4Q26GIIMMRsiDr6Eqp1WpB5oowDu6dPIETEPwZXyZMIcyUSCRW6enpwPL09PTk5OT09PTs7OzU1FQhcJHJqa/4ICMjIzIysqioSKlUMqCI5HB7e9tsNg8MDJDotFotp5WdBnRDV1dXwVaMc1Oo8CcrKyv8DyhuhcYG4Ru+9vj4GPCxtLRE2lhYWODLCdzX9PT0wMAAE3mZmZmenp7h4eEIYvhumWkbHR2l9wfniItcXV2dn5+D1Xd2dsxmM/yxIFKBCaZNsrGxMTc3R0HFNG1bWxt93G/VDjyUvAwNAenYGSN0Pv6JB5nmS09PZ5Q4KytL+BPyBxme6is3NzcxMTEoKCg3Nxd5bkFBgVQqVSqVtAdQeyLSpaUxMDBAtxWaFtk5b5OXu7q6Ojc3t7a2trW1JUg60eBCh6yurhLcT05OYHMR/qyuru7t7U1OTtKBLy0tjYiIcHNzY4Y6ICCA8RQbGxsvL6+goKC0tLSWlhaax42NjQMDA8DAw8NDIhVJBReBTCTMQu+D4REcEV2np6fpRw0MDMAhkslVKhVgEFXct0JFylyIKNxX0COWlJRYpaSk4B8kcwoqhuzhGekeglGg32NiYphuKioqSkpKYmx7ZGREqVSOjIx0dXU1NzfzDSFsVavVOzs7BoNhZGRkfn5eo9EgbR4bGyNQrK6uzszMsJDCaDRSMZM8eO8bGxs0moTQT5+xoaEhMzMzLCyMXRs//fTTb3/72x9//NHBwcHBweHZs2cvXrywtrZ2cHB48eLF//k//+c//uM/vLy8WI6Sm5vb2Ng4NDS0uroK1UiupkkF27awsCDYA6UWViGObWxsGAwGjUbDKK1CoaBFCDiH3BX0PtC3gHCyBb0leHRhwNyKzQbwuwwm5eTkUAEnJCQkJCTQPQTGFxQUZGRkREdHh4WFkVqCg4Nzc3PhNVtbW2FQRkZGZmZm5HK52WweGxvT6XSrq6uku83Nzb6+Pr1eT8ChE76+vo5AnfY4OZxke3Z2RvQwGAyjo6Pt7e35+fl+fn52dnY2Njbsh3FycnJ0dHz27JmNjY27u7u7u7u9vf3z58+ZHbWxsfnhhx+ePHny3XffPXv27He/+91vfvOb7777zsnJKSQkJD09vb+/H85xe3t7c3Pz+vr66uqKcgP2jBwGuyU0wTgrdNu6u7vZUAJHIhAntKQQktMZJDqBEDEAUyD/9I/4+HgWRiQlJSV/fbCQUO8CRMgukI8pKSlhYWFodouLi5VKZU1NDYoKhLaMeRkMBrlcjknQUNHPoGDX6/WcfbPZPDo6Spvk/v5+bW0NPnV4eLiqqioqKurVq1cvX760trb+/vvvnzx5YmNj8/LlS4zh4OBgb2/PnLW1tfWPP/74/PlzZ2dnd3d3Nzc3FxcXW1vb6Ojo1tZWqGixWJyXlxccHOzi4uLo6Pjb3/7Wzs5OIpHw6im3yBCbm5smk4lkDsl/eHiIBIn6CtXWyMgIY6Lt7e1Mk5IwlEqloG/nV9yCvE1xBTn77USgFWagiOLBV+gYkjxgf4XCNykpKTg42M/PDy0oszkymQwn7evrY/SG/mtbWxuScmaKpqam0HDArhsMBjCHXq8fHx/f2NhQqVRZWVlubm7Pnz//3e9+9/333zMpamNj4+TkZGdnx8oBhk5evnzJ3Lutre3Lly+ZzmJjU3h4eFRUVH5+Psy/UqksLi4G/CYmJjJinJyc7O7u/urVq+++++758+c5OTmzs7MExoODA0RZi4uL+/v7kJWosIQfAUHexMSEUqlkXxbJidqX9C4sJmHbFWm89OuWN0Fj9c98LvRreQR7CCIH8jy8FvVVTEyMt7e3j49PaGhofHw8c3+0ZeDe6aWjCevt7WU1EUJQ+PaJiQkGQRhU7e7uLi4uZmOMk5PT06dPnz9/7ujo+OrVK1tbW3t7ezs7O6xibW1ta2v77NmzH3744eXLl0+fPnV1dY2NjeXElJWV6XQ6ENz8/PzFxcXS0tLZ2dm7d+9OTk4sFktSUlJPTw8QuqqqKjU1lY0/LNf67rvvAgMDdTrd58+f7+7u6Jjt7OxgofPz883NTZZlbG5uGo1G+lcGg6Gjo4OpdcbdmPpFGEc2ZWMMemqOryDYRYLLp9fW1v4ve2CMpKQkEglRKy0tLT4+HuQBhRUdHc3uN3d3d1dX17S0NJlMRuOeIUSZTNbX10dhPjg4CHydmJigv0Z5yi6aoKAgJyenH3/88aeffnry5Im1tbW1tTUfEH9Y4IRbUDIlJyfn5uaWlZUhoiAMTkxMAMHm5+fh58GMGo1mb2/v7u4OSpiDbDQa6Z8vLS21tbWxyIx9gHw5iUQCOO/p6dne3j49Pb25uUFEIaBUZnzGxsZaW1sLCwuzs7ORuMlkMvS7kEkKhYL+oKBngMugxGKKlab4l30yJIxvW7YJCQnUV8B11t+A24lXiYmJrq6u7FgKDw+vqKhQKBTsckEP2dbWBlIlagOUwBz19fXh4eH29va8dycnp1evXpGKnz59+sMPP9jb29vY2Li6ugYHB8fGxpaUlHR3d4+Pj0McQbrArY6NjXV0dAwPDyuVSgZtFxcXwdUcW5lMNjIy8unTp8fHR7LU+vo6msHFxcW3b9/u7+8joW9qamIbQXx8/LNnz/7t3/6tsLAQkgq2keY8M1f0E1lt0tbWVl9fjyqKGrq9vZ16F9G+XC5HTSKMcf5LvMIN4A8LCwutmIIli+AZ2IPyl4diF/qEDQkBAQGMccbHx9McxPWYMVAoFCCPzs7O6enpnp4eYEpqaurr16+fPn364sWL169fE/qfPn368uVLf3//xMTEoqIi9o6MjIysrKzs7Oycn59DmAPTQJTj4+NqtXpgYKCpqYm1eCqVan5+/uTkBPSAYK63t3d/f//Nmzd0TdhBsra2hk6Hwhp8t7y8XFpaGhoayqH8/vvv7ezsurq6GGA4Pz+HcYEy0ev16L4R5NOGYYrXaDQifedXyCRW1mAPYUeGsL2HWokVACKRyEowRsrXR6ivQOkCege6JyYmlpSUhIWF2draWltbBwcHkydprTCu0N/fD6TSarXItHx8fBwcHF6+fPndd9/Z2tr6+PiEh4fHxMRIpdK+vj7UVjMzM3TLhX44zAQCH6EDv7i4iDAQhK/RaIiEkCsUSCcnJ9vb252dnTs7O4+PjzRxAaSIqRANr6+vIyjZ2NgYHx/PysqKiIjIysoiyVdUVKjVavApBAl5Ljg4GGTz4sWLsLAwFLpisZiiv7u7u6WlRa1WI3tgEAnJaFVVFc1zRgiptehzi8ViauJ/1ldp//tht4UASkjvOTk5DMV6eHiwjSEsLIyhEgYUmRAkjstkMm9v72fPnrGnjMQrEomg5XU6HbJSAMfCwgI9ks3NTbgsiCxmDJi+QXO1tLTU29vb2dlJTWw2mwkjFKC0bNfW1rRabWtr6+7u7uPjI4LEi4uLra2thYUFFJTI1xCOcMzZb6NSqXJzc3/729/m5+fv7u66u7t7e3sHBwd7e3u/fPmSKg7A7+LikpKS0tXVVVVVxZovT09PW1vbJ0+ehIaGCjuvenp6WIHF2IbQ+UYGJ2wV+7IfDhqR/SI4BEk7KSkJz2DPRUJCAogkOzs7PDzcxcXF3t7e29s7Li6Of5menl5cXBwdHV1bWzs5OZmSkgIKc3JyyszMRIg/NDRErUW3WalU9vf30/mgf0AYWVpaYsofwdzm5ubh4eHq6ur29jZcFv8eUZbJZNrf30eTsLOzc3t7++bNm76+PnoMBP33798fHh4KqbW7uxvdMD3mvb29qampw8PDtrY2Dw+PiYkJmUzm7+9Prezv7//8+fMff/zRz88PnB8UFMR6JBZhwtEhoykvL3d2dqYusLOzi46OTk5ObmlpUSqVcrm8urqalQOFhYUZGRl0WnNycoQWYXl5+T/tQYDCUZhgE4CIkEvAhikpKd7e3jY2NtbW1k5OTsHBwdiyrKyspaVlYGCgrq4OAiMjIwMNrtFo5BXjxZ2dnSxGQq0LpBoYGBgeHobjAsHQQETDSG+OFi9aXpoTMIygaGaiLBYLU3tdXV1v3rwhyZ+dnU1OTra1tREfysvLWQ3W2NhoNBrpUI2Pj+fm5s7NzU1OThIADQZDXV1dSkoKe3J+97vfxcTE0EVnxUZ6ejq90cnJyb/97W/X19fp6ekBAQGurq7Pnz9/+fJlYGAgAY0lohDswnIQNJ7gwS/+Ab8L0/6tPXJyctLT0+mLZH99WLqSkZHh4uJiY2MTGBhYUFDQ09ND+mV6BR3twcGBxWK5urr6+eefj4+PjUYjq6gEIUxNTU1fXx/D22gvx8fHWdtCBxdmfmRkBGGcMFA7OzvLSk/44PPzc4vFAr9CLaTVahsbG+EqzGZzeXl5cnIy4rG0tLTu7m7WogLEioqKent7kQX39/dnZWWRkOhTwUBPTk6yxrGwsLC/v399fX18fLypqYn2D1zc1tbWP/7xj52dnYqKipSUlIyMDB8fnx9++CE0NJR+dkNDg7DMiY09LLsQKqsv+kRodsEenHQoxYSEBCGZQ+7yU2VkZDg5OQUFBfX09BwfHz8+PvJSKAFlMtnKysp//dd/PTw8HB8f//zzz2dnZ2azWavVMvwrl8sZ1abtLNDUwioKZpxHR0epYRAtInxCdzM2NrawsADOgOAigaMRMZvNiNLq6+unpqaam5vj4uIiIiKkUikT00qlEopbJpMh3x4eHrZYLAqForCwUKlUqtVqpHIUYGtrayRFQAySJcgSpVIJ6bCxsfHhw4fJyUkWkBcWFiYlJTk6OoJA2aIjzHOKxWIUoLxYWrFf9HCCf5DVqayoa9HGwWIxHcL8SGJiop+fX21t7fHx8adPnx4eHjY3N5GsnZ6eMhl1fHz866+/fv78mdmknZ2d0dFRgVHo6uqamJgYGBhAVNnZ2YlGdnJysq+vD90Q9mB9OhPjSCDYZnh4eIg4EUEC3rm7u3tycnJ+fk4buLGx0WQyLS8vy2SypKSk8vLy8fFxWhG8mt7eXpociPaFgWWVSsW8IeUDamPiGPKJ4+Pj+fn53t7euro6MpxOp2tvb2crZ1xcHKtNS0tL6+vru7u72UQBEiSTfzuPQ2Pqf+WP+Ph40jI+IQirkS6wzTk+Pp5/6eXllZSUND09/ebNG+p9LHFycvL58+eTkxPUpHt7e5eXlxTv+/v7IyMjcrm8ra0N1ffw8HBbW1tVVRWAVqPRsFytra2NeUj4romJCXq6qBcIIKurqyhC6FhsbGxMTU1tbW2h18JF8Ay9Xn9ycjI3N8dABvMZzc3N9CF6e3uXlpa0Wm1+fn5qairVBH2ti4sLpIvr6+sGg2FoaEgkErW2tj4+PiIOXlhY6Orqqq6upoPb3NxcUVERHx+PDfLy8rq7u8fGxvhyzBPTKCRqsVIGbCgSiWAcysrKrFJTUxMSEuLi4mDX4+LiYEe4Q8DX19fR0ZH1iGByqFOFQiH0cHZ3d9+9ewc9/vj4+N///d/9/f3h4eH9/f2oRhmwNJvN1OY0dzs7O6F0WCuGNKa1tRXah9SCgpQ5c3D+3NycIL1F04YNSOnQ4OjYKYvHx8fRbiE/mJ6eXlhYmJ2d7evr6+joQHLY0NAgFovVajXVNrISZJI0Ofb394eHhyUSiU6ne/v2rclkYi6yu7u7ubmZWlylUi0vL0MDb2xsSKVSg8Gws7PDVpmWlhZhc6kw3k/tSnGVnZ39T3uwEDc+Pp79zrAjLFQFTltbW7Muhj5PcnLy3t7ep0+f+PJGo3FiYsJgMPzyyy/v37//n//5n/n5eScnp4KCAvYVnZ6efvjwYXd3t7e3V5jB5rtkQpvhHSbpcSCVSgXziHB0ZWUFBmJyclJYvHB8fIzqbmtr6+7uzmw263Q6dNY0EwlujK/hRvPz81wMAUyj4UpTaHp6Gm3Kzc0NssTV1VUGHkBIe3t7CoWioKCAzcx5eXmsNECm1d3dvb+//9e//vXPf/7z1dWVRCKhLGRdZVtbG11UVm+CPChWhV2KX/BgYmIi/aWIiAiq3uTk5Pj4+OjoaBcXF2tra/ZNe3h40P708vKqra19eHj45ZdfKGba29tHR0d3dnaYCfvzn//8+fPnjIyMiIgIAN36+vr9/T2RF3kLX57GAAOm9BOZI+ro6GC6Arn44uLi0NCQoJ8bGxtDMmqxWGi44jELCwvr6+uCuJSAMzk5ubW19eHDh4ODA8AjGjCVSjUxMbG5udnf319aWtre3k4MpIW+ubnJDpXNzc3T01MEVwQuVkZ6eXmJxWI2B3Z2dlKUI4ekf5Odnd3T0zMxMcF0Gj9aXV1dU1MTwYplwIivsrKy4JkqKiqsWJVNhoj9+sTExHh4eMB1c/8A13J4eXn5+Pi0t7fzhbe3t1EWabXa3d3dz58/f/z48erqymg0FhcXZ2ZmqlSqk5OThYWFsbGx8/PzpaWlpqYmYUEoa9IZAaZ3wpZutqm1t7ejC2FZCKQTqfXg4IBppZGRERgt3hedRITYSEM59Xd3d3wb7Drs7+/XaDQMl6DEmZiY6OjooJcOHcAYJyQNvXRKu5aWFpIwO0uKi4t7e3tppzPFu7m52dnZGRsb29zc3N/f39zczPAH9VVDQ4OA0hnkKC0tzcjIKP262NiKnBEbG0vmiI6O5m6Bly9fPn/+nItKgr8+bFSanp5+9+4d3YXS0tK8vDyFQrG2tnZ9fX18fGwymdrb25kCkcvlJycnpLuZmZnNzc2BgYGMjAwUksJ5YZyHvMKmzYqKCvrPzOyaTCYIRL1ev7GxQcZmI8/p6SmiCGFbyfHxMUnr48ePxBmU1Jubm2xURABGk5iYptPpqqurjUajsBuAiTpGftkoNDMzQzBgRRHLopKTk9vb22mAPjw8fP78eWZmpqioKCcnB1a7s7MT5EHqrqqqgklkyXFWVlZJSQkr4r7sL2GJelRUFGkjJibG09PzxYsX9Efd3Ny4moBlrCEhIZGRkcvLy+/fvz87O1taWsrNzU1OTpbJZIKEErz9+PhoNBplMtnu7u7Dw0NnZ2daWtrh4eHo6Ch9YwQ4eLFwkU9jYyOFB/Zg5SK7AQAKfJXd3V02gpFI8AmSOUpqbPbx48eLiwtwIh1WdpDo9Xry/8HBwdu3b09OTpA/AzBxO26LoM9K51+lUiGmQqLAhtzU1FR4qu7ubhZB9PX1ZWRkICJobm6m7SaIqZnMpwElDA5kZWUJS9+++Acqd5ZEOzg4fP/992yppP3p5+fHvUHsxzcajff395eXl5ubmwUFBSkpKS0tLWtra/Tgtra2Li4u/vKXv7S1tSUkJBwfH//hD39QKpX+/v4sFGPxCU7A7lAGgdHV0bFhYIImKEImobmLRoIaDI0zNBeSorOzs6urq62tLWwj9L0ReS4sLMBLgiFYcHJwcMC+GigZVhTI5XIaRDB9NPiASpSCnZ2dg4ODZV93MhOQJyYmGhoaWHKk0+nYeVVVVVVbW0s4EvZfsSEGGQNTUl/8g9XooJCgoCBnZ2dra2suK/D09AwNDY2IiCBkRUREcAGWRqNBhIk94uLiampqzGYzTZv379//8Y9/vLm5ycvLs7W15XgKrTGTydTf34+6myTGj8qGXW4vkcvl7KCvqqoCsjQ1NfX19dGHn5iYgNbu6+uD4p2YmEAagXKXdh5y6evr63fv3n38+JFxqYuLC5LE0tISXVtWOrKEAZTT39+PZ5SVlXFLDlFUWIbDzHlPTw8blVNTU3Nzc7u7uycmJiDSi4qKBgcHVSqVsLwEezDWxKor9CVc3kH4+tL/iI6ORtMeFRXl4uICC+bo6MhNW5GRkdgjNDSUXet+fn6VlZVbW1uXl5fLy8uFhYXR0dFSqdRisezv79/e3v7+97//+PHj2dmZUql0dHRk3w3RoK6uDrSF8ALamcX/EJ9keGRLMDx8OnvaYK7Y7ormEUaLxh+kOia5vb0VOPb7+3smo+7u7kg2l5eX+/v7Q0NDsE/od9COIMCgEK+trZXL5X19fcLCF2t55QAAIABJREFUawEhCctnGxoauMWN+yxI2izjpHAnRzY0NJBFIBYpW+jaMmEjrN+zgrCih2xvb//06VMbGxsXFxeup2PpOtKFuLi4yMhIaOSZmZnDw8PFxcWysrLU1FSZTAa38+7du59//pk9O8fHx1ybVVBQsLGxcXNzMz4+zkoZIDqae+yB8qW6ulrYNgiVWV9fz15i2r1MijD4o9FoSLyMSLH1ZXd3lwkSdAhXV1dXV1dgRgS4aEQg+dk/y/JLEoxOp6MKZ0YW2WNFRUVzc/Pg4CAbJ1hSQoJpa2sD2bFwvqOjo7KycmhoqKenp76+HqIMZTsblYAaDKgBy4Urbr7Yg9Xd3HaCfsDZ2TkkJIRLVCiruNcnLCzM19cXrN7Y2Hh7e7u1tVVSUhIZGUnFdX9/Tx1Mk3VsbCwiIiImJsZisfz8888HBwcXFxdNTU0DAwNms1nYtfKtEEZYwsnsKL9tb2+fmJhgrkev12u1Wth49KXMkwHOhUFNdPIMYjE+g5oNmYvA5FMFIIFcWFhQqVRoRCoqKjj+eMbw8LBer4cwbmhoAL2Ojo6q1er6+nqpVMrQZWVlZVZWFj8UZiNK07JlhSIJia5tXl4e/pGbm0trRCQSWQUHB0Mjenl5WVtbs+yNm88wBskjPDycetfd3d3Ozk4qleL1EokkIiLCZDIx9fX4+Hh3d8c4ZWNjo5ubW1BQ0NjY2OfPn6+vr6F9iDwajYaLU/hG2VrATi3Gf0QiEVsa+eGNRiPMrlqtZpUG5BIKB4gsdilhDMY1mBFhDwN2mp+fZ3qBz1pcXBwZGWGqTLitjP2o8NBDQ0PMDdEPb2xsbGtrE0gdZgNLS0s5u2VlZSzuY1MfYYrVhcIeBhAxlxZUV1ezYkGQK1qFhoaSzD08PF68eME+K+5ZxB4BAQFcYcO9Ty4uLj/99FNERIRer7+9ve3o6PD19V1aWiI0v3//HnICe7i6utrZ2VVXV7O/njTLhM7U1JRKpSKLCOvJGQEu/nqhGFxCZWUlNT7FNOpsWAo08MjOOeyscP12ekFYxCeskWPYcHd312KxqFSqqqoqeCThUhcWhMEOmEwmWGSz2Uy7HjkPOYytMm1tbTExMf7+/uiecCxhuzC3mEKnSyQSVB8UWlyRU1xcLJVKv+zri4qKYhLHw8MDzWtiYiJXd2AS7jbz8fHhyi0nJ6cXL148f/68qKjo/v7eZDJ5eHio1erV1VW0yUiVfv3119HRUSiv9PT0w8PD3//+9wgyp6amoG9xEeQXwoJNSkBhZIhvmkEK5qMxDGEKaovhPjYECfPhTOswY0hkA7SfnJzgagaDob+/v6SkhCUHwvId3IIJR1hIVvCTjTY2NtjlxZY4mgKw9PX19UBgGsPwUSyQyc/PJ1hhBkKisLyKn/cL/oiMjAQSenh4PHv2zN/fPy8vjxu1CFncLurm5oZoE7nmkydP3NzcZmZmrq+v8/LyUlNTOTi9vb2Hh4c///zzP/7xj/fv33d1dXEDnkKh+PDhgzA/wbUD7K3mO8MkQn4rKytDjSGVSmn2tbe3A0GgV1dXV4n7DKhvbW0xp0x5vbKyMjMzMz8/v7KywuQyeQKEJOzpqKysTE5Ozs/PZ/MshVxvby/z14xar62tMUl1cXHx8PBwcXGh1+uRFzHjTAU4PDws7LZsa2sDssjlclSHrCtmQK2srIyfC7IE7Q+DtiKRyIrbdOEsnz59GhgYWF5eHhUVxW29uAhXOVpbW7948cLe3h798rNnz9LS0q6vrxcXF5OTkzs6OhjLZMUhs2smkyk8PPynn35KTExkU9jq6urJyQn7P1QqlVwuF+axYQ5wW3QqVOu4DkuCEMYzoLa2tsbuAYZ3mM1hpp/1L1SxMIzCSMfMzAxGGhoaop1TVVVFvcTQFKsemF1jHQRE8s7ODquCWLxEX3JoaKixsZHlcOysgPjhahcaPGRB6MJv/YPlPghHxV8v6bKKiooSaqcnT574+PhIJBLu8uUOKD8/P3I4sxTW1tY//fQTAsOXL1/29fUdHx8PDQ1VVFSgCNnZ2VGpVCKRqLOzc3FxMTs7+7vvvnN0dBwcHLy8vJybmwN5Uc6TSPFZYV9/Xl4eQ6jUiPwJi2KHhoaWlpbYboL6lMXhAj7nZUHys4GB+YG9vT2TyTQyMmIymcj8AwMDYWFhLMDRarXIHtjWwfQJSYhwZzAYkInyXwnlw/DwMDN51FQUYNgD5IErUEMKN+P8iz2EZe1isdgKdj0yMjIwMPDHH390dXUtKSnhOjTu4WKjK0py4arBFy9eODk5/eY3vwkJCZmcnHx4eFhdXWURn9lsbm1tHRwcvL6+Zhc6WWt6evrPf/4z2yjOz89ZvwnykkqlTArR6xdWYAurnBEpNTc3a7ValtKAHmBhEZ2wpXppaQkBCojk/Pwce8C9d3d3M3a1vr6Of+Tl5bE3n1WaYrGYu3IjIiLCw8Pj4+Plcjnb4KjZGPJk5BCQr1AomNgbHBxkzxVlGL0Dyvf6+nphbQlZXSKRoEksKysDov9z/iM2Npbbr589e+bo6MjFylxRzh2b9vb25PCXL18i5LGxsUHmbG1tnZaWRr8BtRlkrUqlAhV/+PDhL3/5y+fPn//2t7+9efNmd3d3aGjo6OgI5QPMQWVlJZmDJZyAI1qqtC/RaEMbw7myNE+4uIn7UhishpNH7UBLY3t7m0AvXMtFT76ysjIyMrKsrAy10dzcHDuTBgYGcIKsrKzf/va3OTk5BGGKOpPJhITXaDSyiw8BMTi8sbGRnVcMtXKzD9OkRODyrzefo/35VhtXVlZmlZiYGBcXFx0d7e/v/+TJE3t7e27FJJ/7+/sTrJ49e/b8+XMuieL2YFtb2xcvXvz000/e3t4KhWJ7e/vx8XF7e1sikdAuvL6+ZukRDBK068HBQV9f3+7u7tjYmEwm47aPiooK9jkRprAKduIKwqKiIoDY2NiYsPaSbq5cLler1cIWs8nJSZpg6LLQVmMzRtxhzvkOaUYBm/V6/c7Ozps3bx4fHy8vLy8uLh4fH/f29ug40BajkIMZQsAHDYrcDSzCuWH2p7W1FWwrgEHh9ia6IMJepOKvl9papaSk0KYNDAxk9CgyMpLrmCl5BQ0kWnwmAUjvNjY22CkoKEir1d7c3CwsLIhEot3dXSbsqREvLy8/ffq0tbWl1+uPj4/VavXy8vLIyAjRCY4dDWt5eTnXVELMAWKhhiiBuC5oeHiY9SdTU1N1dXVsbmEca2ZmBixyeHjIbl2UqKOjo+DEjY0NhrIpgrkRA6jBsijkpixqHhwcrKysjImJqa2tFa6Vh3vmQDBxw+QD7BZMlzDyjGcwlSPMf0AUQZwQD1BB1NfX/7N/HhISQoYgmcO0h4SEeHl52dra/vTTT8+ePcNR7OzsMAw3vD99+tTW1jYpKYlZUqlUenFx8ac//emXX36hd03UWl1dnZ2dPT8/R1ul0WjQv5D0SBjoi4Xt86z/z8/PZxaWDihST7bBstGe+9VYk0lWX1lZoVXFZALrhCiIAdt8zN7KxcVFilqLxUKYAjPCZUFgw4pHRUVlZ2crlUq9Xo+xmXagxmWOlu0YyAFoceJDgPPyr/erAwMZJyRffrm/lnEbuELulOcyZT8/P65a9vb2/tYeT58+ZVbMycmJGdanT5/a29s/efKEIU+pVHp/f/+f//mfEL0svt3f3+cVXF9fWywWuVyu0WiQ2LKKCxzOIAUZj6iFqB7Gu7q6GiGdWq1GLIomio0VjLizARa0SKSamZnBJwj9wuVck5OTiE7X19dZcIJAiQkPvs+BgQEm2B0cHLiwnSHVm5sbJrK514RWFbpLBCXc59XU1CT8aNgD8AEE5oIPZnm43unLflGatTExMU5OTi4uLnQJuXoW/8AMTM0wz8qNqM7Ozj/++OOzZ88cHByePn3KfV6xsbGXl5fgwcfHR/QW/PwrKyto42pra7VaLSNDApWGfhKrIG+lCGG5DR4D163RaMAcrF9m5QKigr29veXlZbYIGAwGnU7H5RQ0FjkTOJlOpzOZTLTfhV0Y3J+AZp4PjEZjYWFhaGhodXX19PT00dERUw3QJ8KAMyN66Lu4wVCpVLJTFNZEuOlOuFgO12fqWRjstEpNTUXJEBMTw00FSUlJMTExwiXAXl5ejA8/e/YMwT1yk+jo6NjYWBR5eAzzfa9evWppaTk8PLy9vX379i2lMAOQ29vbggpCrVa3trZS/1FQkdm42QrRMGM+cHxMPCqVShYss5CKvcqUVUzuCqtgWDwwPT0tbGjf29uDAUNvNzQ0hFaYZVwCNUkti/gKch5MhwSS/5yFTAsLC6w75oZzGAThvmauYfk2WEHTIS5BVS2o4v65X5R2CvoS6CngCP0P8jnXNz9//hxIaGtrS1lcUVFRVlaWmJhoY2PDoHFgYODz589/+umnmpoa6F4WXkEcHR8fv337dn19XafToeUtKysTLmAlvOLgjFRzF6hwr4JUKiVvA84hrLgghAwP78s0yfT0NFNSgG2CFdCEa+uQK7DTnwFfpG98FkObZ2dny8vL6BPQg7HCg70QLGghVQhXGXMfGRf9VFVVsWmpoKDg281XtNNJmbAm/9zfnpycHBkZyQ2yDg4O1tbWHh4enp6esbGxYWFhGEaYtscS9vb2fn5+XIiM2CIrK8vBweHf//3fX758yYzsixcvMjIy7u7u6EsfHBw8PDzQIDk5ORkYGODgsC+NyTt66YjyKX8FXqukpAT1iVKpnJ2dxeEA5+h9hXul4JrYM8P4E+toyNtYBaoRtxAWvyGGOz8/Z2sPD8u7GDXS6XQIl1BQrK+va7VapGJso+ZXZoW4RYAUgkNAN1Cq0O+BRWa9DMtHGhoarJKSkrBHbGzs69evX7165efnR7ecNm1gYOCrV69QKRKX7OzsfHx8YmNjMzIyGhoaVCoVbaXw8HDYlCdPnvzwww+vXr3KycnRaDQmk+n09JT5SZoWtJr5biorKykHAR/oJ9nqwcZ4epn8+87OToPBwDUTvFzEH7CHLDJDdQiK5l4JlpFhEqQLwrZrFi9wbw74kV0FwlZLo9EoEonS09NxzcHBQaovRrAYXWQBMiiEGU6OaVtbG5M7bFrCxTEMukVGPZki/GKPxMRErhyPi4tzd3d//fp1SEhIXFwcEJ3Clz4u3SpgOeOXmZmZtbW1DDVPTEz09PRkZmYKfNfTp0+///57JyenxMREpJJSqVSlUrHOFYxaVFTEfi6YdoYQedjbCJHALrrW1ladTscSEVK0yWRi+oQpP+SjVLcUvoR7JG78Fd6ADYT9uyiA4YCpAthax9A0EyRyuZxSm5V1Kysr9AuEhQxsnwIVNjc3U/tSsJA5SBhEBXyFzCQSieCK6uvrrcgWlLweHh7MO3FpOcorHx8fR0dHkgfkroODQ0hISEZGBuUQBQaTZ/+3sDP9avLc2jj/0DnrrNPTCiqEMIWEjDLIPBPCnCAqgyCTQxXHggoioCgokxWUWq1aj7W1Kq1WpSAEwkxAQKutte06vh9+ZDe17XqfDy5AhuS5nz1d+9rXPnz48JYtW9LT02NjY6OiooKCgkJDQ/lt69evDw4OPnz48BdffHHmzBlyJxYLl5eXM1aydetWphrgJiF8Ay0D1syJEyfwRciB9fb2AvoivPjpp59SvbN56Msvv0RFiYlQElmWUyGDSFaGWDb9DChFIh549+7d/v7+srIyi8Vy4MABlhLfv3//8ePHly5damhogHQiuoWoJUpPF34JrhiwBJCRWUK6bSC+mzdvhlnqQeVBvstzzVRgTExMdHQ0qKJaraa1Dpc3MDCQufxNmzbBKWZchfyP0FRZWYnlXr9+vaenJz8/39PT08/P7/Dhw1evXq2pqSktLWWshDyPKUX0g+jvY8V01nC7NTU1iGshO4PrR81XFNepE+kSitI72xyBrdiXTo8PVANKEfcL3X8IWoTujz/+eMeOHZs2bWIF76lTp1DZZF4CQhAQLygW9BSYc2yOkn0TnA0gigjFUZps2bJlVZ8hMTERciKcXSbD4+LiYmJieMbDw8NZasd5kINptdqoqKisrKzS0lKKtfb29o8//ri+vr64uJiBK5zM48ePe3t7bTYbhlVaWtra2soDgtYWXktEG93tg4l57EP2RLIAQaTNSJA4IRARFPaoEu7evfvJJ5/U19dXVVXJilzAGDAlnllaRvRo2W0FP7i5ubm2thYvKucBL4LDYFaTVYOM/n/kulgexd5RjgQTFwVYgbNIYVbnB+Pj4+Pj4/FXer3ey8vLz8+PFjr2gdcixUK5hREQk8nE+An4DCtmT58+XV1dDShbWFjY3Nzc3d3d0NCQl5eH1E5GRgZcN1rlVquV+06Rgb4KORVfJ8sqLi5mowu7HsidINoyaMthQLoFtUSriRrw6NGjJSUlZrM5NjaWvyjChWAB+EZOKz8/n/YtRB7GWW02GyIHEJ0+++wzUQGHrohZVFVVsfiOzArshIu1BsRRngPOg+yxoKBgVV80NjaW80hNTTWZTGvXrlUqlTExMUajMSIiItx10fZATkGtVptMptDQ0OTk5KKiIuxDBH127NiByp/VaiXrOHr0aHFxsVar9fT0TE5Ohm9BwxLpcXq0QNBSgsg54bX27t0ru5toRSABcfz48Z6eHlZRALZTiiN0jCjP1atXz5w5s2/fPsj9GB/dbJpd6IPAaEF4OCcnJz4+Pj09PTU1NS8vr6ioCNgKvLK3t5eWPmEcLVdWfaBJ/NFHHzEpyTL6Dz/8cNeuXXhm/DmdWgF3pcHuIY0Xi8USGRmJkFSE6zIajQCLCCBxMRMfFhaGP7HZbGi5sO+mtrY2MzMzLi4OzYHGxsZz587l5uYGBQUxso6jkO4sk6Lp6elbXZuN+SLj1bRvc3JyDh48eObMmZaWFopq6r7+/n7SXCjufX19NKkQe71//z6KowCIiI6iQgunnYDMzBz1jeyiYcdJdHR0eHh4Tk4OYw/Xrl2DtYX4GmUThErY31gJYRwyNd8GEgFfAnqcMGYB/IuKilbrQdph6AFs3LiRCiM0NBR/FRkZicsKCgoifuh0un/84x/e3t5o4rAYkl5xS0tLR0cHo3aJiYlIY6H0YrPZNBoNHDsSCWyIx5M3X+paZYw/RR1CFND27dvX2tpKYk3aSkeor6+PFRJ37txBZf3KlSuyOFWqDbpJrIqgBcsANRNQly9fRvabcWzwj9LS0rS0tKioqG3btl26dOnevXtPnjwBpScRwCzAS9yp7zgM+h+wxTk2rARNAumI4LVKXWtRPVJTUxMTExnjDA8Pp7wwmUyRkZGEFjifvr6+69evDwoKgm1N7rthwwaz2bxp06YdO3awDwMTqa6uNpvNzB3t3buXIA/kFR4ezpgBSmeytZjxL0an6CpbrVa0bnJycgoKCrAPoCqIimitnjt3DlAEwJy7f+/ePcRhQa5ghNJaJx2AmiWzPABTjCWIQPiFCxfq6+upmWgZDA0N0Uvfu3fvkSNH4CXjG5B8Be4kzqHljgSWTEfCKiJUQDeRUejV/MpsNjM8mJaWJudhNBphUkdFRYWGhjK4Bq83ICCA8P6vf/1LrVbTvCOv4NUw94A+Ezr79NEMBkNKSorRaCRaFhcXM0MNk4H4QQgR7g/Dc3l5eYWFhR9++CE6vhQQHAncnP7+fvQ/QagY/mDJF1wTykP6VyBXlC9giMhYcmxkyfSyPv/8856eHvZqs3NnYGCgr6+vubm5pqYG0WNYS8xlIxBOQsVpUY4Q1cm4OA+Z1du9e/c7e9c8QHOZdyZ++Pn5mUwmRESp2DEOig908+Li4uLi4mhJZWZmMgPBeATSfKWlpWRZVEY7d+6MiYmxWCxhYWGbN2/GxSGZCdrMv7JdmmCOFgR5cElJCYKlbJOHE81WT7hYaJmg1YBSLy19KLwC3FK9Q4mnQIEpAmEOZiklPQZ38uTJPXv2XL58+fHjx99+++2FCxdkzyDrHbASWUMPbAWPiz4VeuGyq5NdtkxZ4NZgMv6u7yMrQGJiYhAIMxqNCNnSCly/fr2Pjw+6eQyImM1m2OZ6vX7t2rUZGRk7duwgrNHKhtqdlZUFhaK8vBwh5eTk5C1btvCdNpstMTFRZASLXGu8hXLBkaBgh6ARW1ZBdtva2urq6kiomOfs7u5mFhaV4/v37yNMBp8RVBjUi3YWYzui5gu8RiMEtSA0NSsqKtra2jiPzs5Omk6iQ00/Cj48NTmy9rJhGKSHw6BCxGL27NkDH4V9wKv5rsiE5+TkJCQkqFQqpVJJuwmSFSQSHx8f+IlMs7333nt1dXU//PBDX18fmHx6ejoYGSq8DQ0N1dXVkKMhZJaVlfGHbDYbMbC8vJwl3ww0SlgjEXSP6haLpaioaM+ePbQuWBF08uTJ2tpaNINQ1UdkB4lcWboCTIKAFWNqsk+Y7iyAI56KuU1p60Knr66ubmlpYbikpaXl4MGDLHjFlbEihwGcuro6JlGhVMMyoVLh7gujl7AvEyFgvRUVFR7oHiP8k5SUpFKpFApFcHBwcHDw+vXrFQpFYGCgQqHgPGjcUjaGhIRcunTp7du3IyMjubm5AOx79+5tb29HuHnnzp2xsbGoYgPQRkVFMYvFi4acWFRUxO5biiPZwgMVHN0tHFdJSQkOt76+HqJJa2vrmTNngHIZzsRWrl27hhcCvsX/XL58mZlr+hzg8EhsYB98M/LTuDViYVlZWWNjIyoT6G5DlqQ4lRVrdAmB3NnALStTORUkycB+2AXCUCvw4qp9IF5CIZqYmKjX6/39/alCOAYwRGl+BAcHe3l5bdiw4YMPPkhNTZ2Zmfn111+np6cZzM7IyIBCeOPGjdbWVghnGRkZ+/btgxmdlJQE6gUNgA4zwCcIIykW51daWsqrQpYZbIYxmZaWlvb2dkbf+/v7GZylZYQonxB2If7QeSXa33KtqiVmoPRx+/btR48eIRuA0hKLoTo6OiCXzM7OXr9+ndmn9vZ2OGYsVyNUgL2fOHGCeI42N8A7RCwiBHWJ9KoxHayksrLSIzc3F5UZ1kls3LgRNBdr4Aw4G4VCwTlBK0Fw+MCBA2/evPn5559HRkYqKyuNRuOWLVvOnz9/69atnp6eAwcOZGVlHThwAMizs7OTRiy6qHheRrJJybdu3crmeqFUFxYWWiyW+Ph4ChQ0oOvr69lBQx+eCUz0zlCeYRUXm26JJTz7MEgQZ8JuoJXyv3fv3iXNpa17+vRplJ8OHTrU3t5Obw1Gi0DabItCzACIF4kJUBMwLop22YW+d+9eKnmkKg4fPkz8WO1/IFTJaoa4uDgmNgjdCHIDIMqnUEbXrFljMpmgK966deuXX35ZWVl59OhReXl5ZGRkTU0NMiHnz59PT0+vrKwsKCjYv39/e3t7SUlJRkYG40MnT548derU/v37sVbKqP379wvjnaIJhVnat0x67d+/n/GLgwcPkuyT4Dc0NHR2diIUhwYZje6BgQGW18p66OvXr9MZw4PRcERAH9oc0DoTi0eOHOnq6kJ1sampCRp4c3MzkYOvwO6hXQh4LCAj6C+9qV27dlFC0hohCaLVtnoeFB8QSgICAtD8VKlUYh8QEsU+/Pz8QGr9/f0DAwN9fHwyMjIGBgZevnz59u3bsbGxmpqajIyMgwcPUjYfPXoUAQABfNLS0qqrqxmhOHPmDDk7gQ5LwnhBewg/ADAZGRmMruzYsYPxVjhqbL8GRWe2rLe3l8BA84OklpkE6FX4K3waoR46BPgK+DxYwNmzZ1lO0d3djUGzl1eGcVB3BamDggX9R6B4XBZ9EchzZGJ8EYWy3/1VbGysXq+HaYiEK3qNlB1iE3wAAQXUxNfXV6PRqFQqT0/P8vLy169fP3v27PXr1/fv38/Ozk5MTDx16hRC6OBl4BBnz56l1XHw4EE2bZ87d+706dOETVIOoAVI7zKkExERgRwvIZHRYx5AWdx0/PhxSL0XLlxg1xN7CRnEps/Kv5QjdAll0RHwSWdnJ7p0bBBvamo6dOgQ60wYU2NFNeAmq6II4FQh6KwxX4ugFpgjc6qwSZF2h9ELyge7rKqqykOtViPT6OXlpVQqg4ODAwMDcUTku7CnadaqVCqtVhsUFKTRaLRaLTbEeoHe3t6lpaW3b98+f/78yy+/rK6uLiws7O3t/eqrr7q7u7OysrZt2wYmv2PHjtTU1P3790NF6Orq6unpqaurg6vIyDMMDPwYm2Xi4+MjIyOBvOAwwtzdv38/xwBQ0drayvobVP4kwaWwYLEnKkp8gLOiIoGuiP4eOhpdXV0In6NAQLhm0JZ8F6QEtV0Opra2lsQX6glegbtPJYhZSIsQnwyXY8+ePR4cA2UgAjIwFsQ+8FTu9hEUFBQUFASopVAoQkNDAeHv3Lnz5s2bFy9evHnz5s6dO2AA169fdzgcx48fLywsRN2uubm5uLiY3Rs4BB5D8noplHbu3Cl5ekVFRUFBAWOMrO4oKyurqalpaWkhtvP+T5w4QXvq4sWL1OfEc3an0W8nZuC1aKGjyEfhAoLb3t5OOCHLYpJTRLdbW1sZaJPKw91KCB6ypROjoSXFjAg0eHLciooKPuUp3LNnjwcVH0Uf0QIqwjsxQ2IJB8bUGmtoQkJCCCRlZWUTExNv375dWlp6/fr14OCg1WqtqakhqBYWFkJ9Zwq9uLiYBAYqG/ozLLJnIh3nC2IKtIAIbnJyMvAJI7AwrOn/nDx5EhlAJhCQ5sEsEKGmcyWLXKk/sB7hJBISWJ3HHPSRI0cQW+zs7JS2G7CVeC12GiAcQQAHv/roo49I62E70KRCtYXkhcFqmaTyIFSgpwsu4ufn5/+ny891cSokXRqNxmg0GgyG4ODg8PBwLy+vhoaGH3744c2bN2/evJmbm3v06FFBQUF3d/ejR48+/vjjzMzMiooK3ifJKwNLbW1tJ06cYLcnqQjmH/PcAAAgAElEQVRNf8olFNH37NmDOnZoaGh8fDxVy7Zt21BaPHz4MOgAjJsjR440NTXRUb9w4QKoLRO3LAKF5gshkVvP+PO9e/dYeHX9+nWmVZiKQzEGNVSwW7agg5cQxugoM2zA2eCaeEciukGRiMXQVEchj5rRg5ihVqthewpjQaVSBbldga4rICAA4yCKcB4ajUan0wUHByclJX3xxRe//vqr0+lcXFxcWFj47LPP0Ey6d+/esWPHtm/f3tHRce3aNbYtnTx5UpSNUAqTYEgAJHkHktu9e7fNZkNXMCMjg3KdRIs101Q5gH1HjhxBzFIErIkQbCpE2ArJXsaZkcF58uQJcq4sqgDGP3/+PEkqi7rY7Mz+EiyD5OrYsWNNTU2S4B46dAj2CcL6oF4ytIBDFhENst6qqioPSu7g4GDgKQoOueOcBCWhTOJwMP7+/hxJSEgIQcVoNHp5eZWUlDgcjufPny8vL//4449LS0tXrlw5fvz4xYsXv/rqq2PHjpWXl6NsDKkSYkp3d3dbW1tHR0dvby99ISKHtNLY9MLwZ15eXnR0dH5+Pu029gPxrBG0AOzQLBV/SGeQ7bNCH/n2229JiJlPuHfvHrkvZFEEBtra2nbt2nXw4EFcU1NTU1tbm3vbwx3l5QN3sIQeO8wrSXyJ7ZIEQ2MsLy/3CAgICAoKCggIENyQG02dQWFIPJcsS+Y/QFPwYyqVCqenVCqbm5t/++23H3/88dmzZy9evHj16tXNmzfr6+t5PKurq5uamlieQZCg5Uejqa+vj5VsOFx6opRO9fX1MBm3bdtGwx+2w86dO0WghlFJkhYkiykXuGutra3okcPZYYOzUKTZCNLV1dXf33/nzh0W3w8MDDQ3N2/fvp1pUvLaU6dOIcwulSDJt6jZgqITq+m/idCPCOORQ9I6RBdr+/btHtx3Uino68Rwbrr7SXDJ8chX+H5KSJ1O9/7770dHRz98+PB///vfs2fPnj9//vPPP6+srFy9ehVBsdbW1g8//BBG2unTpxsbG8HJYaeBdbO969ixY5KnV1dXE94BV0pLS5OTk9E6kj0XZJDA9aDFlZWVLKREDrOurg4mCn0OSI5SiLAvjZiP6dy7d29oaKi+vn7r1q0YIp6nubkZoR9Z2kVThFF5WbPNv5Qd0gXhAIAXSejhH63OG3ASPOxMmFOi+7pdSrfLfX8Wx+bn54c94dBY7FFcXOx0On/++eelpaXnz5//9NNPc3NzAwMD/f39AD7klBDaqEKAjFAeZgm3MIMpAHkb4Cj79u1DxkvmhZlMyM7OTk1NZZdLYmIiizDIczA1pg5RHL906ZIQsQn+JFrYEHZz/vz57du322y2nTt34ovq6uqampqwCUxEFkbt27ePaXNMgYEjygtMAfIVKJbsRYdJu2ofuCnmNkix1q1bJyckc7TilzAmf39/lUoVGBjI1+FWMYar1+v5tubm5levXpH7Li4uLi8vv3z58ptvvmE0D5UYdC7IHamxjx07Bk7H+B62j5MVu2bki0q+oqJCls6g3hwfH28wGODhBwUFRUREZGRkYEMVFRUkM0QjZHTPnj0Lk6+urg7mLjnxjRs3+vr62P63ZcuWXbt2oahMsiBuqqGhQVZrI3eMRxL2PpkVNSyTajDHgd85JNrp1dXVHoKlE6WlG7hmzRpmoiD4cDz8L71b4rz8LOO2CoUCzu7atWvDwsImJydfv3796tWrhYWFxcXF+fn5paWl0dHRw4cPl5WVIVIGnYnAixZ6Z2cn5XFnZyeegVgHJoqYXH5+PnQ00ThBGhMBvdzcXJlcIeaZTKbk5GTKe/we59Ha2ooXZcXY0aNH4Qd98sknjY2NVqt148aNKSkp3FngWGodfNGBAweOHTtGt4OEFVOARILh0miS+SjGPqirgIjQoludV8PP4HkwDkKC1OqcAUaDBUgY51+m3Fi/JSkAG0sqKiqo2Ofm5hYWFp4/f+50OhEso5159uxZ1ghRFTOJ3NHRwWA5iCHIqAx7CYICulXh2uRO2OSpLCkpgZ4RFBSECyXdgHMUHR1NN4VfxQQNKmP0H1FcBzTTaDSxsbEgAujPHjp0qKamRjIoShBYuRBzIcChAIIMAA2ectdyNeHDweLFblb7g+KI5NmXoC1IopwTX5EuCD/IG+YUJZBgdhERETdv3nz79u2rV69WVlZevXrldDp/+eUXp9N569Yt4AeSK6b50QjHPhgopuwikAKlkLTwoKHjC3GGYoUsCw+WkZERHh6u0+m0Wq1arabMQtrLZDIh0om0F7N3mZmZCQkJEDaTk5PZeUlPE/4gs8zYB6dCcCZZ4pVQA1FPlLu22IFTESo4NkbQRdtSBLI85L7LefD444gkyOO1yIYDAwNJkTEFgjyHodfrMRetVssPxsfHDw4O/vjjj2hpT01NLS8vz8zMrKysfP31111dXbCkOzs7GxsbYdTJeQjUil5WY2MjeS3eQLj7wi7EKbNYoKqqqqCgIC0tDQoZ2gZsUIPWxZR3fHx8eHg4C6N0Op1KpaLYCgkJQYIN8n9WVlZxcXFNTQ15FNOCsBE5EhnxohikGEJ+EA05GY7i+0l2mfzAg63GD/FO7+S7nASWAU0UUV7uvixr5NiY02HuFgPS6XTUNGvWrNm9e/ezZ89evnw5Pz+/vLw8OjrqdDrHxsaGhobYe9DS0oKQFPOA9K4pElHw6e7uZnMviiA8aMQP6eRQc9CPIyGG/JiTk5OSkhITEyNjRywTQIAsJSXFZDLhBkJCQlgDjSI4G8cSEhJSU1Nzc3NLS0vxadTY3HdiOC0NVhxIqxwHBdcN3iXCMmQi/EuOToayml9JoJbzEPsQy+AwuPgGKQk5TqVSSeQHukd3A3xepVKZTKYrV668fv36xYsXz549m5ycXF5eHh4enpqampqaunXrFnsZ4AoxuH/x4kWonmj3MGjT1NRE1KEXzangf0nhGX2DtwnbkZ1AqB0kJiZCPWXFHAQznU6nVCr/85//0JlWqVRRUVGRkZEGgyEpKSk/P3/Dhg1RUVFmsxnpOEBAeJcU20DoMK9ELtUdTse1sgGHATWgNjIrZsNwlQkJCb/bhxQfEj+YwRHL4GyYenYvEmWVrJeXF+0TqWBw2d7e3jk5OXa7/aeffrLb7UtLS2NjY+yXHx8fHx0dvX37NhgJAxY0qYgl8EKZsWxvb0ccl1RKtA4kxeS+UKaBrMDFhhMLGWzz5s3Q8kCJNBoNXVHiqL+/P0Ry/FVmZmZUVFRCQgItTmoLgjnTgjhPqOysFSHIyVBBpWshJy5U8l0iTXV1tdVqTU5OZuhJrVZ7uCv1cLvJoOQrku+i6C72IQW8UqmUriLwO4k/YQYrCQwMbGtre/HixcLCwosXLxwOx8LCwvDwsMPhmJqaGh4evn37NqBQQ0MDvFDZxyKye9DX6ZRwDEhOkXceP35cSJsNDQ3MScpOH6YIrFZrZGQkrzAwMFCv1wNO8ylAHEJsISEhKBwR87EVnncIVCCy8NsgvWErAqdjGTKCztkwE4VNs2mILQUhISE6nU6n0/0ez+U81q5dS+aKGgOf4s2guEt+JRU7heG6detATfiAjtbatWt1Op2Xl1dSUtKjR49++eUXgvn8/LzdbmdliMPhcDqdX331FYqEnZ2dRBFa2dDdWEdw8eLF7u5uYFSw65aWFnBTfopNeg0NDcxbFBYWVldXUzaTbpF6+Pv7M+BiMBh4XAICAlD6Ak7VarXEeRQ94+Li8vPzwcblwkaxGO54WVmZgFTuaj4i/oxGOKNAaWlpAQEBBoOBZcDM2Xi4P+wYAY+8FOdy+bgu3pLoyUjZIQU8h8QYlY+PD4sS16xZs23bNofDsbKysrCw4HA4Jicn7Xb7kydP2AwwMTHx5MmTrq4u+oYwdAnmHR0dfIAaHKreANp1dXXsJ6Vtzu5inAZ+g8IlLS2NIoksg/fPrkeWVq5fvx6PodPp+C+j0Wi1WmNjY8mGi4uLQf4p78nlyLCBmXk+3EUxoACIzrNoLOEGQ0JCWKiJbg+UaA/xThLDJcJzubsmPoWOJRCLsCBwUKTCZL1wtBBjUavVYWFhbW1tL1++XFpampiYmJycnJycHBkZGRwcHB0dtdvtjx49AvGW8pAh/o6OjsuXL0OjhhMFZISDOn36NGvxgJ76+vrOnj1Lmk/um5aWRkYbHByMUCqeSq1WM3CEHCSoKNs4mbjIz89nrVZKSgoc+/379/OnoULD6odWIjxdAa8oMqRWxWiqqqpQfDMajfhDdBFRi/Hw8vLiAedhlyxLKu13UEXQQ46BkpBMlyYjZ65Wq6UeNhgM/IjJZHr//feTkpIoR6amphwOx/T0tMPhePz48ffff2+32wcHBycmJlgxgwooKhh0lsiAgYFpXyPHi1wcBtTZ2fnJJ5/09/fD4aisrMzOzkbqGUIMxSA6hAaDQQa6eYB0Ol1ERAQ1Y1RUFIOprDmDw7979+7a2loE9+n9CXUaeA3fJXNQAh8Qaci7oqOjiVIcvE6n0+v1hCsPwCgpKcQU3J3PO+4IEIIPMH+aKGq1Gq0NeEDYCk8cB0aedvjw4ZcvX87NzY2Pj09OTjocjsHBwadPn2Ir4+Pjc3NzTL4gSA0IL7PlyFVBIQQSBvhCwY8xeIDbtra28vJyPAOFHk+MrPuJjo6Ojo6Gu8SzpVaruVMGg4FpLjxJcnIykmFCl5JK+515J6R8JLNC4gXRGHCEoqIik8mk1WoNBgNbb/V6vV6v5+96EJwJaMJ141OJ2BISZP4DR8zGNQ5PAgZZCg1EfiGif0qlksAeFhb28OHDpaWl2dlZQsjQ0ND4+PjU1NTIyMjw8DCH9Pjx49u3b/f09CC/cO3aNchqjM8yyUELC5C4o6ODBirzZ7CqiouLcUqhoaE8NH5+fjI5x+wkglI8cCEhIaiEsEsAGUNqF9jDJNlUEjIxDQyFuBjWIGqi2AcL1cjNSkpKyN8khosaX3h4uAeHwZOOBZBgyHmIs/rL8wDZ5QcxEQ5J0C2+CBQRGhqKf6utrZ2bm1taWpqbmxsZGXn69On4+Dj+anR0dGhoaHBw0G63j42Nyf424geNCtR2oaqw/+z8+fN0fE+dOsW056VLl86cOZOVlRUQEMAblsxbTogxSQbA/P39ocuI3YgyMbo6RUVFqBmTwlJMiHwohR6ESipt4ELOTDjjlZWVpaWlGzduJLslmUZUd/U8MFV3+8Bi3nFfkubipvgvjEA+cD+PANel0WjQKYP8wFHFxMQMDAwsLi4+e/bs6dOnCF6yphBF/u+//97hcLCw7f79+wggoSXJcAZR5MyZMz09PUj2ABLzFZI0nkSNRsPzyIshxYDKpdVqceJoc0s+otfrgSCZWY2MjIyIiMjPzweppAgVyyCVch9bwUQYLEe2q8S1cxAEPjw8nBBrNBqxD4PBsOqvSHCxEm4uByDnQY4r5wGo4OvrK3ImMFT4OufBYygo94YNG1DBJJCgGNvb2zs9Pb28vPz06VPCxvDwsN1uHx0dHR0dBUqhQJmYmPjuu+8Q/6ZNBKHt6tWrnZ2dDM7Q5qP33t3djf51ZGSkt7c3rkmr1YaEhBDeyDJjY2O1Wi15lEaj8fT0xNlqNBpSnYiICGb4iP/Q8ulI4pcQVWTNskgRidIbG2pRgNu8eTMaFMyyoHehUCgIV7wkosjv9blEbGkUiiPCZWEBsN94jqhUSLdgLwoRW1B3DgAT4QdJNy0Wy8jIyMLCwuzs7Pj4+PLy8pMnT+x2O0F+ampqfHwc03E4HLOzs/fv30dtDwY0B8MIEwuwGfXEblpbW0tKSlQqFf1K4jnAO5k3lsGzSaKBa9VoNBqNRgiYMTExfD0iIiI1NTUnJ6esrKy6uprHnLFHjiQnJycrKyszMzMnJ4dhO84pOzsbnRwEKCDHhIeHCy8HkfywsDCtVqvVav9wHu45rlQh7rgIKTwxhsgh5QhViPtkAo8AUVQIRMR8HpDa2lqn0zk3NwdqMj4+7nA47HY7paKcx9jY2PT0NFr2WACENrgHhBP2zqKzCyU1PT0dYAp7pQYis+QrHInJZFKpVKT4pCR4XfwYsT0iIiIhIQG5GyATBrdyc3NtNhvz83l5eVlZWRaLBf2HgoICsEt23cjB5OfnZ2dn468wR4PBAIdt9Tyk4nNv7bk3PwRwlJsO3iDNWoyJcp3/xbb4VVInciRknEy8hYeHj4yMOJ3OycnJwcFBbvrTp085krGxMTYsjo6OEksmJydv3LgBpZHp5vb2dqqNrq4ukODGxsbm5uaqqiqtVitFkrQDDAYDzgG8yGg0UohQLWIchBm2bKhUqrS0NGJ7Wloa047I92VmZrJ1mVk6dsWzZxbNCr5osVgsFkteXh4rgRl9ioqKgpBuMBjwkDqdjqTD453DENQEt+NOsuJT2rpgiBJakDb5S/uQKkTOg1W4ZJmdnZ3z8/MzMzODg4MzMzPff/8925PHxsbsdjvpLzup5ufniTG3b99mQyTz/R0dHcz+IP8Gc6W0tBTtc14Pr1ypVNIuo8kBeKXT6UJDQ2NiYsgbyUQ4D+jCqamp5GBJSUl5eXnodxAVeNilZszMzMQI8vLy8GAcCWP2ZrOZqSKbzZaUlMSfZt8Qed1qfa784yVmAePdPdMVVjWyyYgtcutRoeF2kxTIjwT/6cInULdnZ2fb7XZxWRMTE8PDwyMjI3a7nfMg2mMio6Ojc3Nzk5OTsNARNEYg4+zZs+3t7cAnX3755YkTJ9577z1skeeMlwp4o9frpclBLs4uM3GtFOphYWGI5OHfIiMjZVwYuVzw/NzcXCRYOCRQZP51Px4kxcxmc35+Pgvkda4Lz7mKX7nX3kLn4WGnhhCOqEwOSkkvZDjsiWefY5CETc6A/5Xsi56oWq1mIGFycnJoaIibbndd5FpyNsT56enpkZERAjhH0tPTA2f33Llz//3vf+fn5zs7OxmBIM0V3JM7DopD1oTggZ+Lse/+agGyqNW1Wu3GjRtF36bwT5csEKQpuWnTpvz8/KysLOwD0em4uDiz2Wy1Ws1mM0o1lIF0hdmv7SGZFfdd6jgJ4HLJLcb2/dz41/ySv7QPbj1ZFhknaArpb3BwMKvapqam0Ot1OBzj4+NjY2OcxNjYGHF+fHx8ZmZmfHx8YmLC6XR+9913TJXRWzx27NilS5cePHgwMzPz8uXLs2fPuvsfih6MmxfG7WY1ll6vZ+hLboJGowkNDWVXE74I9ZDs7Gy2ChUWFiJul5eXZ/3jhRPLzc1lE0B2drbVakUVJyMjAzMiGcvKymKhNg6NvMDD3SMJg53MRIadhVYiaZWch8BZgiri9JSuuR6pMUlp9Ho9ABe2Qpv622+/pY9L5TExMSHnwQFMTk6Cd01NTc3Nzc3Ozjqdzm+++aaxsRHp6qtXr05NTRHzl5eXL126JOAbhRGBRKBSisTIyEj66nFxccLw8/PzQ/2ObaUJCQnJycmhoaE0nontsbGxFosFUdb4+Pi4uLj4+HhWx1ssFjYBZ2dnk27hxGSPBmogCGEVuXZ1CkrvIUwR4SS6W4Z7l5C7L2C7ZFAcCbYCGkF5SDuLXEtyAWBg4aDQvj5w4IDT6XQ4HPgrh8PBkYyPj09PT09PT8sJLS4uOp3O2dnZlZWVmZmZp0+fHjx4sKura3x83Ol0imj8559/zmMUEhLi7e3NjeYFyyQRcB65P8GMlwrEixYbYQbRKZPJBGLNJCMAMIfBISHrFhkZiXgVhiW0VVIvRENycnI2b95MUUnUKS8vX91fK+mgpLmYrXvxIXoZmAKYPN8gxyAFvEAvnBY/xQ/SE5VylFiybt06i8XyxRdfzM7OkkpxMDgrCnWHw7G4uDg9Pb2wsIB9LC4uAjtCjWCT4NjY2Nu3b3/77bf79+/jgkJCQiiDKVR5syBvGCuou9Fo5O0rXTOSOp3OYDCI19Lr9RwkSiIxMTFJSUmIVKWmpjKjTLRPTk7GXzHST/Ag/SXOcypSxoO7wImpqqry8HXjq/OCZJDZ16XKLvgu7kjoinIw7rHHHYLkzRPJ8WacBN1QvV7PDj21Wt3Q0LC0tEQMl/Ow2+30rMbGxubn58nBZmZmnE7n/Pz89PT0s2fP7t69W1VVtXHjxqCgoG3btg0NDb1+/fru3bthYWEKhYK1cLhHAgn+ijxKprxIvnmFvBep1ABUQHqwD71eD6crJiYGtJHjIbogg0swAD6x2Wzo3olI5+bNm0WvD1mQMtfl4d6IFdxQxsvFpUoIId+Vpjp8FD8X6VT5pxaWvE+Oh3cFlEYgZS60oKCA9pRgVpzHxMSE2Ap14szMDLy6qampFy9e3LhxA5SJeNDR0bG4uDgzM5OcnIyAmnvix3Pmjg/xuHBgBDYMmmQXH5WQkBATE0P9TCqckpJCFImLi0tISMA4mI2naKf4oDCkLiHrRY6FQh2j2bJlCwa0up/T949zHlKu/915vENyoMUkd9/9YCTMuNeJWIxkXOvXr8elhIaGXrlyxel0ErSxCQ7A4XCMjIxMTExwBtPT05OTkxMTE7OzswsLCydOnIDLk5ubu3Hjxq1bt54/f35lZcVms6H4K4WFZIkKhYLXj+MinlEKBAYGent7BwcHc69NJpO/vz86eQaDAR+rVqtZPU46ALk0PT1d9keAVlHM5+fno1BKoW42m1k1n5mZySYcq9XKcdpsNpvN5qH4m+vv/JWch88f6e5Si3C7lUolhC4/Pz8KctJiCSfARDzCeI9Dhw4tLCxMTk7OzMxMT0+T9ZLpynmAo4yPjy8uLi4tLX333XfISoA3QFwrKSlZWFioqKj44IMPBBLlGIjnPj4+np6e/GlAPWyId+fp6RkQEMC6Ddo2SHUL4kQUITFjNQQLVBjZAkeB8cXdR8kYe0Jyj/3MrBlEypVeS2JioodwqN2Nw9c1ef7neM55COPtL8+DsMl54It1Oh0uS9jmJDl8YDQaVSpVZmbm48ePp6enidgTExMku9gH6e/IyAjg/IsXL0ZHRw8dOsTvYQdJaGgoYMbAwMChQ4dY5SNlkNg9bwH7kCkWjJv/UigUCAwT8CMjI8GyCDY0eEgEiDHul8lkEkqV0WjkRAUUkd+JNj6AJjkbSZqHp6enO8vN3ef8Zb7r7qO46e58eKVrDsHXRY0AWEUZXvBg3ALJJcg2b/XChQvUFuAi1O0kwZgFgYR069NPPxWEIyIigmyVDjab61ApAtyFDObrGj4SmqtUu5KVKFxUJp1OB/ODYpAj5yTIvuQ8gO7JkuPi4pKSkkiCExISWNgBa5v/IkXGa5GbxcfHC/blEeCiqYt34lbikdxBLYnnpFi8W6VSSUjnufNxLcTjY44Wf0UckiJfCngqEj8/P6PRaLPZlpaWSG2JHDMzM6wGm5iYWFpampqaevjw4fz8/IMHD6xWq0Kh4O4wegNWyMr7jo6ONWvWrFmz5v333xeYmWQEfyAPkLwYX9foHs8fUT0gIIDVTeTB0IXgWVMGJicno7aelpZGisWUKblvUlISpbjZbGbPR3p6Om0Sq9XKwjI0O7n+9jz+7K+kGKR04jwENXH3XUo3/TK5Fzybvm64r2TAWA+cIExEeHIPHjzARxHkh4eHnU7nDz/8cPz4cYVCAUJDm48iVKlUbt++va+vr6enh1vP6+Sm42b/8hKSHz/CmizAK/hq9JtJ5LAACA/gTmiCcqPR22NrNiU6aHxBQUFeXp7ZbLZYLAjA0Vh0T5H/9jwEWJRhHB7AP58H992d7Cs4fIAbVRn3hXn5+vpKAor1IGvDGm9qDtqFDx48IPGdmZkBfl9ZWbl3715CQsI///lPoivFNrCYl5dXVlbWtWvX+vr65HmSFJFVcPLWhGzGi/RxTR4JVx9InOY2KunIR4OUIFyH3Kbc+ry8PO41AJcgWpmZmfSs+E7yK1qKSUlJ1PNpaWn//3kIYxHTxgtJ7oTLImnhkGQsQTybn4sIoXBpbQAWKd04XcR8hUIRERHx9ddfLywsSBd9amqKQn1sbGx2dnZkZGTHjh1UeUFBQUQgMHydTuft7R0XF3f79u3+/n5J4vFFCoUC8RzlHzs9MlIsbwFSOZkh/A8G15AFiYiIoAAEsILACEbCebCrITc3l5AgXamMjAyz2Qy0lZeXRw2fm5trNptzXdffnofvHzmi7mW8POzu5yFZGe8QHy2tLbkjkoBJZcCDGRISEhYWhpXU1dURP/BOdrudri0wycOHD4uKigIDA+F5shyQSpsoEhYWNjAwcPnyZTFZ/oT7O3IvucQ58xWpdvEHJEKohJF6hIeHs6SDRJbMFcBcWrY0P9LT08mDLRYL8CIfYDSUjaC/W7ZsWd0n/P+eh68L+ZB7LemTfDO/ROijREshzGMomBS/WSK/kLUoj5mbTk1NffDgwdzc3JMnT3BTjImQdI2MjFy8eDElJUUYOkqlElUuQkhISAh7hry9vfE8YprS03znrfGOeER4jKRuBQmOjY0leUVGPTc3lxiOdHFqaio3nb4sCxk4EmIJQZ5eCEW71WrNy8tDbDc5ORkcftOmTX97Hv6umUyfPxLg3U2eGMgJKVx1uJ+L5Ojr6+s+4saj9w4KCfhIF4hPifPt7e0A7GRZ09PTuKzh4eGJiYmZmZna2lofHx9GN7y9vfV6PX+dhiALQiSDAEwkOZYCS2oOuXCknJNgWQaDAa4i6S+1CHlqUlKS2WwmfUpPT0eJElQRaASnlJubW1hYaLPZ+AYQLb5Ompuens7Sv61bt/7tefAeeKglO1QoFMyiyU33cQn9kfLKPCQfSINEeEByVNx9HBqIFrWCRqP597//vW3bNrvdPj8/T2U+NjZGeUg7fXFx8dq1awkJCSTKa9euZSm4SqUKDw9ft27diRMnbt68Kfk0+RuX399c1ChSG1Ko+vv7a7Va+udBQUGhoaHR0dF6vT42NjYsLCwiIiI+Pp74gQfjhB6ejLoAAAFLSURBVCwWS2JiYmxsLCGapkhWVlZKSgqAFeeBv0JJlB2LJSUlHmKYmLCgHX4uDOodtDHgb3hysJiUrkEjgrP7w8j3gCNhIpgFPgHBJ3EsJpPp5s2b09PTYhNMIzx8+BDS4tDQUFlZ2Zo1a0irOH7wPh8fn6amphs3bnBzyTW4474uGQOsimyQJwbz5Y3L8jKeNlB3Ot6kWDRFgEwgAcNVILlKTEyMiIggAwaqioqK4lPpVoHDM1/LtsjV+PF35/EO/iGFus8fuYru/k0clwQMgSM5PP6WtOKh1ilcg5TS3Pbz81u3bl1+fj5sazIrIBMIpbCEjhw5Qo3m4+OjVquVSiW26+npmZOT09vbK7uOhVvl3qfxd81XKFzzR395HjC4QE2YZo+NjaXgINmVheV0RKgQU1JSWAyckJBAmotsF3kt0YKjguqwyXX9H4sLDC40Vf+6AAAAAElFTkSuQmCC" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" src="data:image/png;base64,iVBORw0KGgoAAAANSUhEUgAAAIUAAACiCAIAAADgEZnlAAAgAElEQVR4nHSd51ObaZb2+Wu26q3aqZnu3m5HkgGTc84554wESOQgghCIIESQQGQQSAIkcs4ZTLDdNu7xTE/cqqnaqq3ab++Hn/2Md956nw8uHDDwnPuE6zrXObdVYWFhaWlpWVlZYWFhfn5+cXGxWCwWiUTl5eXl5eWlpaVFRUV5eXm5ubkFBQUlJSVisTgtLS0vL08sFjc2NhYUFNjb27u6urq6ujo5Ob18+dLFxcXLy8vV1dXHx8fLyys0NNTX19ff3z80NDQ0NDQyMjIyMtLf39/f3z86OjohISE8PDwwMDAkJMTb29va2trDwyM4ODg6OjowMNDLyys6Ojo+Pt7T0zMqKsrBwcHT05PPio6O9vPz8/Pz8/LysrOz8/f35/8JCwuLjIyMjY3NyMhISUmJjo6OioqKiorinzk5OcXFxfn4+Dg5OXl4eAQFBQUHB4eFhcXExPj6+mZlZVVXVxcVFRUXFzc2NnZ0dIyNjWk0Gr1ebzAY5ubm5ufn5+bm9Hq92WxeXFycnp6enZ01GAxjY2Ojo6PCxxMTE5OTk4ODgwqFQqlU9vb2KpXKpqam2traxsbGxsZGiURSXl5eUVEhEonEYrFMJhOLxSUlJSUlJVYFBQVisbi0tLS4uLiwsLC4uFgkEmGV0tLS0tLSkpKSwsJC4a/EYnFWVlZBQUFxcXFNTU1ubq6dnZ2jo6OTk5OTk5Otre3r16+dnZ3t7e09PDy8vLy8vLycnJxcXFx8fX2DgoIiIiJCQ0Pd3d2jo6MDAgJ8fHwCAgJ8fX1fv37t6Ojo6urq5+cXEBDASwwICAgMDORTIiMj7e3t3dzceN3h4eE+Pj5BQUFBQUFubm7x8fGpqakhISExMTEZGRkZGRk5OTlSqbS0tDQrKyshIcHX19fBwcHZ2dnPzy8kJMTf39/V1dXb2zsiIiI4OPj169eBgYEZGRkVFRX87A0NDW1tbaOjoxMTEzMzM3q9fmZmZmpqilc/MzMzNzc3Pj4+Pj4+MTExPDw8ODg4PDw8Ojqq1Wq1Wu3IyIhGo+no6MAeXV1dLS0tdXV1DQ0NjY2NVVVVVVVVNTU15eXlIpGoqqqKs/7FHpz64uJijkZJSUlRUVFJSQlvH/Pw55gxLy8PZ5JIJJmZmXZ2dnZ2di4uLp6enq6url5eXu7u7s7Ozrx9Hx8fd3d3Pz+/0NDQ4ODgkJCQ4OBgLy8vjiQvxdvb28HBwc7Ozs3NLTg42N/fPyIiIjExMSQkxNPTMzAwMC4uLioqytHR0cPDIywsLCwsLCAgwMPDw9/fPygoyN3dPTY2NjExMSAgID4+Pj8/Py0tLTw8nG84KysrPT09LCyML/H8+XNfX9+wsDAfHx9fX18cyMvLKzIyMiMjg5AgkUjq6+tbWlpGR0cNBgPnfWZmZnx8XKfTjY6OTk5Ozs/PGwyG6enp6enpmZkZLDE6OqrRaPr6+rBKZ2dnW1ubUqns6OhobGysrKysqKioqKgoKysrKysrLS3Nz8+vqqqqq6sTi8UYyYoXjXMUFBRgCYzx7Z8XFhbyVwUFBfw2NzdXJBKlpaW9evXKzs7O3t4e/3B0dHz9+vXr16+DgoJ4C87Ozpx0FxcXZ2dnHx8fPz8/IhivlVfj7OxsY2MTHBxM2ImKigoODvbx8QkMDOStubu7+/v7BwcHBwQE+Pv7e3h4eHp6xsXFhYWFxcbGxsfHx8bG5uXliUSi9PT0+Pj4wsLCrKyslJSU4uLi7OzswMBADw8PR0dHf3//mJiYmJiYoKAgvo24uLjExMTMzEzCSE1NTUNDQ3Nz8/j4uMFg0Ol04+PjRqNxZmZmcnJydnZ2bm5ucXFxcXFxdnZ2dnZ2cXFxZmZmeHgYg6nVao1GMzw83NXV1dTU1NTUJJPJsEdpaanwYvPy8tLT08vLy6uqqsRisVQqlUqlVkSq/Pz8vLy8vLw83IWMIhKJCgoKcnJysrOzc3Nz8/Pz+S324CdPSUlxdHR0cHAgZD1//tzW1tbJycnV1ZVAhD18fX19fX2dnJycnZ0DAwPDw8Pd3NyioqJCQ0NxkaCgIFdX1xcvXmAMLOHv7483BAUFkWBCQkKCgoICAgIiIiKwZVJSUlpaWkJCQkxMTFJSUlZWVlZWVlJSEj6dlJQUHx/PqcLJSGAxMTGxsbEhISE+Pj5hYWHp6elpaWk5OTmCMWQyWWtr6/T09OTkpFarnZiYEJKHwWCYnZ3FM0ZHR8fHx2dnZ8fGxvr7+4eGhoaHh3t7ewcGBoaGhrBHY2NjfX29TCarra0tLy8Xi8XkZl67WCyura2trKyUSCQSicSqvLy8qKgoNzc3Ly+PN04AJbTl5+fn5OTk5OTkfn2ys7OFdFJeXp6YmOjk5PT69WtOq52dnYODg6urK3HGw8MjMjIyKCgoMDAwICDA09PTx8cHD/Dy8goPD/f393d2dvb09OTkvn79WnjXbm5uHGT+Bz49LCwsIiIiKioqJSUlKirK398/Pj4+MzMzNTWVVx8TE5OYmJiUlEQKycrKys3NJcxmZ2eTWnCaqKiosLAwqoPExMSUlJTc3FzCOq9PLpfPzMyMjIyMjo6Suqenp6empsgiU1NTExMT2GNycnJ4eHhgYECr1Wo0GpVK1d/fPzg42NXV1dbWJpfLZTJZVVVVZWUleQF7iEQiYiMOVF1dXV1dbSUWi/Pz83NzcwsLC0ndRC3SBmGK1IJtqMGKi4ulUmlVVVVcXNyrV6+cnZ3J5La2tqR3fMLNzS0mJiYwMNDPz8/X1xd7+Pn5eXh4ELsDAwNJOW5ubk5OTj4+PiEhIaGhofz7sLCw8PDw8PBwyjBPT8+IiIiUlJTMzMzMzMyoqKigoKCUlBReZXl5eVZWVkZGBmEhLS2NiqO6urqsrKyioqKyspJQXFNTU1NTk5+fn5ycnJqampKSEhcXFxsbm5OTU11dXVlZWVVVVV9fL5fLp6amhoeH5+bmDAbD5OTkxMTE1NQUH8zPzxO4jEbj1NTUyMgIltNqtQMDAxqNpr+/n8zR3t7e0NBQWVlZXV1NvUrUKiwsFIvFYrGYv6qsrKysrLQqLi7GOUQiUVlZGdVtXl5eUVERCQMb8le5ublCQVxTU1NbWxsdHW1nZ/f69etnz545Ozu/fv3a1dXVzc2NDEmoobIiCkVERBDovb29U1JSYmNjvby8SCceHh5+fn54g5+fX0RERGxsbEBAQHBwcH5+fkpKio+PT1RUFB6ckZFBIomPj/f19U1KSqqurubb6+rqqqmp4cTw3uPi4nJycsrLy/H1urq67u7utra2srIy6viysrLw8PCsrKyqqioOb01NTUtLy8TEhE6ns1gsi4uL+IHBYDAYDEajcXl52WAwzM/PLy4uUmKNjY1hkpGREZ1O19fXp1AoOjo6FAoF/5tCoairq5NIJFKpVCwWFxYWlpWVVVVVVVdX19XVUQpbVVVVcfxxjqKiosLCwrS0NPE3T+k3T0lJiUQiqa2tra6urqmpCQwMtLa2dnR0fP78OY7i7Ozs5ubm6+sbGBjo7+/v6OhIeiAoxcbGpqWlhYWFubu7p6WlpaamkuqDg4N9fX0pw1JTU0kbsbGxgYGBUVFRJOTIyMi0tDQ8ODMzE3unpaWlpaUlJiYWFxcTZNrb22tra9vb2zs7O1tbWyUSiVgs5vSUlJTk5+eLRKKWlhYAQVVVlUgkqqysJJpXV1c3NjbKZLKWlpaenp75+fmRkRG9Xo83TE1NUeniMSaTaX5+fn5+3mg0CtFsaGhocHBwcHBQrVZ3dnZ2d3crlcra2trm5maZTNbc3FxbWysSiXiH5eXl1dXVtbW1LS0ttbW1DQ0NVtXV1bxxiURSWlpKwZeTk/P/swe1Wnl5ObYNCQmxtbV99erVixcv+ICqNCgoKDQ0FKAXHBxMsRsYGBgbG5uenp6YmAiojIuLCwgIAPSFhoaGhYWFhoYmJSVFRERwqFNTU8nDiYmJsbGxYrG4urqamjs7O1skElVXV0skErJaRUVFXV1dW1tbc3NzTU1Nc3NzU1OTVCoVHL24uBgX4UeoqKgghpBdCWW1tbV1dXUymay9vZ3yaWFhYWFhQa/XU/jy3ufm5mZnZ8ElQJOJiYmxsbGxsTFCVnd3d2tra0dHhwA+6uvr6+vrgYHl5eXkcL4Nqq/q6mqr0tJSIkBZWRmvXiQSZWdnf2uDb20jkUhEIhFuVFFRERoaSrFLsHJ0dHR0dARw+Pv7+/j4xMTE+Pn5kTY8PT29vLwwDxUdRW1SUlJCQkJISEh4eHhkZCTFUkJCArVcZmZmeHg4GTgvL6+iooKjQ+FXW1srnLjq6ur6+vrOrw8JVqVSYZ66ujq5XI7xkpOTExMT+d84gvHx8dRXFRUVAOmmpiYB+s3Ozk5MTIyPj8/MzAhmIJ8DyKl0NRpNZ2dnR0dHZ2enQqHAAA0NDWSvurq6qqoq4VhzDnCRlpYWjoJVQUEBh4v3zq85OTn/P3sIyLGwsFAikQQHB+MWUCYuLi4uLi5ubm7e3t7+/v6BgYFJSUm4SEREREhISEhISHR0NFVTampqfHw8GSU8PNzb2zswMJBilCo2JSWF740EHh4enpSUlJeXV1paWlNTU1ZWVlJSUltbS3FSV1fH0SZKtLW1dXV19fT09PT0dHR0UL8ODAwolcrm5mapVJqZmZmcnEwkqKqqSkxMLCgoIK/W19c3NTU1NzePjIyMj4+Tw8fGxrAHKGRiYmJkZGR4eHhkZAR7aLVaqJGOjg6VStXT09Pc3ExWqK6urqqqIqtzpknsZWVleHltbS2v2oq4WVpaWllZKZVKyfLkdmwo2EMkEoFIBGeSSCT+/v7kD2tr61evXrm4uLi7u3t6epKZOYaxsbEJCQnJycmUodnZ2UlJSQEBARkZGZmZmWAx0Fl4eHhsbGxUVFRmZiZpLC0tja8ImuU4cxSamprUarVare7v7xdqSolE0tzc3Nra2t3d3dPT09XV1d/fPz4+ToW6trY2NTW1srKyurqq0+lqa2uLiorAYvwqk8kwBnmI944NhHA0NDSkVqtHR0d1Oh1QkWCl0Wi6u7v7+vq6urq6uro6OjoaGhrA+c3NzQ0NDU1NTURXKkCYqszMTOgZXrhVQUEBSFsqlZaVlWES8IdgEsEY4HOxWMx7kUgkfn5+1tbWr1+/trGxcXBwcHd3B2yTFdLT09PT04ECmZmZYK6MjAySdmlpaWFhYUpKSk5OTl5eXlpaGswYUDkvL49PFCqlmpqa7u7ujo4OIEJzc3N3d7dWq9XpdCqVqru7W6FQNDQ0tLa2ymQykmpnZ6dKpeK1jo+Pm83m/f39+/v79+/f39/fHx4e6vV6hUJBxZ+ZmVlZWdna2trW1tbe3t7e3j48PDw8PDw5OanX66emprDr8PBwX18fRRTOASIZHBzEHfl0nJLCCavIZLKamhp4EX52nKGmpkapVNbX19fW1lqRGKmFqWXJEIS2b+1B8c6f43FSqTQwMBDk4erqSmXl7+8fEhIC4ZGQkMA/BuxUVVU1NjbW1NTk5ORIJBKqUmKjSCSi5haJRJghOzsbh6ipqQHcSqVShULR09PT29tLpG5paQEV9/f3j4yMQMcODQ2pVKqxsbHp6WmtVtvf38+r1Gq109PTBwcH19fXb968+f3vf//3v//906dPGxsbHR0dxcXFcXFxJSUlcrm8tbW1tbW1vb0dmA1HMj09PfH1obQVHp1OR1nV19fX19enVCp7enpI6QqFQi6XNzY2kiHAmxUVFUBUYkB5eXlrayt50Yo/FYIa746/+3/tUVxcXFdXx39XXFxcUVERFhb26tUrCJJXr145ODj4+voCknnIXfX19QqFQqVSAWh7e3tJcUIeys/PT09PF4lEycnJaWlpfLnKykqFQsHb6e3tbWlpITeoVKrh4WG1Wt3R0QHJOjAwMDIyArVnMpmmpqZ0Oh1IbXR0FO5vamrKbDZPT0/v7e1dXFy8e/ful19++fz58x/+8IebmxudTkeQIPnX19d3dXWBzAEZkCIk8NHRUXDG8PCwRqMZGBgYGBgYHBzUaDTQ7HK5vKOjg6oaz2hqagJ51NbWUoIDQVJSUsrLy+Vy+Rd7kMM5xd8+/2IMofDNz88vKyuDqszNzfX19bWxsaGsgi709/fPzMwsKirKzMxMT08vKytrbm5WKpUE2bm5OZIkcAzAT01RVFTEUSgtLa2oqJDL5WRFDKBUKru7u3nvBI2BgYHe3l4SA82JhYUFk8nEWV7++iwtLZnNZkwyNzc3PDxsNBo3Nzd3d3ePj4/v7+8/ffr0yy+//PLLL9vb2wqFQiQS1dfXU6fiW5OTk9h1eHjYYDAsLi7ifHwbWq22r68Pr9VqtUqlkiDZ29srl8tJaQRbqVQqkUiqqqoqKiog0cVicUZGBu0WAo9V8TePwLF/S0MWffPwzwT7FRQUBAUF2dnZ4RneX5+YmBjY+IaGBkqg1tbWoaGhsbExg8FAWK+pqRHQGSwbZgAoKRQKtVrNz4k9NBoNfQVwMg/RY3p62mg0ms1mDGCxWMxm89bW1ubm5vr6+urqqsViMZlMEOYmk8lisaysrCwvL6+vrx8dHWGSP/3pT4+Pj1tbWxqNprW1tb6+vq2tbXh4eGZmBkwu0CRLS0v8iVDyDgwMdHZ2Eqa6uro6OztJ6a2trcSouro6gYnhzFEZ5efnAy1qamo48VZEDFh0cNP/aw8IREwiOI1EIikuLg4NDcUY0CRQsBSs1dXV8A1CrK+pqSHlVlZWNjc319fXg04pRvFuzqbAzQ0MDPT19fX29hLoBAMYDIaFhYXFxUVwssViWV1d3djY2Nzc3NjY2NjY2N7exiTb29vb29vr6+tms9lgMGCtxcVFs9lssVjW19ePj4/v7u4+fPjwn//5n3/961/Pzs4mJibgAQcGBsbGxoxGo9AEBKLD8s7MzAgEcFdXV3t7Oybp7Oxsb28n0jY0NIAEKysrKcerq6tplBUUFEB3SqVSAGlxcbGV4AEkc6Gm+pfMQabFVAK4LS4uDg4OpsyFKwwLC0tNTS0oKJBIJEqlcnp6WqVSdXV19fb2krJokLW0tLS3t3N8IPuamprA1Z2dnf39/fRzdDodFiUuQbJSfULkzc3NUbyur69vbm5ufX02Nzf39/f39/cPDg6Oj49PT08PDw83NzeXl5dBcwsLCxhvZWVlfX19f39/Z2fn7du3f/3rX3/99debmxuLxTI4ONje3q7Vagl0QsLQarUUWgK5y3cI3IEgUSgUbW1tbW1tLS0tmATuoK6ujjoW8JSdnZ2TkyMQnV/6g0TwkpISXjQklWAP4Z9iEsBHZWVlTU1NQUGBr6/vq1evfHx8vL29Q0ND4ZFgfmZmZnjpTU1NGo2mp6dHoIba29vlcrlcLq+rq6OIIMdAOmk0Glxhenpar9fTWqAWECi8lZWVlZUVi8WytraGMba3t3e+Ptvb2+fn5+fn52dnZ2dnZycnJ3t7e6urqwsLCwDspaWlvb29vb29lZWVxcVFi8UyPz+/tbV1e3v766+//v3vf398fFxbWyMlCPwudZpOp5uamtJoNBqNRqfTkUXUanVPT49arRY4XUpehUIhkO2QfsQeXi8dMyLNl3hFSyM7OzsvL0/oyMK9C81BoSdI1CotLSUm5ufne3p62tvb00RycXEJCQlpaWlZWFgwm819fX2VlZUYW61WA5EoT7VaLSW5XC6nAunq6qJYlMvlQ0ND8/Pzy8vLvD6h5CdL4w27u7s7Oztra2tLS0urq6vk54ODg8NvnuPj45OTk5OTk4ODg62trdXV1aWlpaWlpeXl5Y2Njd3d3e3t7ZWVlYWFhfn5ebPZvLq6Sjr5/PnzX/7yl/v7+6WlJXyUGlf4YHx8nFhKeU1pSxggamEVDCOTyeCmqHSxhwC0s7KyhNgjFoutCgsLwWhZWVkUvnyCkDkEB8IkOAplcUFBgbe3t729PWIRT0/PtLS0oaGhmZmZtrY2qVRaUVERGxtbWFio1+v7+/s7Ojr6+vrUanVDQ4NUKm1oaFAoFIRaOIb+/n61Wj0+Pm6xWDY2NiwWCzlzenraZDJtbW0dHBwQdtbW1jjvpOXd3d2jo6OTk5PT09Pj4+Ojo6O9vb2jo6Ozs7PT09ODgwP8Znd3d2tri4+3trbINBh1bW0NI+3v7x8dHVENv3nzZmlpSa/XU1wRQnU63eDg4MDAgFqt7u3txTPgrPCP7u7u7u7u9vZ2QhawHPKqoqKCeMVxLykpgaOD6ywuLv7SH6TNWVhYCO8IoP8WdvDJAksKR11UVOTn52dvb08fSSwWg1chiCgk8vPz5XL55uZmW1sbWBRSDzDR398/MDAAuh4YGKBfPTs7azQal5aWLBYLLVKTyWQwGNbX17e3t5eWlhYXF9fX13d2djY3N/EMXv35+TmpYm9v7+rq6vb29uHh4ebm5vj4GBvs7+9jvL29va2tre3t7YODg/39/Y2NDdxua2treXl5cXHx9PT0l19++fjx4/39/ebm5tzc3MTExNDQEB0OTlV3dzelFJG2u7ubnmBvby8EWktLC+EaZQn24LXQZ0IWQjONE29FJ5zEgn9QyxYWFuIHVM1l3zyUYTKZrKSkxMvL6/Xr1y4uLnFxcQQWqVTa2dk5MjKCVQYHB+fn5xsaGkQiESRdZ2enXC4XHBxYyw8GHh4bG5ufn9/c3FxbW5udnSWLTk9Pb2xs7OzsmEymubk57CFEHrL30dHRxcXFxcXFycnJ9fU1OPz29vb29vbq6urk5GR/f//k5ARHIYdjm7W1tZmZGYvFwhcl3u7t7b158+bNmzeXl5cbGxvkbXgRhULR2dnJNz84ONjb29vR0UGJqFAouru7sRZ1c21tbX19PawiKBioAD4rKCgoLy+XSqVf8nleXh4tgby8PEF2JRaLhdpX0PsQ9egMQj6mp6e7ubmhURsaGmppacnPz5fJZGazeXx8nOOg1+s7OzspMGQyGRU60Jd2gk6ng/NRKpV9fX1ULDTglpaWTCaT0WhcWFgwGAybm5uk5aWlJU738vLy9vY2znF2dnZ5eXl3d/f27dv7+3te5e3t7f39/f39/c3NzdnZ2eHh4f7+PnGPvIKjLC4uGo1Gyt/19XW+NAX0+fn51dXV4eHh/Pw8NRXZGygOQqI8aWlpwel7enpUKhXdMOxRV1f3LR6sqqriWPPAGX7hd7Ozs7OyssDJ/2IAnoKCAjq4eAxEcVFREfncxcUlPDwcoRGCh4GBAaPR2N3dLZfLUWBIpdKOjg5o18nJSaLT4OAgzCh0E2nDaDRStMBSLCws0HsAN6ytrQHxiPUEGWxD2Dk4ODg9Pb28vLy8vLy5ubm5uXnz5s3d3d3Dw8Pt7e3FxcXR0dHh4eHOzs7h4eHp6en+/j4ZxWw2r6ysECGXl5cp3kD129vbGHtlZYXie3h4GIoXqIHoTcCAcArAEZjN+vr6urq6yspKoguoUKBMSkpKKioqhD6xVVZWVmZmJsBEEF/9iz140fDe9fX1hLXm5uaioqKAgICUlBSVSpWUlCQWi2H6SNdyuby/v18mk8lkMp1Ox/Gfn58Hkeh0usnJyfHx8f7+/p6eHq1WC/UECJ+enqYtSuuN31Kqms1mCty9vb2Tk5Pl5WWYD9IGvnJxcXF1dXV5eXl1dXV3d/fu3bu3b99eX1+fnp5eXV0dHx+T84GKe3t7GxsbFGCLi4sEK6xCLsF+KysryBv+Bah+m9LlcjlAhGQONdnU1NTQ0AAfCm4Dn1Ov0v+GLy8vL7eCCU9PT8/MzBRMQgeQDzAJJRbOJZFI4FuSkpKA+2hqlEol5Sk0uEajoXlHc7+7u9tkMun1+q6ursHBQbqeqJXUavXIyAg9H166gPvgi5aXlzc3NylVeYkgBk40IYtYdHJycnl5eX19fXNzw69v37799OnTp0+f3r17RxAToAnJ4+joiOp5e3t7Y2MDz4BTWV9fN5lMq6urW1tbKysraEShk7Va7eDgYH9/PyUJbY/29vaenh6lUokxFAoF3CKqOHRWECdCmBH4py/9D1RJqampaWlp2dnZOAEQhJwB80WxyycXFRWhgkhMTETRlZGRwaHmJ5menh4aGuru7m5sbNRqtXq9vr6+Xq1Wb21tabXanp4efjA4QahyvV6v1+snJydHRkampqYwiWCM5eVlo9FoMpk2NjY4+/v7+5ubmzs7OyBtgtXR0dHl5eXt7S0x6u7uDiLkD3/4wx//+EeKpYuLi7OzM0yFVx0dHQnVF4Xy2tqa2Ww2m81LS0sgoY2NDRgXvV4/MjIyODgoEOyCi4CfgFlYAlQol8uJ1Q0NDbSNCV/UTd/SImVlZVYZGRnoPNLT0wXt4beEFfkjPz8fPrKyslJo7ubk5NBNgh6gXqIw53TodLqlpaWRkZHGxkbaQbiCxWKZnZ0Vum/EIqDWwMDAxMQEORyWiWQO1KCQvbi42N3dxR47OzvHx8eUVdfX12/fvn3//v27d+9I6Tc3Nw8PDx8/fvz48ePt7e3p6SkAhVCGSwn+sbe3R9G1sbFBSqfgNpvN2GNhYQHpG0FVp9NB7sKR8PbJItCLHR0dkEBQREAQgeuFDSEll5WVfdEnpqam4hy05KiCyd58ICR8mJL09HQ6UZRkhYWF9fX1m5ubnJG6urry8vL29nYYDo1Gs7Ky0tvb29/fv7CwoNPp+vv7SdRw4wsLC8QHJGXEK3wC1g/nWFxcpNoBhG9vbwMXeIPgcPDgxcXF+fn50dHR9fX1+fk5f/LmzZvr6+vDw8P19fWLiwsYrePjY1gWAT+SQsgc6+vrEFxUGWtraysrK7Ozs6BxoTULz0a93tbW1tra2vP1oZXZ2tra2NiIYIU0Ti+DziDSL4xBXrFCKpmWlvZtbxWroNklhVATC+VWZmZmQkJCVlZWZ2fn5OQkHeyqqqrCwsKmpibSQ19f38rKCiwVsZ8AACAASURBVBX68vLy3NwckddkMvHe9Xr97OysxWKZnJwcHR21WCwU+ChrZmdngRrz8/OTk5Pr6+uUpzs7OwcHBxsbG4uLi2DDlZUVcDjJ/Pj4+PbrQ+B6+/atUF8BTUAhsI38ura2BpZE/cY5WFlZMRqNw8PDU1NT1MEzMzOcKroACHb7+vr4MRUKRW9vLwULztHa2trc3AwUk0gkcL1CfwEdaGFhofTrY5WcnIzkEr1BamoqjVI0u9gwLy8PAJ+bm0uXG/OUlpbS96+urpbL5UlJSSkpKZwREvLc3BzsG0EZ1tpoNCIMgDQcHx8fHBwcHR0lGuj1esAwgAAovry8vL+/D8LgjQvZgkhydHSEMd68eXN1dfXw8PD+/fv379///PPPBKv3799jkvPz87u7u8vLy6Ojo9PTU0DJ0dERSWhnZwekubW1tfT1IZ/hpnNzc9PT0yMjI7A7NNjpD/b29ra1tVHvktJpH0Aj0hYEn1PygtLhpQTS1yojIwN197f2YJxAEC3mfX2oo4ROOwQUlLJMJouOji4tLaUdazAYtre3TSbT+Pj4/Pz87u7u+vr60tLS7Owsgj6e2dnZ3t5ehUKBQJ/4hnx/aWkJS+zt7X1byx4dHYHajo6Orq6u9vb2oEww2N3dHRjw4eEBz8Aqb9++BRKura2RNra3t6EdhaqXkLW7u3t6erq7u7uwsEAn0Ww2I0WEXZ6fn9fr9Wq1enh4mM45QYyQJVBbxCtwIoIVyESYJDoiYHD6UV/wYNbXB8NkZGSgrRZwPJhFSD7wuxKJhJafWq1ubGysra0F0vNCoRThhRYWFgi+dBGmpqaY92LCZXZ2FhKUft/MzAyeJLRUV1ZWwBlXV1f4x+np6dra2traGhwJEYy8cnp6Ck1yc3NDcfXw8PDu3bv3798/PDxcX1+fnZ1ZLBaqABDMzs4OSJDqgLSB+cEfW1tbVFbCqIfFYjEajXSO4aoZw4HWFfI5VZZgj46ODpTdUFDkEtRf6BO/4I+UlBTAR2ZmJnL8zMxMCl/AC6UUxEt5eTm6wsLCwsbGRihbImNBQQGvlcEIgWLa3t7mrCE2oKKlj02SUKlUfX19FosFimJnZ2d1dRWXIgOTsSlPT09PT05O6Dhxcvf29vhzSizojZubG+LVhw8faI8/Pj6+ffv2zZs3x8fHpHdgI1kdzop8Pj8/v7q6SgHNN0DsIpBSB5tMpqGhIWE6jdodlgFyVzAJrCL4QwB9AklI/mAc6wvfzqQXJRbiez6GXhSId4FKQROelZWFSqWpqQlCpqGhAeft6+v7ltigcJyamoKyJSXSf6brwA8zPz9vsVgWFhaoMk0m087ODsiAHgYlEOUp5xewdnh4eHFxcXl5yVu+uLj4No2/f//+48ePj4+PHz58uL+/B6Lf3d3BEgrw8OzsbGtrC4RoMpkWFxeFbuPa2hpEGY1h6u/5+Xk0V1qtVhiLQl+CxzBvALXV0tICmSg4B/bARXi3UqkUjGGFPBAb8NALEfI5nDA9K9J7enp6Xl5eY2MjBwHLd3V1CR1Woe82NjaGkGBoaEgAbqQNk8kEVzg3Nzc2NjY7O0twg6tYWFjY3NyElTo/PyeBn56eCsf/7OwMoHB4eEj7T2CuHh4eQB6QV1iF/HF+fn5wcEBRABl8c3PDf3h9fX17e3t0dCT04fEDIWxyerAHuZ0xA2HAAFwCwoVBaW9vF2A5SmqBvAKoM4RWVFRUXl7+hd8FCWZ+fQSITkpnEIQJSZwG/WB6enpFRQWllEqlgtpUKBTT09MkW05KU1MTnPng4KDJZCJMT05OajQagZui3KIGQ5ZAfABt7O3tnZ2d7e/v07wjXhGyIAFp8y0uLm5sbBwfH1M+XVxckNLfvXv34cMH/INeyJs3b969ewcc4b+ik4i1SEUgGI4FlQLUFqiIg7W+vg5mwr9pjUCi8AjUL3gQ+Shcr6AyQZMOyv6CB1NSUhISEtDLMsgFEEHTn5WVRStXGOkEiyQnJ5eWlgp6elTDfX19CAwMBgPS48nJyYODA9TgMA0oxg0GA10maKiNjQ1mjQhokFSUZPSaNjY2Dg4OBCrw7u7u4OAATdTe3h7MI1QNSHBra4t49eHDB1704eHh1tYWyIPn+vr6/v6epsj19TU9XThji8UCZ7yxsXF0dAQ3g9/s7e0Rvvb39+fn54eGhijoCdR0gPAP7CE0pEEh5GDod8IXebrq62PFNEZ6ejrYIjk5GbqXvghJnkgljLWlpKQEBwdnZWXJ5XKE9WhB0b8gBOEbJW/Dn9PdQzw4NzeHJdAJWCwWvV4v9ATNZjOMOun94OBgbW3t4OAAbEFEOj09hRtfXV2lYNvc3AQhHhwcHBwc7O7uQiaen59//PjxH//4x7t376huiU4CXqFNcnd3d319fXl5eXBwQCWyt7eHQ+/u7nI4+HKUi5QA4+Pj0Ao4BL8lfwhFMEQWrDsgHFTIgAHjhFC/5eXlVgxDpKamZmRkJCYmJicn0ysE9zEqibX4w7y8vKSkJF9f39TUVNpkCCwbGhpGRkaQZba2tjJ819nZWVlZqVarp6amIOyIuQsLC2gJkK8dHBysrq6i3MEeS0tL/Mz7+/sUOaenpwQccvvy8jIqLDQGgBWaJYiypqenV1ZWzs/PydtXV1cUuPTG7+7uqA7geuG1+MfYY29v7+DgAIgObby7u0ttQrVCnkNuyaQBcB2ut6+vDxQCBEFJQxMPeTQPWlmhqV5WVmaVlZWFPZj6YuSCkWEchYoLgTN/m56eHhoampeXR+cVgX59ff34+DjaPRQ9s7OzqJIHBwdHRkYoZ9EsQRSSUZaWlnZ2dqh3iVfCB1tbWwQoGt03Nze3t7ec7p2dHRAlTqbX6wFDEJT9/f1VVVX5+fkI5hsbGxUKRWNjY2dnJ/qdlZUV/sOzszPqXaGhAmwC/xOj4B+Pjo4Q26GIIMMRsiDr6Eqp1WpB5oowDu6dPIETEPwZXyZMIcyUSCRW6enpwPL09PTk5OT09PTs7OzU1FQhcJHJqa/4ICMjIzIysqioSKlUMqCI5HB7e9tsNg8MDJDotFotp5WdBnRDV1dXwVaMc1Oo8CcrKyv8DyhuhcYG4Ru+9vj4GPCxtLRE2lhYWODLCdzX9PT0wMAAE3mZmZmenp7h4eEIYvhumWkbHR2l9wfniItcXV2dn5+D1Xd2dsxmM/yxIFKBCaZNsrGxMTc3R0HFNG1bWxt93G/VDjyUvAwNAenYGSN0Pv6JB5nmS09PZ5Q4KytL+BPyBxme6is3NzcxMTEoKCg3Nxd5bkFBgVQqVSqVtAdQeyLSpaUxMDBAtxWaFtk5b5OXu7q6Ojc3t7a2trW1JUg60eBCh6yurhLcT05OYHMR/qyuru7t7U1OTtKBLy0tjYiIcHNzY4Y6ICCA8RQbGxsvL6+goKC0tLSWlhaax42NjQMDA8DAw8NDIhVJBReBTCTMQu+D4REcEV2np6fpRw0MDMAhkslVKhVgEFXct0JFylyIKNxX0COWlJRYpaSk4B8kcwoqhuzhGekeglGg32NiYphuKioqSkpKYmx7ZGREqVSOjIx0dXU1NzfzDSFsVavVOzs7BoNhZGRkfn5eo9EgbR4bGyNQrK6uzszMsJDCaDRSMZM8eO8bGxs0moTQT5+xoaEhMzMzLCyMXRs//fTTb3/72x9//NHBwcHBweHZs2cvXrywtrZ2cHB48eLF//k//+c//uM/vLy8WI6Sm5vb2Ng4NDS0uroK1UiupkkF27awsCDYA6UWViGObWxsGAwGjUbDKK1CoaBFCDiH3BX0PtC3gHCyBb0leHRhwNyKzQbwuwwm5eTkUAEnJCQkJCTQPQTGFxQUZGRkREdHh4WFkVqCg4Nzc3PhNVtbW2FQRkZGZmZm5HK52WweGxvT6XSrq6uku83Nzb6+Pr1eT8ChE76+vo5AnfY4OZxke3Z2RvQwGAyjo6Pt7e35+fl+fn52dnY2Njbsh3FycnJ0dHz27JmNjY27u7u7u7u9vf3z58+ZHbWxsfnhhx+ePHny3XffPXv27He/+91vfvOb7777zsnJKSQkJD09vb+/H85xe3t7c3Pz+vr66uqKcgP2jBwGuyU0wTgrdNu6u7vZUAJHIhAntKQQktMZJDqBEDEAUyD/9I/4+HgWRiQlJSV/fbCQUO8CRMgukI8pKSlhYWFodouLi5VKZU1NDYoKhLaMeRkMBrlcjknQUNHPoGDX6/WcfbPZPDo6Spvk/v5+bW0NPnV4eLiqqioqKurVq1cvX760trb+/vvvnzx5YmNj8/LlS4zh4OBgb2/PnLW1tfWPP/74/PlzZ2dnd3d3Nzc3FxcXW1vb6Ojo1tZWqGixWJyXlxccHOzi4uLo6Pjb3/7Wzs5OIpHw6im3yBCbm5smk4lkDsl/eHiIBIn6CtXWyMgIY6Lt7e1Mk5IwlEqloG/nV9yCvE1xBTn77USgFWagiOLBV+gYkjxgf4XCNykpKTg42M/PDy0oszkymQwn7evrY/SG/mtbWxuScmaKpqam0HDArhsMBjCHXq8fHx/f2NhQqVRZWVlubm7Pnz//3e9+9/333zMpamNj4+TkZGdnx8oBhk5evnzJ3Lutre3Lly+ZzmJjU3h4eFRUVH5+Psy/UqksLi4G/CYmJjJinJyc7O7u/urVq+++++758+c5OTmzs7MExoODA0RZi4uL+/v7kJWosIQfAUHexMSEUqlkXxbJidqX9C4sJmHbFWm89OuWN0Fj9c98LvRreQR7CCIH8jy8FvVVTEyMt7e3j49PaGhofHw8c3+0ZeDe6aWjCevt7WU1EUJQ+PaJiQkGQRhU7e7uLi4uZmOMk5PT06dPnz9/7ujo+OrVK1tbW3t7ezs7O6xibW1ta2v77NmzH3744eXLl0+fPnV1dY2NjeXElJWV6XQ6ENz8/PzFxcXS0tLZ2dm7d+9OTk4sFktSUlJPTw8QuqqqKjU1lY0/LNf67rvvAgMDdTrd58+f7+7u6Jjt7OxgofPz883NTZZlbG5uGo1G+lcGg6Gjo4OpdcbdmPpFGEc2ZWMMemqOryDYRYLLp9fW1v4ve2CMpKQkEglRKy0tLT4+HuQBhRUdHc3uN3d3d1dX17S0NJlMRuOeIUSZTNbX10dhPjg4CHydmJigv0Z5yi6aoKAgJyenH3/88aeffnry5Im1tbW1tTUfEH9Y4IRbUDIlJyfn5uaWlZUhoiAMTkxMAMHm5+fh58GMGo1mb2/v7u4OSpiDbDQa6Z8vLS21tbWxyIx9gHw5iUQCOO/p6dne3j49Pb25uUFEIaBUZnzGxsZaW1sLCwuzs7ORuMlkMvS7kEkKhYL+oKBngMugxGKKlab4l30yJIxvW7YJCQnUV8B11t+A24lXiYmJrq6u7FgKDw+vqKhQKBTsckEP2dbWBlIlagOUwBz19fXh4eH29va8dycnp1evXpGKnz59+sMPP9jb29vY2Li6ugYHB8fGxpaUlHR3d4+Pj0McQbrArY6NjXV0dAwPDyuVSgZtFxcXwdUcW5lMNjIy8unTp8fHR7LU+vo6msHFxcW3b9/u7+8joW9qamIbQXx8/LNnz/7t3/6tsLAQkgq2keY8M1f0E1lt0tbWVl9fjyqKGrq9vZ16F9G+XC5HTSKMcf5LvMIN4A8LCwutmIIli+AZ2IPyl4diF/qEDQkBAQGMccbHx9McxPWYMVAoFCCPzs7O6enpnp4eYEpqaurr16+fPn364sWL169fE/qfPn368uVLf3//xMTEoqIi9o6MjIysrKzs7Oycn59DmAPTQJTj4+NqtXpgYKCpqYm1eCqVan5+/uTkBPSAYK63t3d/f//Nmzd0TdhBsra2hk6Hwhp8t7y8XFpaGhoayqH8/vvv7ezsurq6GGA4Pz+HcYEy0ev16L4R5NOGYYrXaDQifedXyCRW1mAPYUeGsL2HWokVACKRyEowRsrXR6ivQOkCege6JyYmlpSUhIWF2draWltbBwcHkydprTCu0N/fD6TSarXItHx8fBwcHF6+fPndd9/Z2tr6+PiEh4fHxMRIpdK+vj7UVjMzM3TLhX44zAQCH6EDv7i4iDAQhK/RaIiEkCsUSCcnJ9vb252dnTs7O4+PjzRxAaSIqRANr6+vIyjZ2NgYHx/PysqKiIjIysoiyVdUVKjVavApBAl5Ljg4GGTz4sWLsLAwFLpisZiiv7u7u6WlRa1WI3tgEAnJaFVVFc1zRgiptehzi8ViauJ/1ldp//tht4UASkjvOTk5DMV6eHiwjSEsLIyhEgYUmRAkjstkMm9v72fPnrGnjMQrEomg5XU6HbJSAMfCwgI9ks3NTbgsiCxmDJi+QXO1tLTU29vb2dlJTWw2mwkjFKC0bNfW1rRabWtr6+7u7uPjI4LEi4uLra2thYUFFJTI1xCOcMzZb6NSqXJzc3/729/m5+fv7u66u7t7e3sHBwd7e3u/fPmSKg7A7+LikpKS0tXVVVVVxZovT09PW1vbJ0+ehIaGCjuvenp6WIHF2IbQ+UYGJ2wV+7IfDhqR/SI4BEk7KSkJz2DPRUJCAogkOzs7PDzcxcXF3t7e29s7Li6Of5menl5cXBwdHV1bWzs5OZmSkgIKc3JyyszMRIg/NDRErUW3WalU9vf30/mgf0AYWVpaYsofwdzm5ubh4eHq6ur29jZcFv8eUZbJZNrf30eTsLOzc3t7++bNm76+PnoMBP33798fHh4KqbW7uxvdMD3mvb29qampw8PDtrY2Dw+PiYkJmUzm7+9Prezv7//8+fMff/zRz88PnB8UFMR6JBZhwtEhoykvL3d2dqYusLOzi46OTk5ObmlpUSqVcrm8urqalQOFhYUZGRl0WnNycoQWYXl5+T/tQYDCUZhgE4CIkEvAhikpKd7e3jY2NtbW1k5OTsHBwdiyrKyspaVlYGCgrq4OAiMjIwMNrtFo5BXjxZ2dnSxGQq0LpBoYGBgeHobjAsHQQETDSG+OFi9aXpoTMIygaGaiLBYLU3tdXV1v3rwhyZ+dnU1OTra1tREfysvLWQ3W2NhoNBrpUI2Pj+fm5s7NzU1OThIADQZDXV1dSkoKe3J+97vfxcTE0EVnxUZ6ejq90cnJyb/97W/X19fp6ekBAQGurq7Pnz9/+fJlYGAgAY0lohDswnIQNJ7gwS/+Ab8L0/6tPXJyctLT0+mLZH99WLqSkZHh4uJiY2MTGBhYUFDQ09ND+mV6BR3twcGBxWK5urr6+eefj4+PjUYjq6gEIUxNTU1fXx/D22gvx8fHWdtCBxdmfmRkBGGcMFA7OzvLSk/44PPzc4vFAr9CLaTVahsbG+EqzGZzeXl5cnIy4rG0tLTu7m7WogLEioqKent7kQX39/dnZWWRkOhTwUBPTk6yxrGwsLC/v399fX18fLypqYn2D1zc1tbWP/7xj52dnYqKipSUlIyMDB8fnx9++CE0NJR+dkNDg7DMiY09LLsQKqsv+kRodsEenHQoxYSEBCGZQ+7yU2VkZDg5OQUFBfX09BwfHz8+PvJSKAFlMtnKysp//dd/PTw8HB8f//zzz2dnZ2azWavVMvwrl8sZ1abtLNDUwioKZpxHR0epYRAtInxCdzM2NrawsADOgOAigaMRMZvNiNLq6+unpqaam5vj4uIiIiKkUikT00qlEopbJpMh3x4eHrZYLAqForCwUKlUqtVqpHIUYGtrayRFQAySJcgSpVIJ6bCxsfHhw4fJyUkWkBcWFiYlJTk6OoJA2aIjzHOKxWIUoLxYWrFf9HCCf5DVqayoa9HGwWIxHcL8SGJiop+fX21t7fHx8adPnx4eHjY3N5GsnZ6eMhl1fHz866+/fv78mdmknZ2d0dFRgVHo6uqamJgYGBhAVNnZ2YlGdnJysq+vD90Q9mB9OhPjSCDYZnh4eIg4EUEC3rm7u3tycnJ+fk4buLGx0WQyLS8vy2SypKSk8vLy8fFxWhG8mt7eXpociPaFgWWVSsW8IeUDamPiGPKJ4+Pj+fn53t7euro6MpxOp2tvb2crZ1xcHKtNS0tL6+vru7u72UQBEiSTfzuPQ2Pqf+WP+Ph40jI+IQirkS6wzTk+Pp5/6eXllZSUND09/ebNG+p9LHFycvL58+eTkxPUpHt7e5eXlxTv+/v7IyMjcrm8ra0N1ffw8HBbW1tVVRWAVqPRsFytra2NeUj4romJCXq6qBcIIKurqyhC6FhsbGxMTU1tbW2h18JF8Ay9Xn9ycjI3N8dABvMZzc3N9CF6e3uXlpa0Wm1+fn5qairVBH2ti4sLpIvr6+sGg2FoaEgkErW2tj4+PiIOXlhY6Orqqq6upoPb3NxcUVERHx+PDfLy8rq7u8fGxvhyzBPTKCRqsVIGbCgSiWAcysrKrFJTUxMSEuLi4mDX4+LiYEe4Q8DX19fR0ZH1iGByqFOFQiH0cHZ3d9+9ewc9/vj4+N///d/9/f3h4eH9/f2oRhmwNJvN1OY0dzs7O6F0WCuGNKa1tRXah9SCgpQ5c3D+3NycIL1F04YNSOnQ4OjYKYvHx8fRbiE/mJ6eXlhYmJ2d7evr6+joQHLY0NAgFovVajXVNrISZJI0Ofb394eHhyUSiU6ne/v2rclkYi6yu7u7ubmZWlylUi0vL0MDb2xsSKVSg8Gws7PDVpmWlhZhc6kw3k/tSnGVnZ39T3uwEDc+Pp79zrAjLFQFTltbW7Muhj5PcnLy3t7ep0+f+PJGo3FiYsJgMPzyyy/v37//n//5n/n5eScnp4KCAvYVnZ6efvjwYXd3t7e3V5jB5rtkQpvhHSbpcSCVSgXziHB0ZWUFBmJyclJYvHB8fIzqbmtr6+7uzmw263Q6dNY0EwlujK/hRvPz81wMAUyj4UpTaHp6Gm3Kzc0NssTV1VUGHkBIe3t7CoWioKCAzcx5eXmsNECm1d3dvb+//9e//vXPf/7z1dWVRCKhLGRdZVtbG11UVm+CPChWhV2KX/BgYmIi/aWIiAiq3uTk5Pj4+OjoaBcXF2tra/ZNe3h40P708vKqra19eHj45ZdfKGba29tHR0d3dnaYCfvzn//8+fPnjIyMiIgIAN36+vr9/T2RF3kLX57GAAOm9BOZI+ro6GC6Arn44uLi0NCQoJ8bGxtDMmqxWGi44jELCwvr6+uCuJSAMzk5ubW19eHDh4ODA8AjGjCVSjUxMbG5udnf319aWtre3k4MpIW+ubnJDpXNzc3T01MEVwQuVkZ6eXmJxWI2B3Z2dlKUI4ekf5Odnd3T0zMxMcF0Gj9aXV1dU1MTwYplwIivsrKy4JkqKiqsWJVNhoj9+sTExHh4eMB1c/8A13J4eXn5+Pi0t7fzhbe3t1EWabXa3d3dz58/f/z48erqymg0FhcXZ2ZmqlSqk5OThYWFsbGx8/PzpaWlpqYmYUEoa9IZAaZ3wpZutqm1t7ejC2FZCKQTqfXg4IBppZGRERgt3hedRITYSEM59Xd3d3wb7Drs7+/XaDQMl6DEmZiY6OjooJcOHcAYJyQNvXRKu5aWFpIwO0uKi4t7e3tppzPFu7m52dnZGRsb29zc3N/f39zczPAH9VVDQ4OA0hnkKC0tzcjIKP262NiKnBEbG0vmiI6O5m6Bly9fPn/+nItKgr8+bFSanp5+9+4d3YXS0tK8vDyFQrG2tnZ9fX18fGwymdrb25kCkcvlJycnpLuZmZnNzc2BgYGMjAwUksJ5YZyHvMKmzYqKCvrPzOyaTCYIRL1ev7GxQcZmI8/p6SmiCGFbyfHxMUnr48ePxBmU1Jubm2xURABGk5iYptPpqqurjUajsBuAiTpGftkoNDMzQzBgRRHLopKTk9vb22mAPjw8fP78eWZmpqioKCcnB1a7s7MT5EHqrqqqgklkyXFWVlZJSQkr4r7sL2GJelRUFGkjJibG09PzxYsX9Efd3Ny4moBlrCEhIZGRkcvLy+/fvz87O1taWsrNzU1OTpbJZIKEErz9+PhoNBplMtnu7u7Dw0NnZ2daWtrh4eHo6Ch9YwQ4eLFwkU9jYyOFB/Zg5SK7AQAKfJXd3V02gpFI8AmSOUpqbPbx48eLiwtwIh1WdpDo9Xry/8HBwdu3b09OTpA/AzBxO26LoM9K51+lUiGmQqLAhtzU1FR4qu7ubhZB9PX1ZWRkICJobm6m7SaIqZnMpwElDA5kZWUJS9+++Acqd5ZEOzg4fP/992yppP3p5+fHvUHsxzcajff395eXl5ubmwUFBSkpKS0tLWtra/Tgtra2Li4u/vKXv7S1tSUkJBwfH//hD39QKpX+/v4sFGPxCU7A7lAGgdHV0bFhYIImKEImobmLRoIaDI0zNBeSorOzs6urq62tLWwj9L0ReS4sLMBLgiFYcHJwcMC+GigZVhTI5XIaRDB9NPiASpSCnZ2dg4ODZV93MhOQJyYmGhoaWHKk0+nYeVVVVVVbW0s4EvZfsSEGGQNTUl/8g9XooJCgoCBnZ2dra2suK/D09AwNDY2IiCBkRUREcAGWRqNBhIk94uLiampqzGYzTZv379//8Y9/vLm5ycvLs7W15XgKrTGTydTf34+6myTGj8qGXW4vkcvl7KCvqqoCsjQ1NfX19dGHn5iYgNbu6+uD4p2YmEAagXKXdh5y6evr63fv3n38+JFxqYuLC5LE0tISXVtWOrKEAZTT39+PZ5SVlXFLDlFUWIbDzHlPTw8blVNTU3Nzc7u7uycmJiDSi4qKBgcHVSqVsLwEezDWxKor9CVc3kH4+tL/iI6ORtMeFRXl4uICC+bo6MhNW5GRkdgjNDSUXet+fn6VlZVbW1uXl5fLy8uFhYXR0dFSqdRisezv79/e3v7+97//+PHj2dmZUql0dHRk3w3RoK6uDrSF8ALamcX/EJ9keGRLMDx8OnvaYK7Y7ormEUaLxh+kOia5vb0VOPb7+3smo+7u7kg2l5eX+/v7Q0NDsE/od9COIMCgEK+trZXL5X19fcLCF2t55QAAIABJREFUawEhCctnGxoauMWN+yxI2izjpHAnRzY0NJBFIBYpW+jaMmEjrN+zgrCih2xvb//06VMbGxsXFxeup2PpOtKFuLi4yMhIaOSZmZnDw8PFxcWysrLU1FSZTAa38+7du59//pk9O8fHx1ybVVBQsLGxcXNzMz4+zkoZIDqae+yB8qW6ulrYNgiVWV9fz15i2r1MijD4o9FoSLyMSLH1ZXd3lwkSdAhXV1dXV1dgRgS4aEQg+dk/y/JLEoxOp6MKZ0YW2WNFRUVzc/Pg4CAbJ1hSQoJpa2sD2bFwvqOjo7KycmhoqKenp76+HqIMZTsblYAaDKgBy4Urbr7Yg9Xd3HaCfsDZ2TkkJIRLVCiruNcnLCzM19cXrN7Y2Hh7e7u1tVVSUhIZGUnFdX9/Tx1Mk3VsbCwiIiImJsZisfz8888HBwcXFxdNTU0DAwNms1nYtfKtEEZYwsnsKL9tb2+fmJhgrkev12u1Wth49KXMkwHOhUFNdPIMYjE+g5oNmYvA5FMFIIFcWFhQqVRoRCoqKjj+eMbw8LBer4cwbmhoAL2Ojo6q1er6+nqpVMrQZWVlZVZWFj8UZiNK07JlhSIJia5tXl4e/pGbm0trRCQSWQUHB0Mjenl5WVtbs+yNm88wBskjPDycetfd3d3Ozk4qleL1EokkIiLCZDIx9fX4+Hh3d8c4ZWNjo5ubW1BQ0NjY2OfPn6+vr6F9iDwajYaLU/hG2VrATi3Gf0QiEVsa+eGNRiPMrlqtZpUG5BIKB4gsdilhDMY1mBFhDwN2mp+fZ3qBz1pcXBwZGWGqTLitjP2o8NBDQ0PMDdEPb2xsbGtrE0gdZgNLS0s5u2VlZSzuY1MfYYrVhcIeBhAxlxZUV1ezYkGQK1qFhoaSzD08PF68eME+K+5ZxB4BAQFcYcO9Ty4uLj/99FNERIRer7+9ve3o6PD19V1aWiI0v3//HnICe7i6utrZ2VVXV7O/njTLhM7U1JRKpSKLCOvJGQEu/nqhGFxCZWUlNT7FNOpsWAo08MjOOeyscP12ekFYxCeskWPYcHd312KxqFSqqqoqeCThUhcWhMEOmEwmWGSz2Uy7HjkPOYytMm1tbTExMf7+/uiecCxhuzC3mEKnSyQSVB8UWlyRU1xcLJVKv+zri4qKYhLHw8MDzWtiYiJXd2AS7jbz8fHhyi0nJ6cXL148f/68qKjo/v7eZDJ5eHio1erV1VW0yUiVfv3119HRUSiv9PT0w8PD3//+9wgyp6amoG9xEeQXwoJNSkBhZIhvmkEK5qMxDGEKaovhPjYECfPhTOswY0hkA7SfnJzgagaDob+/v6SkhCUHwvId3IIJR1hIVvCTjTY2NtjlxZY4mgKw9PX19UBgGsPwUSyQyc/PJ1hhBkKisLyKn/cL/oiMjAQSenh4PHv2zN/fPy8vjxu1CFncLurm5oZoE7nmkydP3NzcZmZmrq+v8/LyUlNTOTi9vb2Hh4c///zzP/7xj/fv33d1dXEDnkKh+PDhgzA/wbUD7K3mO8MkQn4rKytDjSGVSmn2tbe3A0GgV1dXV4n7DKhvbW0xp0x5vbKyMjMzMz8/v7KywuQyeQKEJOzpqKysTE5Ozs/PZ/MshVxvby/z14xar62tMUl1cXHx8PBwcXGh1+uRFzHjTAU4PDws7LZsa2sDssjlclSHrCtmQK2srIyfC7IE7Q+DtiKRyIrbdOEsnz59GhgYWF5eHhUVxW29uAhXOVpbW7948cLe3h798rNnz9LS0q6vrxcXF5OTkzs6OhjLZMUhs2smkyk8PPynn35KTExkU9jq6urJyQn7P1QqlVwuF+axYQ5wW3QqVOu4DkuCEMYzoLa2tsbuAYZ3mM1hpp/1L1SxMIzCSMfMzAxGGhoaop1TVVVFvcTQFKsemF1jHQRE8s7ODquCWLxEX3JoaKixsZHlcOysgPjhahcaPGRB6MJv/YPlPghHxV8v6bKKiooSaqcnT574+PhIJBLu8uUOKD8/P3I4sxTW1tY//fQTAsOXL1/29fUdHx8PDQ1VVFSgCNnZ2VGpVCKRqLOzc3FxMTs7+7vvvnN0dBwcHLy8vJybmwN5Uc6TSPFZYV9/Xl4eQ6jUiPwJi2KHhoaWlpbYboL6lMXhAj7nZUHys4GB+YG9vT2TyTQyMmIymcj8AwMDYWFhLMDRarXIHtjWwfQJSYhwZzAYkInyXwnlw/DwMDN51FQUYNgD5IErUEMKN+P8iz2EZe1isdgKdj0yMjIwMPDHH390dXUtKSnhOjTu4WKjK0py4arBFy9eODk5/eY3vwkJCZmcnHx4eFhdXWURn9lsbm1tHRwcvL6+Zhc6WWt6evrPf/4z2yjOz89ZvwnykkqlTArR6xdWYAurnBEpNTc3a7ValtKAHmBhEZ2wpXppaQkBCojk/Pwce8C9d3d3M3a1vr6Of+Tl5bE3n1WaYrGYu3IjIiLCw8Pj4+Plcjnb4KjZGPJk5BCQr1AomNgbHBxkzxVlGL0Dyvf6+nphbQlZXSKRoEksKysDov9z/iM2Npbbr589e+bo6MjFylxRzh2b9vb25PCXL18i5LGxsUHmbG1tnZaWRr8BtRlkrUqlAhV/+PDhL3/5y+fPn//2t7+9efNmd3d3aGjo6OgI5QPMQWVlJZmDJZyAI1qqtC/RaEMbw7myNE+4uIn7UhishpNH7UBLY3t7m0AvXMtFT76ysjIyMrKsrAy10dzcHDuTBgYGcIKsrKzf/va3OTk5BGGKOpPJhITXaDSyiw8BMTi8sbGRnVcMtXKzD9OkRODyrzefo/35VhtXVlZmlZiYGBcXFx0d7e/v/+TJE3t7e27FJJ/7+/sTrJ49e/b8+XMuieL2YFtb2xcvXvz000/e3t4KhWJ7e/vx8XF7e1sikdAuvL6+ZukRDBK068HBQV9f3+7u7tjYmEwm47aPiooK9jkRprAKduIKwqKiIoDY2NiYsPaSbq5cLler1cIWs8nJSZpg6LLQVmMzRtxhzvkOaUYBm/V6/c7Ozps3bx4fHy8vLy8uLh4fH/f29ug40BajkIMZQsAHDYrcDSzCuWH2p7W1FWwrgEHh9ia6IMJepOKvl9papaSk0KYNDAxk9CgyMpLrmCl5BQ0kWnwmAUjvNjY22CkoKEir1d7c3CwsLIhEot3dXSbsqREvLy8/ffq0tbWl1+uPj4/VavXy8vLIyAjRCY4dDWt5eTnXVELMAWKhhiiBuC5oeHiY9SdTU1N1dXVsbmEca2ZmBixyeHjIbl2UqKOjo+DEjY0NhrIpgrkRA6jBsijkpixqHhwcrKysjImJqa2tFa6Vh3vmQDBxw+QD7BZMlzDyjGcwlSPMf0AUQZwQD1BB1NfX/7N/HhISQoYgmcO0h4SEeHl52dra/vTTT8+ePcNR7OzsMAw3vD99+tTW1jYpKYlZUqlUenFx8ac//emXX36hd03UWl1dnZ2dPT8/R1ul0WjQv5D0SBjoi4Xt86z/z8/PZxaWDihST7bBstGe+9VYk0lWX1lZoVXFZALrhCiIAdt8zN7KxcVFilqLxUKYAjPCZUFgw4pHRUVlZ2crlUq9Xo+xmXagxmWOlu0YyAFoceJDgPPyr/erAwMZJyRffrm/lnEbuELulOcyZT8/P65a9vb2/tYeT58+ZVbMycmJGdanT5/a29s/efKEIU+pVHp/f/+f//mfEL0svt3f3+cVXF9fWywWuVyu0WiQ2LKKCxzOIAUZj6iFqB7Gu7q6GiGdWq1GLIomio0VjLizARa0SKSamZnBJwj9wuVck5OTiE7X19dZcIJAiQkPvs+BgQEm2B0cHLiwnSHVm5sbJrK514RWFbpLBCXc59XU1CT8aNgD8AEE5oIPZnm43unLflGatTExMU5OTi4uLnQJuXoW/8AMTM0wz8qNqM7Ozj/++OOzZ88cHByePn3KfV6xsbGXl5fgwcfHR/QW/PwrKyto42pra7VaLSNDApWGfhKrIG+lCGG5DR4D163RaMAcrF9m5QKigr29veXlZbYIGAwGnU7H5RQ0FjkTOJlOpzOZTLTfhV0Y3J+AZp4PjEZjYWFhaGhodXX19PT00dERUw3QJ8KAMyN66Lu4wVCpVLJTFNZEuOlOuFgO12fqWRjstEpNTUXJEBMTw00FSUlJMTExwiXAXl5ejA8/e/YMwT1yk+jo6NjYWBR5eAzzfa9evWppaTk8PLy9vX379i2lMAOQ29vbggpCrVa3trZS/1FQkdm42QrRMGM+cHxMPCqVShYss5CKvcqUVUzuCqtgWDwwPT0tbGjf29uDAUNvNzQ0hFaYZVwCNUkti/gKch5MhwSS/5yFTAsLC6w75oZzGAThvmauYfk2WEHTIS5BVS2o4v65X5R2CvoS6CngCP0P8jnXNz9//hxIaGtrS1lcUVFRVlaWmJhoY2PDoHFgYODz589/+umnmpoa6F4WXkEcHR8fv337dn19XafToeUtKysTLmAlvOLgjFRzF6hwr4JUKiVvA84hrLgghAwP78s0yfT0NFNSgG2CFdCEa+uQK7DTnwFfpG98FkObZ2dny8vL6BPQg7HCg70QLGghVQhXGXMfGRf9VFVVsWmpoKDg281XtNNJmbAm/9zfnpycHBkZyQ2yDg4O1tbWHh4enp6esbGxYWFhGEaYtscS9vb2fn5+XIiM2CIrK8vBweHf//3fX758yYzsixcvMjIy7u7u6EsfHBw8PDzQIDk5ORkYGODgsC+NyTt66YjyKX8FXqukpAT1iVKpnJ2dxeEA5+h9hXul4JrYM8P4E+toyNtYBaoRtxAWvyGGOz8/Z2sPD8u7GDXS6XQIl1BQrK+va7VapGJso+ZXZoW4RYAUgkNAN1Cq0O+BRWa9DMtHGhoarJKSkrBHbGzs69evX7165efnR7ecNm1gYOCrV69QKRKX7OzsfHx8YmNjMzIyGhoaVCoVbaXw8HDYlCdPnvzwww+vXr3KycnRaDQmk+n09JT5SZoWtJr5biorKykHAR/oJ9nqwcZ4epn8+87OToPBwDUTvFzEH7CHLDJDdQiK5l4JlpFhEqQLwrZrFi9wbw74kV0FwlZLo9EoEonS09NxzcHBQaovRrAYXWQBMiiEGU6OaVtbG5M7bFrCxTEMukVGPZki/GKPxMRErhyPi4tzd3d//fp1SEhIXFwcEJ3Clz4u3SpgOeOXmZmZtbW1DDVPTEz09PRkZmYKfNfTp0+///57JyenxMREpJJSqVSlUrHOFYxaVFTEfi6YdoYQedjbCJHALrrW1ladTscSEVK0yWRi+oQpP+SjVLcUvoR7JG78Fd6ADYT9uyiA4YCpAthax9A0EyRyuZxSm5V1Kysr9AuEhQxsnwIVNjc3U/tSsJA5SBhEBXyFzCQSieCK6uvrrcgWlLweHh7MO3FpOcorHx8fR0dHkgfkroODQ0hISEZGBuUQBQaTZ/+3sDP9avLc2jj/0DnrrNPTCiqEMIWEjDLIPBPCnCAqgyCTQxXHggoioCgokxWUWq1aj7W1Kq1WpSAEwkxAQKutte06vh9+ZDe17XqfDy5AhuS5nz1d+9rXPnz48JYtW9LT02NjY6OiooKCgkJDQ/lt69evDw4OPnz48BdffHHmzBlyJxYLl5eXM1aydetWphrgJiF8Ay0D1syJEyfwRciB9fb2AvoivPjpp59SvbN56Msvv0RFiYlQElmWUyGDSFaGWDb9DChFIh549+7d/v7+srIyi8Vy4MABlhLfv3//8ePHly5damhogHQiuoWoJUpPF34JrhiwBJCRWUK6bSC+mzdvhlnqQeVBvstzzVRgTExMdHQ0qKJaraa1Dpc3MDCQufxNmzbBKWZchfyP0FRZWYnlXr9+vaenJz8/39PT08/P7/Dhw1evXq2pqSktLWWshDyPKUX0g+jvY8V01nC7NTU1iGshO4PrR81XFNepE+kSitI72xyBrdiXTo8PVANKEfcL3X8IWoTujz/+eMeOHZs2bWIF76lTp1DZZF4CQhAQLygW9BSYc2yOkn0TnA0gigjFUZps2bJlVZ8hMTERciKcXSbD4+LiYmJieMbDw8NZasd5kINptdqoqKisrKzS0lKKtfb29o8//ri+vr64uJiBK5zM48ePe3t7bTYbhlVaWtra2soDgtYWXktEG93tg4l57EP2RLIAQaTNSJA4IRARFPaoEu7evfvJJ5/U19dXVVXJilzAGDAlnllaRvRo2W0FP7i5ubm2thYvKucBL4LDYFaTVYOM/n/kulgexd5RjgQTFwVYgbNIYVbnB+Pj4+Pj4/FXer3ey8vLz8+PFjr2gdcixUK5hREQk8nE+An4DCtmT58+XV1dDShbWFjY3Nzc3d3d0NCQl5eH1E5GRgZcN1rlVquV+06Rgb4KORVfJ8sqLi5mowu7HsidINoyaMthQLoFtUSriRrw6NGjJSUlZrM5NjaWvyjChWAB+EZOKz8/n/YtRB7GWW02GyIHEJ0+++wzUQGHrohZVFVVsfiOzArshIu1BsRRngPOg+yxoKBgVV80NjaW80hNTTWZTGvXrlUqlTExMUajMSIiItx10fZATkGtVptMptDQ0OTk5KKiIuxDBH127NiByp/VaiXrOHr0aHFxsVar9fT0TE5Ohm9BwxLpcXq0QNBSgsg54bX27t0ru5toRSABcfz48Z6eHlZRALZTiiN0jCjP1atXz5w5s2/fPsj9GB/dbJpd6IPAaEF4OCcnJz4+Pj09PTU1NS8vr6ioCNgKvLK3t5eWPmEcLVdWfaBJ/NFHHzEpyTL6Dz/8cNeuXXhm/DmdWgF3pcHuIY0Xi8USGRmJkFSE6zIajQCLCCBxMRMfFhaGP7HZbGi5sO+mtrY2MzMzLi4OzYHGxsZz587l5uYGBQUxso6jkO4sk6Lp6elbXZuN+SLj1bRvc3JyDh48eObMmZaWFopq6r7+/n7SXCjufX19NKkQe71//z6KowCIiI6iQgunnYDMzBz1jeyiYcdJdHR0eHh4Tk4OYw/Xrl2DtYX4GmUThErY31gJYRwyNd8GEgFfAnqcMGYB/IuKilbrQdph6AFs3LiRCiM0NBR/FRkZicsKCgoifuh0un/84x/e3t5o4rAYkl5xS0tLR0cHo3aJiYlIY6H0YrPZNBoNHDsSCWyIx5M3X+paZYw/RR1CFND27dvX2tpKYk3aSkeor6+PFRJ37txBZf3KlSuyOFWqDbpJrIqgBcsANRNQly9fRvabcWzwj9LS0rS0tKioqG3btl26dOnevXtPnjwBpScRwCzAS9yp7zgM+h+wxTk2rARNAumI4LVKXWtRPVJTUxMTExnjDA8Pp7wwmUyRkZGEFjifvr6+69evDwoKgm1N7rthwwaz2bxp06YdO3awDwMTqa6uNpvNzB3t3buXIA/kFR4ezpgBSmeytZjxL0an6CpbrVa0bnJycgoKCrAPoCqIimitnjt3DlAEwJy7f+/ePcRhQa5ghNJaJx2AmiWzPABTjCWIQPiFCxfq6+upmWgZDA0N0Uvfu3fvkSNH4CXjG5B8Be4kzqHljgSWTEfCKiJUQDeRUejV/MpsNjM8mJaWJudhNBphUkdFRYWGhjK4Bq83ICCA8P6vf/1LrVbTvCOv4NUw94A+Ezr79NEMBkNKSorRaCRaFhcXM0MNk4H4QQgR7g/Dc3l5eYWFhR9++CE6vhQQHAncnP7+fvQ/QagY/mDJF1wTykP6VyBXlC9giMhYcmxkyfSyPv/8856eHvZqs3NnYGCgr6+vubm5pqYG0WNYS8xlIxBOQsVpUY4Q1cm4OA+Z1du9e/c7e9c8QHOZdyZ++Pn5mUwmRESp2DEOig908+Li4uLi4mhJZWZmMgPBeATSfKWlpWRZVEY7d+6MiYmxWCxhYWGbN2/GxSGZCdrMv7JdmmCOFgR5cElJCYKlbJOHE81WT7hYaJmg1YBSLy19KLwC3FK9Q4mnQIEpAmEOZiklPQZ38uTJPXv2XL58+fHjx99+++2FCxdkzyDrHbASWUMPbAWPiz4VeuGyq5NdtkxZ4NZgMv6u7yMrQGJiYhAIMxqNCNnSCly/fr2Pjw+6eQyImM1m2OZ6vX7t2rUZGRk7duwgrNHKhtqdlZUFhaK8vBwh5eTk5C1btvCdNpstMTFRZASLXGu8hXLBkaBgh6ARW1ZBdtva2urq6kiomOfs7u5mFhaV4/v37yNMBp8RVBjUi3YWYzui5gu8RiMEtSA0NSsqKtra2jiPzs5Omk6iQ00/Cj48NTmy9rJhGKSHw6BCxGL27NkDH4V9wKv5rsiE5+TkJCQkqFQqpVJJuwmSFSQSHx8f+IlMs7333nt1dXU//PBDX18fmHx6ejoYGSq8DQ0N1dXVkKMhZJaVlfGHbDYbMbC8vJwl3ww0SlgjEXSP6haLpaioaM+ePbQuWBF08uTJ2tpaNINQ1UdkB4lcWboCTIKAFWNqsk+Y7iyAI56KuU1p60Knr66ubmlpYbikpaXl4MGDLHjFlbEihwGcuro6JlGhVMMyoVLh7gujl7AvEyFgvRUVFR7oHiP8k5SUpFKpFApFcHBwcHDw+vXrFQpFYGCgQqHgPGjcUjaGhIRcunTp7du3IyMjubm5AOx79+5tb29HuHnnzp2xsbGoYgPQRkVFMYvFi4acWFRUxO5biiPZwgMVHN0tHFdJSQkOt76+HqJJa2vrmTNngHIZzsRWrl27hhcCvsX/XL58mZlr+hzg8EhsYB98M/LTuDViYVlZWWNjIyoT6G5DlqQ4lRVrdAmB3NnALStTORUkycB+2AXCUCvw4qp9IF5CIZqYmKjX6/39/alCOAYwRGl+BAcHe3l5bdiw4YMPPkhNTZ2Zmfn111+np6cZzM7IyIBCeOPGjdbWVghnGRkZ+/btgxmdlJQE6gUNgA4zwCcIIykW51daWsqrQpYZbIYxmZaWlvb2dkbf+/v7GZylZYQonxB2If7QeSXa33KtqiVmoPRx+/btR48eIRuA0hKLoTo6OiCXzM7OXr9+ndmn9vZ2OGYsVyNUgL2fOHGCeI42N8A7RCwiBHWJ9KoxHayksrLSIzc3F5UZ1kls3LgRNBdr4Aw4G4VCwTlBK0Fw+MCBA2/evPn5559HRkYqKyuNRuOWLVvOnz9/69atnp6eAwcOZGVlHThwAMizs7OTRiy6qHheRrJJybdu3crmeqFUFxYWWiyW+Ph4ChQ0oOvr69lBQx+eCUz0zlCeYRUXm26JJTz7MEgQZ8JuoJXyv3fv3iXNpa17+vRplJ8OHTrU3t5Obw1Gi0DabItCzACIF4kJUBMwLop22YW+d+9eKnmkKg4fPkz8WO1/IFTJaoa4uDgmNgjdCHIDIMqnUEbXrFljMpmgK966deuXX35ZWVl59OhReXl5ZGRkTU0NMiHnz59PT0+vrKwsKCjYv39/e3t7SUlJRkYG40MnT548derU/v37sVbKqP379wvjnaIJhVnat0x67d+/n/GLgwcPkuyT4Dc0NHR2diIUhwYZje6BgQGW18p66OvXr9MZw4PRcERAH9oc0DoTi0eOHOnq6kJ1sampCRp4c3MzkYOvwO6hXQh4LCAj6C+9qV27dlFC0hohCaLVtnoeFB8QSgICAtD8VKlUYh8QEsU+/Pz8QGr9/f0DAwN9fHwyMjIGBgZevnz59u3bsbGxmpqajIyMgwcPUjYfPXoUAQABfNLS0qqrqxmhOHPmDDk7gQ5LwnhBewg/ADAZGRmMruzYsYPxVjhqbL8GRWe2rLe3l8BA84OklpkE6FX4K3waoR46BPgK+DxYwNmzZ1lO0d3djUGzl1eGcVB3BamDggX9R6B4XBZ9EchzZGJ8EYWy3/1VbGysXq+HaYiEK3qNlB1iE3wAAQXUxNfXV6PRqFQqT0/P8vLy169fP3v27PXr1/fv38/Ozk5MTDx16hRC6OBl4BBnz56l1XHw4EE2bZ87d+706dOETVIOoAVI7zKkExERgRwvIZHRYx5AWdx0/PhxSL0XLlxg1xN7CRnEps/Kv5QjdAll0RHwSWdnJ7p0bBBvamo6dOgQ60wYU2NFNeAmq6II4FQh6KwxX4ugFpgjc6qwSZF2h9ELyge7rKqqykOtViPT6OXlpVQqg4ODAwMDcUTku7CnadaqVCqtVhsUFKTRaLRaLTbEeoHe3t6lpaW3b98+f/78yy+/rK6uLiws7O3t/eqrr7q7u7OysrZt2wYmv2PHjtTU1P3790NF6Orq6unpqaurg6vIyDMMDPwYm2Xi4+MjIyOBvOAwwtzdv38/xwBQ0drayvobVP4kwaWwYLEnKkp8gLOiIoGuiP4eOhpdXV0In6NAQLhm0JZ8F6QEtV0Opra2lsQX6glegbtPJYhZSIsQnwyXY8+ePR4cA2UgAjIwFsQ+8FTu9hEUFBQUFASopVAoQkNDAeHv3Lnz5s2bFy9evHnz5s6dO2AA169fdzgcx48fLywsRN2uubm5uLiY3Rs4BB5D8noplHbu3Cl5ekVFRUFBAWOMrO4oKyurqalpaWkhtvP+T5w4QXvq4sWL1OfEc3an0W8nZuC1aKGjyEfhAoLb3t5OOCHLYpJTRLdbW1sZaJPKw91KCB6ypROjoSXFjAg0eHLciooKPuUp3LNnjwcVH0Uf0QIqwjsxQ2IJB8bUGmtoQkJCCCRlZWUTExNv375dWlp6/fr14OCg1WqtqakhqBYWFkJ9Zwq9uLiYBAYqG/ozLLJnIh3nC2IKtIAIbnJyMvAJI7AwrOn/nDx5EhlAJhCQ5sEsEKGmcyWLXKk/sB7hJBISWJ3HHPSRI0cQW+zs7JS2G7CVeC12GiAcQQAHv/roo49I62E70KRCtYXkhcFqmaTyIFSgpwsu4ufn5/+ny891cSokXRqNxmg0GgyG4ODg8PBwLy+vhoaGH3744c2bN2/evJmbm3v06FFBQUF3d/ejR48+/vjjzMzMiooK3ifJKwNLbW1tJ06cYLcnqQjmH/PcAAAgAElEQVRNf8olFNH37NmDOnZoaGh8fDxVy7Zt21BaPHz4MOgAjJsjR440NTXRUb9w4QKoLRO3LAKF5gshkVvP+PO9e/dYeHX9+nWmVZiKQzEGNVSwW7agg5cQxugoM2zA2eCaeEciukGRiMXQVEchj5rRg5ihVqthewpjQaVSBbldga4rICAA4yCKcB4ajUan0wUHByclJX3xxRe//vqr0+lcXFxcWFj47LPP0Ey6d+/esWPHtm/f3tHRce3aNbYtnTx5UpSNUAqTYEgAJHkHktu9e7fNZkNXMCMjg3KdRIs101Q5gH1HjhxBzFIErIkQbCpE2ArJXsaZkcF58uQJcq4sqgDGP3/+PEkqi7rY7Mz+EiyD5OrYsWNNTU2S4B46dAj2CcL6oF4ytIBDFhENst6qqioPSu7g4GDgKQoOueOcBCWhTOJwMP7+/hxJSEgIQcVoNHp5eZWUlDgcjufPny8vL//4449LS0tXrlw5fvz4xYsXv/rqq2PHjpWXl6NsDKkSYkp3d3dbW1tHR0dvby99ISKHtNLY9MLwZ15eXnR0dH5+Pu029gPxrBG0AOzQLBV/SGeQ7bNCH/n2229JiJlPuHfvHrkvZFEEBtra2nbt2nXw4EFcU1NTU1tbm3vbwx3l5QN3sIQeO8wrSXyJ7ZIEQ2MsLy/3CAgICAoKCggIENyQG02dQWFIPJcsS+Y/QFPwYyqVCqenVCqbm5t/++23H3/88dmzZy9evHj16tXNmzfr6+t5PKurq5uamlieQZCg5Uejqa+vj5VsOFx6opRO9fX1MBm3bdtGwx+2w86dO0WghlFJkhYkiykXuGutra3okcPZYYOzUKTZCNLV1dXf33/nzh0W3w8MDDQ3N2/fvp1pUvLaU6dOIcwulSDJt6jZgqITq+m/idCPCOORQ9I6RBdr+/btHtx3Uino68Rwbrr7SXDJ8chX+H5KSJ1O9/7770dHRz98+PB///vfs2fPnj9//vPPP6+srFy9ehVBsdbW1g8//BBG2unTpxsbG8HJYaeBdbO969ixY5KnV1dXE94BV0pLS5OTk9E6kj0XZJDA9aDFlZWVLKREDrOurg4mCn0OSI5SiLAvjZiP6dy7d29oaKi+vn7r1q0YIp6nubkZoR9Z2kVThFF5WbPNv5Qd0gXhAIAXSejhH63OG3ASPOxMmFOi+7pdSrfLfX8Wx+bn54c94dBY7FFcXOx0On/++eelpaXnz5//9NNPc3NzAwMD/f39AD7klBDaqEKAjFAeZgm3MIMpAHkb4Cj79u1DxkvmhZlMyM7OTk1NZZdLYmIiizDIczA1pg5RHL906ZIQsQn+JFrYEHZz/vz57du322y2nTt34ovq6uqampqwCUxEFkbt27ePaXNMgYEjygtMAfIVKJbsRYdJu2ofuCnmNkix1q1bJyckc7TilzAmf39/lUoVGBjI1+FWMYar1+v5tubm5levXpH7Li4uLi8vv3z58ptvvmE0D5UYdC7IHamxjx07Bk7H+B62j5MVu2bki0q+oqJCls6g3hwfH28wGODhBwUFRUREZGRkYEMVFRUkM0QjZHTPnj0Lk6+urg7mLjnxjRs3+vr62P63ZcuWXbt2oahMsiBuqqGhQVZrI3eMRxL2PpkVNSyTajDHgd85JNrp1dXVHoKlE6WlG7hmzRpmoiD4cDz8L71b4rz8LOO2CoUCzu7atWvDwsImJydfv3796tWrhYWFxcXF+fn5paWl0dHRw4cPl5WVIVIGnYnAixZ6Z2cn5XFnZyeegVgHJoqYXH5+PnQ00ThBGhMBvdzcXJlcIeaZTKbk5GTKe/we59Ha2ooXZcXY0aNH4Qd98sknjY2NVqt148aNKSkp3FngWGodfNGBAweOHTtGt4OEFVOARILh0miS+SjGPqirgIjQoludV8PP4HkwDkKC1OqcAUaDBUgY51+m3Fi/JSkAG0sqKiqo2Ofm5hYWFp4/f+50OhEso5159uxZ1ghRFTOJ3NHRwWA5iCHIqAx7CYICulXh2uRO2OSpLCkpgZ4RFBSECyXdgHMUHR1NN4VfxQQNKmP0H1FcBzTTaDSxsbEgAujPHjp0qKamRjIoShBYuRBzIcChAIIMAA2ectdyNeHDweLFblb7g+KI5NmXoC1IopwTX5EuCD/IG+YUJZBgdhERETdv3nz79u2rV69WVlZevXrldDp/+eUXp9N569Yt4AeSK6b50QjHPhgopuwikAKlkLTwoKHjC3GGYoUsCw+WkZERHh6u0+m0Wq1arabMQtrLZDIh0om0F7N3mZmZCQkJEDaTk5PZeUlPE/4gs8zYB6dCcCZZ4pVQA1FPlLu22IFTESo4NkbQRdtSBLI85L7LefD444gkyOO1yIYDAwNJkTEFgjyHodfrMRetVssPxsfHDw4O/vjjj2hpT01NLS8vz8zMrKysfP31111dXbCkOzs7GxsbYdTJeQjUil5WY2MjeS3eQLj7wi7EKbNYoKqqqqCgIC0tDQoZ2gZsUIPWxZR3fHx8eHg4C6N0Op1KpaLYCgkJQYIN8n9WVlZxcXFNTQ15FNOCsBE5EhnxohikGEJ+EA05GY7i+0l2mfzAg63GD/FO7+S7nASWAU0UUV7uvixr5NiY02HuFgPS6XTUNGvWrNm9e/ezZ89evnw5Pz+/vLw8OjrqdDrHxsaGhobYe9DS0oKQFPOA9K4pElHw6e7uZnMviiA8aMQP6eRQc9CPIyGG/JiTk5OSkhITEyNjRywTQIAsJSXFZDLhBkJCQlgDjSI4G8cSEhJSU1Nzc3NLS0vxadTY3HdiOC0NVhxIqxwHBdcN3iXCMmQi/EuOToayml9JoJbzEPsQy+AwuPgGKQk5TqVSSeQHukd3A3xepVKZTKYrV668fv36xYsXz549m5ycXF5eHh4enpqampqaunXrFnsZ4AoxuH/x4kWonmj3MGjT1NRE1KEXzangf0nhGX2DtwnbkZ1AqB0kJiZCPWXFHAQznU6nVCr/85//0JlWqVRRUVGRkZEGgyEpKSk/P3/Dhg1RUVFmsxnpOEBAeJcU20DoMK9ELtUdTse1sgGHATWgNjIrZsNwlQkJCb/bhxQfEj+YwRHL4GyYenYvEmWVrJeXF+0TqWBw2d7e3jk5OXa7/aeffrLb7UtLS2NjY+yXHx8fHx0dvX37NhgJAxY0qYgl8EKZsWxvb0ccl1RKtA4kxeS+UKaBrMDFhhMLGWzz5s3Q8kCJNBoNXVHiqL+/P0Ry/FVmZmZUVFRCQgItTmoLgjnTgjhPqOysFSHIyVBBpWshJy5U8l0iTXV1tdVqTU5OZuhJrVZ7uCv1cLvJoOQrku+i6C72IQW8UqmUriLwO4k/YQYrCQwMbGtre/HixcLCwosXLxwOx8LCwvDwsMPhmJqaGh4evn37NqBQQ0MDvFDZxyKye9DX6ZRwDEhOkXceP35cSJsNDQ3MScpOH6YIrFZrZGQkrzAwMFCv1wNO8ylAHEJsISEhKBwR87EVnncIVCCy8NsgvWErAqdjGTKCztkwE4VNs2mILQUhISE6nU6n0/0ez+U81q5dS+aKGgOf4s2guEt+JRU7heG6detATfiAjtbatWt1Op2Xl1dSUtKjR49++eUXgvn8/LzdbmdliMPhcDqdX331FYqEnZ2dRBFa2dDdWEdw8eLF7u5uYFSw65aWFnBTfopNeg0NDcxbFBYWVldXUzaTbpF6+Pv7M+BiMBh4XAICAlD6Ak7VarXEeRQ94+Li8vPzwcblwkaxGO54WVmZgFTuaj4i/oxGOKNAaWlpAQEBBoOBZcDM2Xi4P+wYAY+8FOdy+bgu3pLoyUjZIQU8h8QYlY+PD4sS16xZs23bNofDsbKysrCw4HA4Jicn7Xb7kydP2AwwMTHx5MmTrq4u+oYwdAnmHR0dfIAaHKreANp1dXXsJ6Vtzu5inAZ+g8IlLS2NIoksg/fPrkeWVq5fvx6PodPp+C+j0Wi1WmNjY8mGi4uLQf4p78nlyLCBmXk+3EUxoACIzrNoLOEGQ0JCWKiJbg+UaA/xThLDJcJzubsmPoWOJRCLsCBwUKTCZL1wtBBjUavVYWFhbW1tL1++XFpampiYmJycnJycHBkZGRwcHB0dtdvtjx49AvGW8pAh/o6OjsuXL0OjhhMFZISDOn36NGvxgJ76+vrOnj1Lmk/um5aWRkYbHByMUCqeSq1WM3CEHCSoKNs4mbjIz89nrVZKSgoc+/379/OnoULD6odWIjxdAa8oMqRWxWiqqqpQfDMajfhDdBFRi/Hw8vLiAedhlyxLKu13UEXQQ46BkpBMlyYjZ65Wq6UeNhgM/IjJZHr//feTkpIoR6amphwOx/T0tMPhePz48ffff2+32wcHBycmJlgxgwooKhh0lsiAgYFpXyPHi1wcBtTZ2fnJJ5/09/fD4aisrMzOzkbqGUIMxSA6hAaDQQa6eYB0Ol1ERAQ1Y1RUFIOprDmDw7979+7a2loE9+n9CXUaeA3fJXNQAh8Qaci7oqOjiVIcvE6n0+v1hCsPwCgpKcQU3J3PO+4IEIIPMH+aKGq1Gq0NeEDYCk8cB0aedvjw4ZcvX87NzY2Pj09OTjocjsHBwadPn2Ir4+Pjc3NzTL4gSA0IL7PlyFVBIQQSBvhCwY8xeIDbtra28vJyPAOFHk+MrPuJjo6Ojo6Gu8SzpVaruVMGg4FpLjxJcnIykmFCl5JK+515J6R8JLNC4gXRGHCEoqIik8mk1WoNBgNbb/V6vV6v5+96EJwJaMJ141OJ2BISZP4DR8zGNQ5PAgZZCg1EfiGif0qlksAeFhb28OHDpaWl2dlZQsjQ0ND4+PjU1NTIyMjw8DCH9Pjx49u3b/f09CC/cO3aNchqjM8yyUELC5C4o6ODBirzZ7CqiouLcUqhoaE8NH5+fjI5x+wkglI8cCEhIaiEsEsAGUNqF9jDJNlUEjIxDQyFuBjWIGqi2AcL1cjNSkpKyN8khosaX3h4uAeHwZOOBZBgyHmIs/rL8wDZ5QcxEQ5J0C2+CBQRGhqKf6utrZ2bm1taWpqbmxsZGXn69On4+Dj+anR0dGhoaHBw0G63j42Nyf424geNCtR2oaqw/+z8+fN0fE+dOsW056VLl86cOZOVlRUQEMAblsxbTogxSQbA/P39ocuI3YgyMbo6RUVFqBmTwlJMiHwohR6ESipt4ELOTDjjlZWVpaWlGzduJLslmUZUd/U8MFV3+8Bi3nFfkubipvgvjEA+cD+PANel0WjQKYP8wFHFxMQMDAwsLi4+e/bs6dOnCF6yphBF/u+//97hcLCw7f79+wggoSXJcAZR5MyZMz09PUj2ABLzFZI0nkSNRsPzyIshxYDKpdVqceJoc0s+otfrgSCZWY2MjIyIiMjPzweppAgVyyCVch9bwUQYLEe2q8S1cxAEPjw8nBBrNBqxD4PBsOqvSHCxEm4uByDnQY4r5wGo4OvrK3ImMFT4OufBYygo94YNG1DBJJCgGNvb2zs9Pb28vPz06VPCxvDwsN1uHx0dHR0dBUqhQJmYmPjuu+8Q/6ZNBKHt6tWrnZ2dDM7Q5qP33t3djf51ZGSkt7c3rkmr1YaEhBDeyDJjY2O1Wi15lEaj8fT0xNlqNBpSnYiICGb4iP/Q8ulI4pcQVWTNskgRidIbG2pRgNu8eTMaFMyyoHehUCgIV7wkosjv9blEbGkUiiPCZWEBsN94jqhUSLdgLwoRW1B3DgAT4QdJNy0Wy8jIyMLCwuzs7Pj4+PLy8pMnT+x2O0F+ampqfHwc03E4HLOzs/fv30dtDwY0B8MIEwuwGfXEblpbW0tKSlQqFf1K4jnAO5k3lsGzSaKBa9VoNBqNRgiYMTExfD0iIiI1NTUnJ6esrKy6uprHnLFHjiQnJycrKyszMzMnJ4dhO84pOzsbnRwEKCDHhIeHCy8HkfywsDCtVqvVav9wHu45rlQh7rgIKTwxhsgh5QhViPtkAo8AUVQIRMR8HpDa2lqn0zk3NwdqMj4+7nA47HY7paKcx9jY2PT0NFr2WACENrgHhBP2zqKzCyU1PT0dYAp7pQYis+QrHInJZFKpVKT4pCR4XfwYsT0iIiIhIQG5GyATBrdyc3NtNhvz83l5eVlZWRaLBf2HgoICsEt23cjB5OfnZ2dn468wR4PBAIdt9Tyk4nNv7bk3PwRwlJsO3iDNWoyJcp3/xbb4VVInciRknEy8hYeHj4yMOJ3OycnJwcFBbvrTp085krGxMTYsjo6OEksmJydv3LgBpZHp5vb2dqqNrq4ukODGxsbm5uaqqiqtVitFkrQDDAYDzgG8yGg0UohQLWIchBm2bKhUqrS0NGJ7Wloa047I92VmZrJ1mVk6dsWzZxbNCr5osVgsFkteXh4rgRl9ioqKgpBuMBjwkDqdjqTD453DENQEt+NOsuJT2rpgiBJakDb5S/uQKkTOg1W4ZJmdnZ3z8/MzMzODg4MzMzPff/8925PHxsbsdjvpLzup5ufniTG3b99mQyTz/R0dHcz+IP8Gc6W0tBTtc14Pr1ypVNIuo8kBeKXT6UJDQ2NiYsgbyUQ4D+jCqamp5GBJSUl5eXnodxAVeNilZszMzMQI8vLy8GAcCWP2ZrOZqSKbzZaUlMSfZt8Qed1qfa784yVmAePdPdMVVjWyyYgtcutRoeF2kxTIjwT/6cInULdnZ2fb7XZxWRMTE8PDwyMjI3a7nfMg2mMio6Ojc3Nzk5OTsNARNEYg4+zZs+3t7cAnX3755YkTJ9577z1skeeMlwp4o9frpclBLs4uM3GtFOphYWGI5OHfIiMjZVwYuVzw/NzcXCRYOCRQZP51Px4kxcxmc35+Pgvkda4Lz7mKX7nX3kLn4WGnhhCOqEwOSkkvZDjsiWefY5CETc6A/5Xsi56oWq1mIGFycnJoaIibbndd5FpyNsT56enpkZERAjhH0tPTA2f33Llz//3vf+fn5zs7OxmBIM0V3JM7DopD1oTggZ+Lse/+agGyqNW1Wu3GjRtF36bwT5csEKQpuWnTpvz8/KysLOwD0em4uDiz2Wy1Ws1mM0o1lIF0hdmv7SGZFfdd6jgJ4HLJLcb2/dz41/ySv7QPbj1ZFhknaArpb3BwMKvapqam0Ot1OBzj4+NjY2OcxNjYGHF+fHx8ZmZmfHx8YmLC6XR+9913TJXRWzx27NilS5cePHgwMzPz8uXLs2fPuvsfih6MmxfG7WY1ll6vZ+hLboJGowkNDWVXE74I9ZDs7Gy2ChUWFiJul5eXZ/3jhRPLzc1lE0B2drbVakUVJyMjAzMiGcvKymKhNg6NvMDD3SMJg53MRIadhVYiaZWch8BZgiri9JSuuR6pMUlp9Ho9ABe2Qpv622+/pY9L5TExMSHnwQFMTk6Cd01NTc3Nzc3Ozjqdzm+++aaxsRHp6qtXr05NTRHzl5eXL126JOAbhRGBRKBSisTIyEj66nFxccLw8/PzQ/2ObaUJCQnJycmhoaE0nontsbGxFosFUdb4+Pi4uLj4+HhWx1ssFjYBZ2dnk27hxGSPBmogCGEVuXZ1CkrvIUwR4SS6W4Z7l5C7L2C7ZFAcCbYCGkF5SDuLXEtyAWBg4aDQvj5w4IDT6XQ4HPgrh8PBkYyPj09PT09PT8sJLS4uOp3O2dnZlZWVmZmZp0+fHjx4sKura3x83Ol0imj8559/zmMUEhLi7e3NjeYFyyQRcB65P8GMlwrEixYbYQbRKZPJBGLNJCMAMIfBISHrFhkZiXgVhiW0VVIvRENycnI2b95MUUnUKS8vX91fK+mgpLmYrXvxIXoZmAKYPN8gxyAFvEAvnBY/xQ/SE5VylFiybt06i8XyxRdfzM7OkkpxMDgrCnWHw7G4uDg9Pb2wsIB9LC4uAjtCjWCT4NjY2Nu3b3/77bf79+/jgkJCQiiDKVR5syBvGCuou9Fo5O0rXTOSOp3OYDCI19Lr9RwkSiIxMTFJSUmIVKWmpjKjTLRPTk7GXzHST/Ag/SXOcypSxoO7wImpqqry8HXjq/OCZJDZ16XKLvgu7kjoinIw7rHHHYLkzRPJ8WacBN1QvV7PDj21Wt3Q0LC0tEQMl/Ow2+30rMbGxubn58nBZmZmnE7n/Pz89PT0s2fP7t69W1VVtXHjxqCgoG3btg0NDb1+/fru3bthYWEKhYK1cLhHAgn+ijxKprxIvnmFvBep1ABUQHqwD71eD6crJiYGtJHjIbogg0swAD6x2Wzo3olI5+bNm0WvD1mQMtfl4d6IFdxQxsvFpUoIId+Vpjp8FD8X6VT5pxaWvE+Oh3cFlEYgZS60oKCA9pRgVpzHxMSE2Ap14szMDLy6qampFy9e3LhxA5SJeNDR0bG4uDgzM5OcnIyAmnvix3Pmjg/xuHBgBDYMmmQXH5WQkBATE0P9TCqckpJCFImLi0tISMA4mI2naKf4oDCkLiHrRY6FQh2j2bJlCwa0up/T949zHlKu/915vENyoMUkd9/9YCTMuNeJWIxkXOvXr8elhIaGXrlyxel0ErSxCQ7A4XCMjIxMTExwBtPT05OTkxMTE7OzswsLCydOnIDLk5ubu3Hjxq1bt54/f35lZcVms6H4K4WFZIkKhYLXj+MinlEKBAYGent7BwcHc69NJpO/vz86eQaDAR+rVqtZPU46ALk0PT1d9keAVlHM5+fno1BKoW42m1k1n5mZySYcq9XKcdpsNpvN5qH4m+vv/JWch88f6e5Si3C7lUolhC4/Pz8KctJiCSfARDzCeI9Dhw4tLCxMTk7OzMxMT0+T9ZLpynmAo4yPjy8uLi4tLX333XfISoA3QFwrKSlZWFioqKj44IMPBBLlGIjnPj4+np6e/GlAPWyId+fp6RkQEMC6Ddo2SHUL4kQUITFjNQQLVBjZAkeB8cXdR8kYe0Jyj/3MrBlEypVeS2JioodwqN2Nw9c1ef7neM55COPtL8+DsMl54It1Oh0uS9jmJDl8YDQaVSpVZmbm48ePp6enidgTExMku9gH6e/IyAjg/IsXL0ZHRw8dOsTvYQdJaGgoYMbAwMChQ4dY5SNlkNg9bwH7kCkWjJv/UigUCAwT8CMjI8GyCDY0eEgEiDHul8lkEkqV0WjkRAUUkd+JNj6AJjkbSZqHp6enO8vN3ef8Zb7r7qO46e58eKVrDsHXRY0AWEUZXvBg3ALJJcg2b/XChQvUFuAi1O0kwZgFgYR069NPPxWEIyIigmyVDjab61ApAtyFDObrGj4SmqtUu5KVKFxUJp1OB/ODYpAj5yTIvuQ8gO7JkuPi4pKSkkiCExISWNgBa5v/IkXGa5GbxcfHC/blEeCiqYt34lbikdxBLYnnpFi8W6VSSUjnufNxLcTjY44Wf0UckiJfCngqEj8/P6PRaLPZlpaWSG2JHDMzM6wGm5iYWFpampqaevjw4fz8/IMHD6xWq0Kh4O4wegNWyMr7jo6ONWvWrFmz5v333xeYmWQEfyAPkLwYX9foHs8fUT0gIIDVTeTB0IXgWVMGJicno7aelpZGisWUKblvUlISpbjZbGbPR3p6Om0Sq9XKwjI0O7n+9jz+7K+kGKR04jwENXH3XUo3/TK5Fzybvm64r2TAWA+cIExEeHIPHjzARxHkh4eHnU7nDz/8cPz4cYVCAUJDm48iVKlUbt++va+vr6enh1vP6+Sm42b/8hKSHz/CmizAK/hq9JtJ5LAACA/gTmiCcqPR22NrNiU6aHxBQUFeXp7ZbLZYLAjA0Vh0T5H/9jwEWJRhHB7AP58H992d7Cs4fIAbVRn3hXn5+vpKAor1IGvDGm9qDtqFDx48IPGdmZkBfl9ZWbl3715CQsI///lPoivFNrCYl5dXVlbWtWvX+vr65HmSFJFVcPLWhGzGi/RxTR4JVx9InOY2KunIR4OUIFyH3Kbc+ry8PO41AJcgWpmZmfSs+E7yK1qKSUlJ1PNpaWn//3kIYxHTxgtJ7oTLImnhkGQsQTybn4sIoXBpbQAWKd04XcR8hUIRERHx9ddfLywsSBd9amqKQn1sbGx2dnZkZGTHjh1UeUFBQUQgMHydTuft7R0XF3f79u3+/n5J4vFFCoUC8RzlHzs9MlIsbwFSOZkh/A8G15AFiYiIoAAEsILACEbCebCrITc3l5AgXamMjAyz2Qy0lZeXRw2fm5trNptzXdffnofvHzmi7mW8POzu5yFZGe8QHy2tLbkjkoBJZcCDGRISEhYWhpXU1dURP/BOdrudri0wycOHD4uKigIDA+F5shyQSpsoEhYWNjAwcPnyZTFZ/oT7O3IvucQ58xWpdvEHJEKohJF6hIeHs6SDRJbMFcBcWrY0P9LT08mDLRYL8CIfYDSUjaC/W7ZsWd0n/P+eh68L+ZB7LemTfDO/ROijREshzGMomBS/WSK/kLUoj5mbTk1NffDgwdzc3JMnT3BTjImQdI2MjFy8eDElJUUYOkqlElUuQkhISAh7hry9vfE8YprS03znrfGOeER4jKRuBQmOjY0leUVGPTc3lxiOdHFqaio3nb4sCxk4EmIJQZ5eCEW71WrNy8tDbDc5ORkcftOmTX97Hv6umUyfPxLg3U2eGMgJKVx1uJ+L5Ojr6+s+4saj9w4KCfhIF4hPifPt7e0A7GRZ09PTuKzh4eGJiYmZmZna2lofHx9GN7y9vfV6PX+dhiALQiSDAEwkOZYCS2oOuXCknJNgWQaDAa4i6S+1CHlqUlKS2WwmfUpPT0eJElQRaASnlJubW1hYaLPZ+AYQLb5Ompuens7Sv61bt/7tefAeeKglO1QoFMyiyU33cQn9kfLKPCQfSINEeEByVNx9HBqIFrWCRqP597//vW3bNrvdPj8/T2U+NjZGeUg7fXFx8dq1awkJCSTKa9euZSm4SqUKDw9ft27diRMnbt68Kfk0+RuX399c1ChSG1Ko+vv7a7Va+udBQUGhoaHR0dF6vT42NjYsLCwiIiI+Pp74gQfjhB6ejLoAAAFLSURBVCwWS2JiYmxsLCGapkhWVlZKSgqAFeeBv0JJlB2LJSUlHmKYmLCgHX4uDOodtDHgb3hysJiUrkEjgrP7w8j3gCNhIpgFPgHBJ3EsJpPp5s2b09PTYhNMIzx8+BDS4tDQUFlZ2Zo1a0irOH7wPh8fn6amphs3bnBzyTW4474uGQOsimyQJwbz5Y3L8jKeNlB3Ot6kWDRFgEwgAcNVILlKTEyMiIggAwaqioqK4lPpVoHDM1/LtsjV+PF35/EO/iGFus8fuYru/k0clwQMgSM5PP6WtOKh1ilcg5TS3Pbz81u3bl1+fj5sazIrIBMIpbCEjhw5Qo3m4+OjVquVSiW26+npmZOT09vbK7uOhVvl3qfxd81XKFzzR395HjC4QE2YZo+NjaXgINmVheV0RKgQU1JSWAyckJBAmotsF3kt0YKjguqwyXX9H4sLDC40Vf+6AAAAAElFTkSuQmCC" /></a></span><span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"><br />
</span></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">Oscar</span></span><span class="longtext"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"> </span></span><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">Cullmann</span></span><span class="longtext"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"> </span></span><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">("</span></span><span class="longtext"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">COOL-Man")
pada awalnya </span></span><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">bersimpati</span></span><span class="longtext"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"> </span></span><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">dengan</span></span><span class="longtext"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"> </span></span><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">teologis</span></span><span class="atn"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">-</span></span><span class="longtext"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">bukan </span></span><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">dari
historis seperti</span></span><span class="longtext"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"> </span></span><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">tujuan</span></span><span class="longtext"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"> </span></span><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">Bultmann</span></span><span class="longtext"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"> </span></span><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">dan</span></span><span class="longtext"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"> </span></span><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">Barth</span></span><span class="longtext"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">, tetapi </span></span><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">kemudian mengembangkan</span></span><span class="longtext"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"> </span></span><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">pendekatan </span></span><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">hermeneutiknya</span></span><span class="longtext"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"> </span></span><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">sendiri</span></span><span class="longtext"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"> </span></span><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">yang menekankan</span></span><span class="longtext"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"> </span></span><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">sejarah</span></span><span class="longtext"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"> </span></span><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">keselamatan Tuhan
(</span></span><span class="longtext"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">Heilsgeschichte) di </span></span><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">kanon</span></span><span class="longtext"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"> </span></span><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">Kristen.</span></span><span class="longtext"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"> </span></span><span lang="IN" style="line-height: 115%;"><br />
<br />
<span class="hps">Minat awal</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">Cullmann</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">dalam studi</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">Alkitab</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">tidak
religius</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">tetapi</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">akademis,</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">dan ia</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">dididik
oleh</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">pembimbing, seorang</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">teolog liberal</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">Jerman.</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">Hasil pembimbingan</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">ini
meninggalkan</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">Cullmann</span><span class="longtext"> me</span><span class="hps">lawan</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">teologi
Kristen</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">ortodoks.</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">Namun,</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">interaksinya dengan</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">Bultmann</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">dan</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">Barth</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">banyak mengubahnya</span><span class="longtext">, dan meninggalkan </span><span class="hps">Cullmann</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">kecewa dengan</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">teolog</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">liberal,</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">yang
upayanya</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">untuk "</span><span class="longtext">merekonstruksi </span><span class="hps">Yesus sejarah</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">nonsupernatural</span><span class="longtext">" </span><span class="hps">lebih</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">mencerminkan</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">idealisme
Jerman</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">dan naturalisme</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">dari</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">potret</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">Yesus</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">terlihat</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">dalam Perjanjian Baru</span><span class="longtext">.</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">Namun,</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">Cullmann</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">sangat
percaya bahwa</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">penafsiran</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">teologis</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">seseorang</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">harus
dikontrol</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">oleh data</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">historis /</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">teks (</span><span class="longtext">kontra </span><span class="hps">Barth,
yang</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">Cullmann</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">tuduh</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">beroperasi dengan</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">"</span><span class="longtext">dualisme </span><span class="hps">neo-</span><span class="longtext">Kantian
</span><span class="hps">yang menempatkan</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">wahyu</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">ilahi</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">sepenuhnya di luar</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">batas-batas</span><span class="longtext"> </span><span class="hps">sejarah"</span><span class="longtext">) </span><span class="hps">.</span></span></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span><br />
<span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"><span title="Cullmann's legacy will be as a leading figure for the cause of ecumenicity.">Warisan
Cullmann sebagai tokoh terkemuka yang melahirkan oikumenis. </span><span title="He was influential in opening and establishing dialogue between Catholics and Lutherans long before the time of popular ecumenicity movements.">Dia
berpengaruh dalam membuka dan membangun dialog antara umat Katolik dan Lutheran
jauh sebelum waktu gerakan oikumenis populer. </span><span title="Karl Barth joked with him that his tombstone would bear the inscription "advisor to three popes."">Karl
Barth bercanda dengannya bahwa batu nisan pada prasastinya akan tertulis
"penasehat tiga paus." </span><span title="He presided over several ecumenical discourses and participated in several others.">Ia
memimpin beberapa wacana oikumenis dan mempengaruhi banyak orang. </span><span title="Without compromising his Lutheran heritage, Cullmann was able to open lines of dialogue long closed by centuries of malice and misunderstanding.">Tanpa
mengorbankan warisan Lutherannya, Cullmann mampu membuka jalur dialog panjang
ditutup oleh abad kebencian dan kesalahpahaman. </span><span title="A winsome personality and a charismatic speaker, Cullman used his theology and his gifts for the sake of the church.">Sebuah
kepribadian menawan dan pembicara karismatik, Cullman menggunakan teologinya dan
hadiah-Nya demi gereja.</span><br />
<br />
<span title="Perhaps more than any other non-Reformed theologian of the twentieth century, Cullmann stands as the most influential in for Reformed Biblical Theology.">Mungkin
lebih dari teolog non-Reformed lain dari abad kedua puluh, Cullmann berdiri
sebagai yang paling berpengaruh dalam Teologi Biblika untuk Reformed. </span><span title="His studies on New Testament eschatology and Christology drove him to propose a third position over against the popular positions of CH Dodd and Albert Schweitzer.">Studinya
pada </span></span></span><span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"><span title="His studies on New Testament eschatology and Christology drove him to propose a third position over against the popular positions of CH Dodd and Albert Schweitzer.">Eskatologi dan Kristologi </span></span></span><span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"><span title="His studies on New Testament eschatology and Christology drove him to propose a third position over against the popular positions of CH Dodd and Albert Schweitzer.">Perjanjian Baru mendorongnya untuk mengusulkan posisi ketiga, dimana lebih populer posisinya dari CH Dodd dan Albert Schweitzer.
</span><span title="That position was Heilsgeschichte (redemptive history).">Posisi
ketiganya adalah Heilsgeschichte (sejarah penebusan). </span><span title=""With the life, death, and resurrection of Christ the eschaton has already begun as the presence of the congregation of glory is defined by the power of redemption. The absolute-cosmic consummation of redemption however stands still in the future. The resulting tension between">"Dengan,
kematian kebangkitan hidup, dan Kristus eskaton telah dimulai sebagai kehadiran
jemaat kemuliaan didefinisikan oleh kuasa penebusan Penyempurnaan </span></span></span><span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"><span title=""With the life, death, and resurrection of Christ the eschaton has already begun as the presence of the congregation of glory is defined by the power of redemption. The absolute-cosmic consummation of redemption however stands still in the future. The resulting tension between">penebusan </span></span></span><span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"><span title=""With the life, death, and resurrection of Christ the eschaton has already begun as the presence of the congregation of glory is defined by the power of redemption. The absolute-cosmic consummation of redemption however stands still in the future. The resulting tension between">mutlak-kosmik namun masih berdiri di masa depan. Ketegangan yang dihasilkan antara
</span><span title="'already fulfilled' and 'not yet consummated' Cullman understood to be the critical and decisive factor, the unique "overlapping" dimension of an eschatological between-time which begins with Christ and ends with His parousia."">'sudah
terpenuhi' dan 'belum terwujud' Cullman dipahami sebagai seorang kritis dan
menentukan, unik "tumpang tindih" dimensi dari sebuah eskatologis
antara waktu yang dimulai dengan Kristus dan diakhiri dengan parousia-Nya.
" </span></span><span title="1 [translation mine]"><br />
<br />
<span title="Among Cullmann's important works are:">Di
antara karya-karya penting Cullmann adalah:</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><span style="line-height: 115%;">"The Immortality
of the Soul or the Resurrection of the Body: The Witness of the New
Testament"<br />
"Peter: Disciple, Apostle, Martyr"<br />
"Konigsherrschaft Christi Und Kirche Im Neuen Testament</span><span style="line-height: 115%;">"<br />
</span><i><span style="line-height: 115%;">Christ and Time</span></i><i><span style="line-height: 115%;"><br />
<i>Salvation in History</i><br />
<i>Baptism in the New Testament</i><br />
<i>The Christology of the New
Testament</i><br />
<i>The Johannine Circle</i><br />
<i>Early Christian Worship
(Urchristentum und Gottesdienst)</i><br />
<i>Jesus and the
Revolutionaries.</i></span></i></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small; line-height: 115%;">Untuk melihat lebih jauh: T. M. Dorman, <span class="style"><i>Major
Biblical Interpreters</i> </span>(Downer’s Grove: IVP, 1998), 467ff.</span><span style="font-size: small;"><i><span style="line-height: 115%;"><i> </i></span></i></span></div>
<span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; font-size: small;"><i><span style="line-height: 115%;"><i> </i></span></i></span><span title="1 [translation mine]"><span title="Among Cullmann's important works are:"><span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; font-size: small;"> </span></span></span></div>
</div>Bobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-55163983404304120192012-03-16T23:39:00.001+07:002012-03-16T23:48:42.221+07:00A THEOLOGY FOR EVERY CHRISTIAN QUALIFICATION FOR LEARNING AND TEACHING OF THEOLOGY<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-size: small;">Theology is the study of God. It is the study of God’s dealing with man whom He has created, but fallen into sin. The study of God and study of
man which is inseparable from the study of God is true wisdom, says
Calvin. We would add to the statement that they are the apex of all
knowledge. They are the two highest strata of learning, way beyond
mosquitology, though that is important in the quelling of malaria and
dengue. The study of God and the study of man leads us to God’s only
begotten Son Jesus Christ, Mediator between God and man, by whom we are
saved (1 Tim 2:15). The Bible is God’s book for man, the textbook of our
salvation (2 Tim 3:14, 17).<br /> </span><br />
<span style="font-size: small;">Charles Hodge says theology is like any other science. It is to be
studied like any branch of scientific learning. We beg to differ, for
theology falls a great deal into the realms of the metaphysical. It
cannot be put under a microscope for the seeing eye to examine. Rather
it is to be studied by putting on the eye-glasses of faith. Not “seeing
is believing” but “believing is seeing” is the theological method (John
20:29).<br />
Now faith is the substance of things hoped for, the evidence of things not seen. For by it the elders obtained a good report. Through faith we understand that the worlds were framed by the word of God, so that
things which are seen were not made of things which do appear (Heb 11:1-3). By faith, the doctrine of creation ex nihilo (“out of nothing”), not
evolution, is to be received. By faith, the doctrine of the Holy Trinity<br />
<br />
<br />
<b>A Theology for Every Christian</b><br />
Transcends the principles of mathematics. By faith the doctrine of the
Virgin Birth of Christ cannot be taught but by worshipful reverence. Theology is not only a science, but a “metascience,” if we may coin a new word.
Nor can any man intrude into the study of theology without becoming a
Christian, a born-again Christian. Except a man be born again, he cannot
see the kingdom of God (John 3:3). But the natural man receiveth not
the things of the Spirit of God: for they are foolishness unto him: neither can he know them, because
they are spiritually discerned (1 Cor 2:14). So then faith cometh by
hearing, and hearing by the word of God (Rom 10:17).</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
How do we receive the unction of the Holy One? How do we get the anointing that we need, not that any man teaches us? By being a devout
student of the Bible. By being a regular reader of the Bible, day and
night, and by meditating therein, that we might be enabled to compare
“spiritual things with spiritual” (1 Cor 2:13). Dr John Sung read his
Bible 11 chapters a day and 13 chapters on the Lord’s Day. Hence the
power of his preaching that brought several hundred thousands to
Christ.1 So testifies the Psalmist,
A Theology For Every Christian is to instruct you in the mysteries of God and His saving plan for man, how we lost sinners can find that new
and living way to heaven (Heb 10:20). As Dr William Lyon Phelps of Yale
University has said, “A knowledge of the Bible without a college
education is better than a college education without the Bible,” we
would encourage you, though not having a college degree, to launch right
into the study of theology. In Paul’s words of encouragement to young
Timothy, “And that from a child thou hast known the holy scriptures,
which are able to make thee wise unto salvation through faith which is
in Christ Jesus” (2 Tim 3:15).<br />
<br />
<b>A Theology for Every Christian</b><br />
In Matthew 11:25"26, God has appointed you, young man or woman, to study
His doctrines though minor in age. “If any man will do his will, he
shall know of the doctrine” (John 7:17). To have studied philosophy or
science first before theology might help, but that it is not necessary
is our final word of encouragement. Here is a theology for every
Christian!</span></div>Bobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-81624730692376799782011-11-19T19:33:00.001+07:002012-02-24T18:52:06.949+07:00NAZARET DAN CABANG(Matius 2:23 dan Interpretasi dari Perjanjian Lama)
Saya sering mendengar komentar bahwa sebagai orang Kristen kita harus menafsirkan Perjanjian Lama melalui lensa dari Perjanjian Baru. Seiring dengan perspektif ini biasanya mendapatkan penegasan bahwa Paulus, atau para penulis Injil, harus telah memahami Perjanjian Lama lebih baik daripada kita lakukan, sehingga kita secara otomatis harus mengambil PB sebagai otoritas final atas penafsiran Perjanjian Lama. Ada beberapa pengertian di mana komentar pertama adalah benar. Artinya, kita sebagai orang Kristen tidak akan pernah mampu mendengar Perjanjian Lama terpisah dari Inkarnasi dan diri Allah penyataan dalam Kristus. Kami selalu akan melihat teks-teks Perjanjian Lama sebagai orang Kristen.
Namun, ada juga dimensi di mana itu tidak benar. Artinya, Perjanjian Lama tidak inheren sebuah buku Kristen, dan jika kita memaksakan kategori ke Perjanjian Lama yang asing, kita mungkin tidak benar-benar mendengar risiko Perjanjian Lama untuk apa ia mengatakan, pada istilah sendiri. Hal ini lebih mungkin bahwa kita hanya akan menerapkan ke teks-teks Alkitab Perjanjian Lama kita lebih modern dan perspektif Kristen.Dan kita bahkan mungkin merusak atau tidak sepenuhnya memahami pengakuan yang kaya tentang Allah jika kita tidak membiarkan Perjanjian Lama berbicara dari kategori sendiri dan dengan caranya sendiri.
Adapun komentar kedua, ada asumsi menarik pada pekerjaan yang kita lakukan biasanya tidak mengakui. Kami berasumsi bahwa Paulus atau para penulis Injil mencoba untuk memahami Perjanjian Lama pada tingkat yang sama bahwa kita mencoba untuk memahaminya. Saya akan mengatakan bahwa tidak kuat, mereka tidak. Mereka tidak melakukan eksegesis Perjanjian Lama, mereka mencoba untuk mengkomunikasikan kebenaran tentang Inkarnasi dan hasil di dunia. Mereka menafsirkan peristiwa sejarah saat ini penyataan (Inkarnasi) untuk hari mereka sendiri. Dan mereka menggunakan susunan yang luas dari teknik sastra untuk melakukannya, termasuk Perjanjian Lama dalam kutipan langsung, tidak langsung dalam bentuk sindiran, dalam referensi tematik, dalam aplikasi alegoris, dalam referensi sekunder yang hanya masuk akal dari (Aram) terjemahan Yunani atau Targum , kadang-kadang salah kutipan dari memori, referensi samar-samar, koneksi dari satu kata atau bahkan suara dari kata-kata, permainan kata, dll.
Beberapa dari cara mereka menggunakan Perjanjian Lama kita tidak akan menggunakan hari ini. Apakah itu berarti mereka salah dalam bagaimana mereka menggunakan Perjanjian Lama? Tentu saja tidak, kecuali jika kita memberlakukan kriteria yang sempit bahwa mereka bermaksud untuk memberi kita "benar" arti dari bagian PL. Saya tidak berpikir mereka, mereka mencoba untuk memberitahu orang tentang Yesus dengan cara setiap dan semua yang mereka pikir orang akan mengerti.Mereka tidak merasa terikat dengan metode tertentu penafsiran, karena mereka tidak menafsirkan teks Perjanjian Lama, mereka bersaksi tentang wahyu Allah di dalam Kristus. Mereka melakukan itu salah satu cara untuk orang Yahudi, dan cara lain untuk orang-orang Yunani. Kesaksian mereka adalah yang utama, bukan metodologi penafsiran mereka.
Itu tidak berarti bahwa mereka memutar atau Kitab Suci Perjanjian Lama cabul untuk mencapai tujuan itu, juga tidak berarti kita dapat menafsirkan Kitab Suci hari ini, Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, dengan metode yang sama. Tapi itu tidak berarti bahwa mereka merasa lebih banyak kebebasan dalam menggunakan teks daripada kita mungkin izinkan, terutama karena kita memiliki pengertian yang jauh lebih sempit dari "otoritas" kata-kata tertulis daripada yang mereka lakukan.
Ini juga berarti bahwa kita bahkan harus melakukan eksegesis pada Perjanjian Baru mengerti apa yang mereka lakukan, sama seperti kita harus melakukan eksegesis pada Perjanjian Lama untuk memahami itu! Jadi jawaban untuk masalah ini tidak bergeser kebenaran absolut dari teks Perjanjian Lama ke aplikasi penulis Perjanjian Baru. Jawabannya adalah untuk menafsirkan Perjanjian Baru dalam hal apa Perjanjian Baru dan apa katakan, dan untuk menafsirkan Perjanjian Lama dalam hal apa itu dan katakan, dan kemudian mengajukan pertanyaan tentang bagaimana mereka berhubungan satu sama lain dalam hal teologi.
Sekarang, mari kita lihat sebuah contoh. Ini adalah Injil Matius yang paling sering menggunakan rumus "ini terjadi bahwa itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi..." Ini biasanya digunakan dengan peristiwa tertentu dalam kehidupan Yesus bahwa Matius menghubungkan dengan Perjanjian Lama, sesuatu yang jauh lebih peduli untuk melakukannya, tampaknya, daripada para penulis Injil lainnya. Asumsi yang paling umum di sini adalah bahwa Perjanjian Lama memprediksi acara ini, dan peristiwa yang kemudian terjadi untuk memenuhi prediksi itu. Jadi sambungan langsung dipandang sebagai sejarah, bekerja maju. (Hal ini bahkan terlepas dari implikasi tentang predestinasi bahwa anggapan ini timbulkan!) Kedengarannya bagus. Yah, mungkin. Tapi jika kita tidak membuat asumsi bahwa, apa kemungkinan lain?
Ada ayat dalam Matius 2:23 yang menarik yang tampaknya agak membingungkan: "Dan dia pergi dan tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret, bahwa apa yang diucapkan oleh para nabi mungkin dipenuhi," Ia akan disebut: Orang Nazaret. "Ini adalah kesimpulan dari narasi kelahiran di Matius, segera sebelum karya Yohanes Pembaptis (ps. 3) dan awal pelayanan publik Yesus di (ps. 4). Ini hanya mengatakan bahwa Yusuf dan keluarganya kembali tinggal di Nazaret, Galilea. Dan Matius tampaknya membuat koneksi sederhana bahwa ini adalah "penggenapan" dari sebuah "prediksi" Perjanjian Lama bahwa ini akan terjadi.
Masalahnya adalah bahwa tidak ada prediksi seperti itu, atau komentar bahkan jauh yang sama, di mana saja dalam Perjanjian Lama. Bahkan, kota Nazaret tidak pernah disebutkan dalam Perjanjian Lama atau Apokrifa, meskipun ada sebagai sebuah desa kecil dari sekitar 900 SM sampai pembuangan ke Babel, dan kemudian dibangun kembali pada masa Maccabbean sekitar 200 SM. Ini tetap sebuah desa kecil, terpencil, dan hampir tidak dikenal, meskipun itu tidak jauh dari pusat Romawi utama Sepforis pada zaman Yesus.
Sekarang, apakah Matius hanya membuat kesalahan dalam penggunaan Perjanjian Lama? Jika kita meletakkan ini secara langsung dalam hal penafsiran Perjanjian Baru dari Perjanjian Lama, tampak dia. Atau, kita dikurangi untuk berebut untuk menemukan semacam penjelasan luar Alkitab atau rasional dalam rangka untuk menyelamatkan pandangan tertentu dari nubuatan atau wewenang integritas Kitab Suci atau Matius. Tapi mungkin ada penjelasan yang jauh lebih sederhana yang datang langsung dari Alkitab. Ini adalah salah satu yang tajam menimbulkan masalah bagaimana Matius adalah berurusan dengan Perjanjian Lama, dan bagaimana asumsi kita tentang Alkitab membawa kita untuk menanyakan pertanyaan yang salah tentang hal itu.
Beberapa nabi Perjanjian Lama mengungkapkan keyakinan bahwa Allah akan sekali lagi bertindak dalam kehidupan bangsa Israel untuk mengangkat seorang raja saleh yang akan memimpin mereka untuk pemulihan vitalitas mereka sebagai umat Allah. Zakharia, berbicara kepada komunitas pasca pembuangan yang tanpa raja (c. 520 SM), berbicara tentang Allah lagi memberdayakan monarki dipulihkan, dan seorang imam tinggi baru (Zak 6:9-15). Yeremia memiliki sedikit baik tentang raja-raja Israel, terutama Yoyakim. Dia berbicara dari runtuhnya yang akan datang dari bangsa Israel ke Babel (c. 600 SM), namun menantikan waktu ketika Allah akan membangkitkan seorang raja baru yang akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri (Yer 33:14-26 , lihat tentang komentar Yeremia 33:14-16). Yesaya dari Yerusalem berbicara dari krisis Asyur di mana raja Ahas menyedihkan bersedia untuk menjual jiwa dari Israel untuk Asyur untuk mempertahankan kekuasaannya (c. 700 SM). Ia berbicara tentang Allah meskipun seorang raja baru yang pemerintahannya akan ditandai oleh kebijaksanaan, keadilan, dan perdamaian (Yesaya 11:1-9).
Para nabi menggunakan berbagai metafora untuk mengacu pada kebangkitan diantisipasi dari monarki yang ideal untuk menggantikan masa raja-raja korup, termasuk "hamba" (Hagai, Yesaya), "meterai cincin" (Hagai), "gembala" (Mikha, Yehezkiel) , atau hanya "Daud" (Amos). Tetapi dalam semua tiga contoh di atas, Yesaya, Yeremia, dan Zakharia juga menggunakan "cabang" sebagai metafora untuk merujuk pada raja baru bahwa Allah akan membangkitkan dari garis keturunan Daud (Yesaya 4:2, 11:01 , Yer 23:05, Zak 3:8, 6:12). Metafora ini paling jelas dinyatakan dalam Yesaya 11:1: Ada akan maju menembak dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari akarnya.
Dalam bahasa Ibrani, kata "cabang (branch)" adalah netzer, sebenarnya hanya tiga huruf konsonan: NZR. Perhatikan bahwa kota Nazaret berisi tiga huruf yang sama primer (plus berakhir sering menempel kata benda). Dalam bentuk Aram dari Nazaret, (bahasa Aram adalah bahasa yang umum dipakai oleh kebanyakan Israel setelah pembuangan, beberapa telah menyarankan bahwa seluruh kitab Matius pada awalnya ditulis dalam bahasa Aram dan bukan Yunani), ia datang sangat dekat dalam suara dengan kata Ibrani untuk "cabang."
Tampaknya, kemudian, bahwa Matius tidak sama sekali "keliru" dalam referensi Perjanjian Lama, meskipun ia tentu tidak menafsirkan Yesaya. Dia mengidentifikasi kota Galilea jelas dari Nazaret di mana Yesus dibesarkan dengan referensi PL untuk Tuhan netzer akan membangkitkan untuk membawa keadilan dan kebenaran dan perdamaian kepada umat-Nya. Dengan kata lain, ini adalah cara Matius yang digunakan untuk mengidentifikasi Yesus, bahkan sebagai seorang anak kembali ke sebuah kota di daerah terpencil jelas Galilea ("dapat setiap hal yang baik datang dari Nazaret?"-Yohanes 1:47), sebagai "Raja" dari garis Daud yang Allah akhirnya dibangkitkan untuk memulihkan umat-Nya.
Bukan suatu kebetulan bahwa Matius lebih dari Injil lain di mana gagasan tentang Kerajaan Allah dan pemerintahan Allah melalui Raja Nya menemukan menonjol tertentu. Ini adalah cara Matius mengakui Yesus sebagai Mesias (Kristus)! Tapi dia tidak melakukannya secara historis, atau secara geografis, seperti yang sering kita berasumsi, juga ia tidak hanya menghubungkan nubuat dengan pemenuhan nantinya. Dia melakukannya teologis, dengan menggunakan kesamaan dalam suara antara kata dalam bahasa Ibrani dan kata dalam bahasa Aram, karena ia (mungkin) menulis dalam bahasa Yunani! Dia tidak menafsirkan Yesaya langsung; Dia bersaksi tentang Yesus sebagai Kristus, sang Mesias.
Apa semua ini menunjukkan bahwa sangat mungkin bahwa Yesaya di 700 SM, atau Yeremia pada tahun 600 SM, atau Zakharia di 520 SM ada dalam pikiran kota Nazaret ketika mereka berbicara tentang "Cabang". Mereka tidak memprediksi apa-apa tentang kota Nazaret. Matius aplikasi di sini tidak dapat digunakan sebagai kunci untuk memahami buku-buku. Ini harus bekerja dengan cara lain, kita tidak dapat benar-benar memahami referensi Matius tanpa pemahaman yang pertama dari seluruh konsep dan mengatur metafora, dan beberapa sejarah budaya, dari para nabi Perjanjian Lama. Apa yang nabi-nabi tegaskan dalam metafora "Cabang/branch" adalah bahwa Allah tidak akan meninggalkan umat-Nya tanpa seorang pemimpin untuk menunjukkan kepada mereka bagaimana menjadi umat-Nya. Ini bukan nubuat, melainkan suatu penegasan tentang kasih karunia Allah, bahwa Dia akan terus bekerja dalam sejarah untuk memungkinkan orang untuk menanggapi setia sebagai umat-Nya.
Dan Matius, signifikansi pemahaman baik dari kedatangan Yesus, dan penegasan tentang Allah bahwa nabi-nabi panjang lalu dibuat, link keduanya dalam menegaskan bahwa di dalam Yesus, Kristus, "Cabang", Allah sekali lagi setia kepada umat-Nya dengan memasukkan sejarah dan memberikan cara bagi mereka untuk menjadi umatNya. Matius mengambil kota penting di mana Yesus dibesarkan dan menggunakannya sebagai metafora untuk mengakui Yesus sebagai pemenuhan harapan seribu tahun, dan wahyu dari kesetiaan Allah kepada umat-Nya.Bagi saya itu adalah penegasan jauh lebih signifikan daripada mencoba untuk mencari tahu bagaimana menggunakan Matius untuk menafsirkan Yesaya, atau menggunakan ini sebagai contoh nubuat prediktif.Bobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-28475240797673932012011-10-04T20:28:00.001+07:002011-11-10T22:19:50.163+07:00Kritik Alkitab ( Biblical Criticsm )<b>Pendahuluan</b><br />
<br />
Banyak teologi abad ketujuh belas berkomentar pada teks kitab suci, yang umumnya diyakini sebagai Firman Tuhan yang diinspirasi. Terutama untuk Protestan, tujuannya adalah untuk membawa keluar arti harfiah dari teks, dan bagian-bagian tertentu untuk menempatkan dalam kerangka narasi besar dari Alkitab, sering dengan memberikan doktrin dan konteks historis atau dengan menggunakan cross-reference. Perjanjian Lama dan Baru dianggap merupakan kisah tunggal, yang secara historis akurat dan yang mengajarkan pelajaran yang jelas untuk latihan moral. Sejumlah eksemplar diambil dari Alkitab yang diberikan model untuk aktivitas manusia kontemporer, sebagian dengan mewujudkan jenis perilaku ideal. Jadi sosok Salomo mungkin diambil sebagai contoh dari penguasa yang bijaksana, karena ia dalam tulisan-tulisan Bacon, dan dapat diidentifikasi dengan situasi kontemporer pembelajaran monarki seperti James I. Tipologi tersebut dapat memiliki implikasi yang kontroversial, misalnya dalam penokohan saingan Gereja Inggris sebagai bahtera keselamatan dan sebagai idola palsu, Dagon. Relatif sedikit pembaca modern awal dari Alkitab terus adanya praktek penafsiran Kitab Suci empat kali lipat (harfiah, alegoris, tropologis, dan anagogis) pada abad pertengahan. Mereka cenderung bukan untuk mendukung lebih mistik, pembacaan alegoris, sering didasarkan pada suatu tipologi yang rumit, atau lebih biasanya untuk mengandalkan penjelasan dari arti harfiah dari teks jelas. Meskipun unsur-unsur filologis diperkenalkan ke dalam eksegesis literal kitab suci oleh para sarjana humanis, kedua pola modern awal dari penafsiran Alkitab tumbuh dari tradisi skolastik abad pertengahan dan berhutang banyak untuk itu.<br />
<br />
Cara awal abad modern menafsirkan kitab suci adalah pra-kritis sejauh ia menganggap Alkitab sebagai sebuah buku dengan pesan yang khusus, meskipun disampaikan dalam konteks sejarah tertentu, yang melampaui waktu. Tapi itu tidak pra-kritis dalam arti kurangnya metode. Di Inggris, setidaknya, individu didorong untuk membaca Alkitab dengan cara yang penuh perhatian dan memerintahkan, sehingga untuk menjaga integritas narasi kitab suci dan dapat menerapkan untuk diri mereka sendiri bagian-bagian Alkitab yang berbicara kepada umat manusia pada umumnya atau yang disebut waktu tertentu di masa depan. Pengkhotbah diajarkan untuk memiliki memperhatikan konteks ayat-ayat yang mereka diuraikan. Mereka seharusnya sensitif terhadap isu-isu seperti waktu dan tempat di mana frase tertentu telah diucapkan atau kata-kata tertulis. Mereka sadar bahwa bagian-bagian tertentu dari Alkitab diperlukan pemeliharaan eksegetis khusus, dan bahwa, di tempat-tempat, mungkin perlu ke padang gurun makna literal untuk membawa keluar kebenaran moral yang lebih penting atau membela kata yang diinspirasikan dari kitab suci dari tuduhan absurditas. Namun, mereka juga tahu bahwa keberangkatan tersebut dari praktek kritis normal harus didukung oleh alasan, dan, jika mungkin, oleh tradisi Gereja Kristen awal.<br />
<br />
Penekanan reformis Protestan awalnya meletakkan pada sebuah perjumpaan pribadi dengan kata-kata otentik kitab suci, dikombinasikan dengan nilai yang berasal dari kritikus humanis studi komparatif dan filologis dari teks, mendorong banyak orang untuk memperoleh keterampilan linguistik dalam bahasa Yunani dan Ibrani. Ini memberi pembaca belajar apresiasi langsung dari gaya Alkitab, meskipun satu yang kadang-kadang terhambat oleh kemiskinan pengajaran kontemporer, terutama dalam bahasa oriental. Kritikus modern awal dengan demikian tidak menyadari perubahan dalam teknik komposisi antara bagian-bagian yang berbeda dan buku dari Alkitab, yang juga dibawa keluar oleh terjemahan harfiah digunakan oleh pembaca biasa. Namun, mereka memilih untuk menafsirkan material seperti menyampaikan nuansa teologis atau menunjukkan akomodasi dari pesan ilahi untuk konteks historis tertentu, bukan sebagai demonstrasi bahwa Alkitab telah disusun oleh sejumlah tangan yang berbeda dari waktu ke waktu. Sebaliknya, kesatuan dari pesan moral dan teologis dari Alkitab membantu untuk membuktikan bahwa itu adalah karya seorang prinsip tunggal, yaitu Roh Kudus.<br />
<br />
Itu biasanya diterima di kalangan Protestan di masa modern awal bahwa teks asli dari Alkitab telah dijaga dari perubahan dan bahaya oleh aksi pemeliharaan. Meskipun demikian, penemuan naskah baru dan pengawasan yang dihasilkan oleh upaya untuk menghasilkan akurat, terjemahan harfiah membantu untuk menyalurkan kegiatan banyak intelektual ke dalam bidang keilmuan tekstual. Sejumlah teori yang berbeda dikembangkan tentang sejarah transmisi teks dan tentang perubahan yang mungkin terjadi untuk itu dari waktu ke waktu. Secara umum, mereka yang berpendapat bahwa teks telah berubah dalam beberapa cara juga percaya bahwa itu akan mungkin bagi para sarjana Kristen untuk merekonstruksi yang asli, karena itu telah didikte oleh Roh Kudus. Ada kesediaan untuk menerima beberapa intervensi manusia dalam mengedit dan transmisi dari Alkitab, tapi kepercayaan umum bahwa ini telah dimaksudkan untuk melestarikan tidak mengubah yang asli. Jika perubahan terjadi mereka adalah produk dari pengetahuan sejarah dan linguistik yang tidak sempurna dari editor sebelumnya yang semakin dapat diperbaiki sebagai informasi lebih menjadi tersedia dan keterampilan ditingkatkan. Keyakinan seperti itu konsisten dengan doktrin kontemporer pemeliharaan serta dengan sejarah perubahan linguistik dan politik yang telah berasal dari Alkitab itu sendiri. Mereka membiarkan ruang untuk beasiswa tekstual dan kritis tanpa mengancam posisi sentral kitab suci dalam agama direformasi.<br />
<br />
Banyak kritikus berkisar luas dalam rangka memahami rincian sejarah Alkitab dan membangun konteks yang tepat untuk adat istiadat dan praktek yang dijelaskan dalam Alkitab. Pekerjaan mereka semakin mengambil bahan perbandingan, yang diambil dari studi tentang agama Yahudi dan timur masa lalu dan kontemporer, serta menerapkan temuan sarjana atau ahli tekstual dan material. Data astronomi telah diterapkan untuk membantu memverifikasi rincian kronologi alkitabiah dan untuk membangun hubungan yang benar dengan kronologi sekuler dunia kuno. Temuan antropologis dan arkeologis dikerahkan untuk mencoba untuk menghasilkan pemahaman praktek jelas digambarkan dalam Alkitab, seperti bentuk sesungguhnya dari penyembahan Bait Yahudi. Spesifik yang berasal dari hasil kritik seperti itu mungkin menemukan jalan mereka pada gilirannya menjadi penafsiran teks-teks kenabian, pemahaman yang mistis bahasa bergantung pada pengetahuan yang terperinci dari urutan peristiwa masa lalu dan bentuk-bentuk agama alkitabiah. Ketergantungan tumbuh kritikus modern awalnya pada bukti-bukti sejarah dan alami, biasanya tidak kompromi dengan penerimaan mereka dari makna literal kitab suci. Sebaliknya, kesaksian alam di masa lalu, sekarang, dan masa depan tampaknya untuk mengkonfirmasi kebenaran banyak tentang agama dan pemeliharaan yang dapat ditemukan diungkapkan paling jelas dalam Alkitab.<br />
<br />
Namun, ketergantungan tersebut pada arti harfiah dari Alkitab tidak tanpa masalah. Di tangan terampil atau terdidik, perintah untuk menyelidiki tulisan suci untuk diri sendiri dapat menyebabkan kesalahan teologis dan mengkhawatirkan kecenderungan untuk membenarkan tindakan dengan mengacu pada bukti-bukti alkitabiah seharusnya, ditemukan di bagian-bagian yang dikutip di luar konteks sejati mereka. Itu juga menggoda untuk menggunakan alegori atau bacaan mistik Alkitab ketika arti harfiah muncul jelas atau luar biasa, bukan untuk teka-teki atas konteks historis atau teka-teki linguistik. Setelah Restorasi, para pemimpin ortodoks, terutama dalam Gereja Inggris, menekankan kesulitan memahami Alkitab dan kebutuhan untuk bantuan dari seorang penerjemah yang terlatih, seperti imam, ketika menangani beberapa jenis bacaan. Mereka melakukannya untuk membatasi penyebaran apa yang bagi mereka tampak aneh dan sering interpretasi berbahaya atau sesat dari Alkitab. Namun, dalam proses, mereka membantu untuk menciptakan pendekatan yang lebih dibagi untuk memahami teks. Prinsip-prinsip Reformasi dari kecerdasan dan kecukupan dari Kitab Suci sehingga menjadi lebih kontroversial.<br />
<br />
Sebuah kesadaran akan masalah yang terkait dengan teks, dan perbedaan antara eksegese Yahudi dan Kristen, membantu untuk menginspirasi lebih banyak interpretasi heterodoks Alkitab dari masa Reformasi dan seterusnya. Beberapa keraguan pada pengarang kitab suci; lain mempertanyakan historisitasnya. Namun, interpretasi semacam itu cenderung untuk memprovokasi kontroversi daripada menginspirasi persetujuan untuk sebagian besar periode modern awal. Bukti tampaknya luar biasa dari sarjana kontemporer dalam sejarah, mitologi komparatif, dan filsafat alam tampaknya Protestan mendukung pembacaan literal mereka terhadap Alkitab dan keyakinan bahwa masa lalu dan kini menjadi subyek bimbingan ilahi. Untuk menempatkan terlalu banyak tekanan pada inkonsistensi kecil dan keraguan muncul dalam kontras untuk menjadi bukti dari skeptisisme yang dibatasi pada ateisme atau penerimaan argumen Katolik yang mendukung keunggulan ajaran tradisi atas temuan alasan dan pengalaman individu. Untuk sebagian besar Protestan, teologis serta motivasi ilmiah untuk melanjutkan nilai arti harfiah dari kitab suci demikian menarik.<br />
<br />
<br />
<b>2 Model Kritik Alkitab ( Biblical Criticism )</b><br />
<br />
<b>I. Lower Criticism</b><br />
<br />
<b>Kritik Tekstual</b><br />
<br />
Kritik yang lebih rendah atau Kritik Tekstual tidak berarti seseorang membenci teks, tetapi merupakan istilah teknis. Kritik tekstual adalah penimbangan bukti untuk pembacaan tekstual paling mungkin. Karena terjemahan dari KJV banyak manuskrip kuno telah ditemukan. Yang paling penting setelah Gulungan Laut Mati. Beberapa pemikir berusaha membuktikan betapa berbedanya Alkitab, tetapi menunjukkan bagaimana akurat itu telah dipelihara. Bahkan dalam Gulungan Laut Mati dan naskah-naskah kuno lainnya ada perbedaan tekstual yang harus dilihat.<br />
<br />
<b>Masalah Tekstual</b><br />
<br />
Ada empat kelompok utama penyebab umum korupsi tekstual. Pertama adanya perubahan yang memperluas teks. Kedua, adanya perubahan yang mempersingkat teks. Ketiga, adanya perubahan yang tidak menambah atau memperpendek teks. Terakhirnya, adanya perubahan yang disengaja dalam teks.<br />
<br />
Mari kita lihat alasan untuk perluasan teks. (1) penambahan sederhana ke teks biasanya untuk menjelaskannya. Hal ini dapat dilakukan untuk kejelasan atau penekanan. Sebagai contoh dalam Yosua 9:24 lk, yang berarti "semua" ditambahkan ke teks. (2) Dittography yang berarti "tulisan ganda." Ini terlihat dalam Yeremia 51:3 (menggambar 2x), dan Yehezkiel 48:16 (lima 2x). KJV menghilangkan ganda ini, tetapi meninggalkan satu dalam Imamat 20:10. (3) glosses yang seperti sebuah penjelasan. Salah satu contoh adalah dengan gloss jelas atau ambigu nama-nama tempat seperti "On" di Yeremia 43:13 dalam LXX. Dan kota yang disebutkan dalam Kejadian 14:14 harus gloss. Beberapa kota hanya diperbarui dengan nama baru mereka. (4) Explicitation adalah membuat eksplisit implisit yang memperluas teks. Dalam Kejadian 29:25 LXX menambahkan "Yakub" untuk menunjukkan siapa yang berbicara. (5) Kebingungan adalah kombinasi dari dua atau (jarang) pembacaan lebih. Ini terlihat dalam 2 Samuel 22: 38-9 dan 43 ketika MT dibandingkan dengan 4QSama dan LXX.<br />
<br />
Kedua, mari kita lihat alasan untuk pemendekan teks. (1) Haplography yang berarti "tulisan tunggal" ketika harus diulang (Hakim 20:13). (2) Parablepsis berarti "pengawasan" adalah ketika seorang juru tulis melompat lebih dari bagian dari teks. Contohnya adalah Hakim 16:13-14 ketika MT dibandingkan dengan LXX. (3) Homoioarkton yang berarti "awal seperti" adalah ketika suatu awal yang mirip kata-kata dilewati atas (Kejadian 31:18). (4) Homeioteleuton yang berarti "suka akhir" adalah ketika akhir yang mirip adalah melompati. Contohnya adalah dalam Kejadian 4:8 dan Imamat 15:03.<br />
<br />
Ketiga, mari kita lihat alasan-alasan untuk perubahan dalam teks yang tidak mengubah panjang teks. (1) Surat-surat yang membingungkan. Sejak beberapa kata Ibrani terlihat sangat mirip, mudah untuk membingungkan mereka seperti jam untuk j dan d untuk r (Kejadian 10:4). (2) Kesalahan bagian dari kata-kata kadang-kadang terjadi Kejadian 49:19-20. (3) metatesis yang merupakan switching dari huruf terjadi (Imamat 3:7). (4) Modernisasi tata bahasa, ejaan dan pengucapan terjadi. Dalam Yesaya 24:23 LXX mengerti ejaan yang berbeda untuk kata-kata Ibrani yang sama bulan / bata dan matahari / dinding .. (5) Prosaizing adalah ketika juru tulis perubahan puisi untuk prosa (Mazmur 31:22). (6) kesalahan interpretative terjadi dengan misdivision ayat dan misvocalization (Yesaya 7:11).<br />
<br />
Terakhir, mari kita lihat alasan-alasan untuk perubahan yang disengaja. (1) Seorang juru tulis sengaja perubahan satu atau lebih huruf untuk menyamarkan teks. Dalam I Samuel 3:13 Eli anak menghujat "untuk diri mereka sendiri" daripada LXX menghujat "Allah" yang terlalu tidak terhormat. (2) insersi untuk menghindari aib eufemistik (2 Samuel 12:9). (3) eufemistik substitusi (2 Samuel 2:8). (4) Harmonisasi teks (Kejadian 2:2). (5) Berperedam pembacaan (I Samuel 13:1). Ini adalah beberapa hal yang dapat terjadi pada teks (untuk contoh lebih lanjut lihat McCarter 1986).<br />
<br />
<br />
<b>II. Higher Criticism</b><br />
<br />
Ini adalah buku yang sangat baik yang meliputi berbagai jenis Kritik Alkitab. Membaca Perjanjian Lama oleh John Barton. Diterbitkan oleh Westminster Press, 1984.<br />
<br />
<b>Kritik sumber</b><br />
<br />
Ini adalah upaya untuk menemukan sumber yang berbeda dari yang teks itu terdiri. Lima kitab pertama dari Alkitab dikatakan ditulis oleh Musa belum tampaknya ada empat sumber yang mendasari utama, JEDP. Teori ini pertama kali diungkapkan oleh Julius Wellhausen.<br />
<br />
J sumber menggunakan nama TUHAN, dari Yehuda.<br />
Sumber E menggunakan nama Elohim, dari Efraim.<br />
D sumber kitab Ulangan.<br />
P sumber dari Imam.<br />
<br />
<b>Kritik Bentuk</b><br />
<br />
Hal ini berkaitan dengan pengaturan lisan dari mana teks ditulis. Pengaturan, Sitz im Leben, adalah kunci untuk memahami teks. Mereka mencoba untuk mengisolasi pra-sastra tahap teks, dan merekonstruksi kehidupan sosial dan lembaga-lembaga Israel. "Formulir" adalah dari Gattung Jerman yang akan lebih baik diterjemahkan sebagai "genre." Mazmur dilihat sebagai teks-teks liturgis untuk umum dan resmi seperti orang lain di dunia kuno.<br />
Para pemimpin kunci Hermann Gunkel diikuti oleh Sigmund Mowinckel.<br />
<br />
<b>Kritik Redaksi</b><br />
<br />
Tidak hanya tampaknya ada sumber yang berbeda untuk teks, tetapi juga redaktur yang berbeda yang mematuhi dan mengedit teks. Para pemimpin kunci dari jenis kritik ini adalah Gerhard von Rad seperti yang terlihat dalam komentarnya dalam Kejadian.<br />
<br />
<b>Pendekatan Kanonik</b><br />
<br />
Pandangan ini tidak memiliki kritik, tapi malah mengambil teks sebagai mereka, dan bagaimana mereka berfungsi dalam masyarakat. Pendukung kunci dari teori ini adalah B.S. Childs.<br />
<br />
<b>Kritik Strukturalis </b><br />
<br />
Strukturalisme atau semiotika muncul dari kekecewaan dengan metode historis-kritis. Ini adalah budaya yang memberi makna pada konvensi. Artinya hanya fungsi dari struktur dari sistem budaya. Sebagai contoh, berjabat tangan hanya memiliki makna dalam konteks budayanya. Teori ini melihat pada mekanisme yang memberikan makna teks. Sebagai contoh, kita tahu bahwa "Sekali waktu" di awal cerita menunjukkan bahwa itu adalah dongeng.<br />
<br />
Strukturalisme Alkitabiah mencari struktur kunci dalam teks Alkitab. Air bah dalam Kejadian 6-9 memiliki pola yang sangat jelas.<br />
<br />
<b>Kritik Baru</b><br />
<br />
Kritik Baru adalah nama yang diberikan kepada gerakan kritik sastra selama 1940 dan 1950. Awalnya dapat ditelusuri ke kritikus seperti T.S. Eliot, I.A. Richards, dan William Empson.<br />
<br />
Poin utama dari Kritik Baru adalah:<br />
Teks artefak.<br />
Intentionalism adalah suatu kesalahan.<br />
Makna teks adalah fungsi dari tempatnya dalam kanon.<br />
<br />
<b>Dekonstruksionisme</b><br />
<br />
Pandangan ini berpendapat bahwa seseorang tidak bisa nyata tahu teks apa yang benar-benar berarti. Teks dapat berarti banyak hal yang berbeda.Bobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-5903409623004209972011-10-04T20:10:00.002+07:002011-10-04T20:10:58.790+07:00Psikologi Abnormal: Sebuah PengantarApa itu abnormal? Hal ini bukan apakah orang itu normal atau tidak, tapi satu derajat. Kita semua memiliki beberapa kelainan. Beberapa yang lebih adaptif dari yang lain. Beberapa dapat bertahan lebih stres. Ini adalah apakah kita dapat berfungsi dalam masyarakat kita. Seseorang mungkin menjadi depresi, tapi satu masih bangun di pagi hari untuk pergi bekerja. Satu dapat mempertahankan pekerjaan. Satu masih bisa tetap bersekolah.<br />
<br />
Adaptasi: Ini adalah keseimbangan antara apa yang orang ingin Anda lakukan dan apa yang masyarakat memungkinkan mereka lakukan. Susunan genetik kita dan lingkungan adalah dua faktor kunci untuk seberapa baik kita beradaptasi atau bertahan.<br />
<br />
Penyesuaian: Penyesuaian mengacu pada penguasaan kita atas lingkungan kita dan damai dengan diri kita sendiri. Hasil perilaku adaptif bila ada salah: 1. Ketidakmampuan untuk mengatasi 2. Terlalu banyak dalam stres 3. lingkungan seseorang. atau kerentanan. Stres adalah reaksi seseorang untuk situasi yang berbeda. Mengatasinya mengacu pada kemampuan kita untuk mengendalikan diri dalam situasi sulit. Kerentanan mengacu pada seberapa besar kemungkinan kita akan merespon dengan cara yang salah untuk situasi tertentu. Genetika akan memainkan peran kunci di sini. Kelompok yang beresiko tinggi adalah anak-anak, remaja, tua, cacat, dan minoritas.<br />
<br />
DSM IV<br />
<br />
DSM manual = Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental. Ini adalah sistem klasifikasi multiaksial masalah mental. Ada lima sumbu utama, atau kategori.<br />
<br />
Axis Aku - masalah utama<br />
Axis II - masalah perkembangan dan kepribadian<br />
Axis III - masalah fisik<br />
Axis IV - stressor psikososial<br />
Axis V - penilaian global dari fungsi, tingkat saat ini dan tertinggi pada tahun lalu.<br />
<br />
I. Stres<br />
<br />
Dua jenis utama stres adalah:<br />
<br />
stres-membangkitkan situasi, bencana alam, kecelakaan, pertempuran<br />
perkembangan transisi, masa kanak-kanak, pubertas, perguruan tinggi, pekerjaan, pernikahan, anak-anak membesarkan, bergerak, pensiun.<br />
<br />
Ada tiga tingkat yang berbeda dari reaksi terhadap stres:<br />
<br />
fisik, tekanan darah naik<br />
mental khawatir, berlebihan<br />
perilaku kinerja, yang buruk di tempat kerja atau sekolah.<br />
<br />
Sindrom Bencana<br />
<br />
Hasil pengalaman penyintas bencana traumatis:<br />
Berlebihan dengan ketakutan kematian mendadak.<br />
Mimpi mengerikan seperti merasa terjebak.<br />
Rasa bersalah karena telah hidup sementara yang lain meninggal.<br />
Mengurangi kemampuan perasaan, mati rasa.<br />
Hubungan sosial terganggu.<br />
Pencarian makna dalam bencana.<br />
<br />
Ada tiga kategori utama dari gangguan stres terkait: penyesuaian, pasca-trauma, dan disosiatif.<br />
<br />
Penyesuaian Gangguan<br />
Lebih dari tiga bulan dari ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan stres umum dalam hidup mereka seperti pernikahan, perceraian, pindah, pekerjaan menopause, atau. Ketika stres dihapus, atau diadaptasi untuk, hal-hal kembali normal.<br />
<br />
Post-Traumatic Stress Disorder<br />
Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan peristiwa traumatis, seperti pertempuran.<br />
Mengalami kembali peristiwa traumatik. Banyak energi dihabiskan dari menangkis pikiran-pikiran yang menyakitkan.<br />
Menyakitkan kenangan dan mimpi buruk.<br />
Hyperalertness, respon terkejut yang berlebihan.<br />
Depresi, kegelisahan, lekas marah.<br />
Insomnia.<br />
Rasa Bersalah perasaan.<br />
Konsentrasi buruk, perilaku impulsif.<br />
<br />
Gangguan disosiatif<br />
Stres yang sama, dan situasi dapat menimbulkan reaksi yang berlawanan pada orang. Dalam gangguan ini bukannya sibuk dengan stres, mereka mencoba untuk menghindari stres beberapa jenis saya kehilangan memori.<br />
<br />
A. Amnesia psikogenik.<br />
Memori kerugian tidak organik disebabkan (seperti cedera kepala) biasanya akibat peristiwa traumatis. Kondisi ini jarang terjadi dan pemulihan yang cepat.<br />
B. Fugue psikogenik.<br />
Tiba-tiba kehilangan identitas mereka. Mereka tiba-tiba drop out dari kehidupan, pindah jauh, dan memulai hidup baru. Ini biasanya merupakan hasil dari peristiwa traumatis.<br />
<br />
C. Gangguan Beberapa kepribadian.<br />
Ini adalah bentuk paling ekstrim di mana seseorang mengasumsikan kepribadian alternatif. Kebanyakan berpikir ini adalah hasil dari pengalaman traumatis pada anak usia dini seperti pelecehan fisik dan seksual. Beberapa masuk ke trance.<br />
<br />
II. Gangguan Kecemasan<br />
Kecemasan adalah perasaan, tidak jelas sangat tidak menyenangkan dari ketakutan dan kekhawatiran. Orang yang cemas kekhawatiran banyak tentang bahaya biasanya tidak diketahui. Mereka tidak menyadari mengapa mereka cemas. Mereka menunjukkan beberapa dari gejala berikut: denyut jantung cepat, sesak napas pusing, pingsan, berkeringat, sulit tidur, diare, sering buang air kecil, kehilangan nafsu makan, dan tremor.<br />
<br />
A. Umum Gangguan Kecemasan<br />
Kecemasan selama lebih dari sebulan. 1. Ketegangan, tidak bisa santai 2. Sistem saraf bekerja dari waktu ke waktu. Lihat gejala di atas. 3. Ketakutan dari 4 masa depan. Berlebihan kewaspadaan, mencari kemungkinan bahaya.<br />
<br />
B. Gangguan Panik<br />
Hal ini mirip dengan kecemasan umum kecuali ada serangan mendadak dengan gejala diperbesar palpitasi parah, sesak napas, nyeri dada, berkeringat, pusing, perasaan tidak berdaya, dan takut mati atau gila. Bernapas ke dalam kantong kertas dapat membantu serangan panik.<br />
C. Fobia<br />
<br />
Kata berasal dari dewa Yunani ketakutan. The fobia yang paling umum adalah agoraphobia, ketakutan situasi asing. Ada lima jenis fobia: 1. Pemisahan ketakutan (orang banyak, bepergian sendiri, rumah sendiri) 2. Hewan ketakutan (tikus, tikus, serangga, ular) 3. Mutilasi ketakutan (operasi, darah, luka terbuka) 4. Sosial ketakutan (orang asing, diawasi) 5. Alam ketakutan (ketinggian, tebing, air).<br />
<br />
D. Obsesif Kompulsif Disorder<br />
Trauma oleh pikiran dan tindakan berulang. Orang obsesif tidak mampu untuk mendapatkan ide keluar dari kepala mereka (seperti pikiran seksual, agresif, atau agama). Orang kompulsif merasa terdorong untuk terus mengulangi perbuatan tertentu (seperti mencuci tangan berulang-ulang, menyikat gigi, menghitung, memeriksa pintu-pintu terkunci). Umumnya orang fobia takut apa yang mungkin terjadi pada mereka, orang obsesif kompulsif takut apa yang akan mereka lakukan terhadap orang lain. Empat tipe utama adalah: 1. Memeriksa sering gas, air, pintu. 2. Kebersihan, seperti menghindari telepon umum karena kuman. 3. Kelambatan dalam menyelesaikan hal-hal. 4. Keraguan bahkan ketika semuanya dilakukan dengan hati-hati. Sebagian besar dari kita memiliki pikiran, tetapi mereka tidak mengkonsumsi kita dan mengganggu kehidupan kita. gejala meningkat dengan stres.<br />
<br />
III. Gangguan Kepribadian<br />
<br />
Ada tiga kelompok gangguan kepribadian<br />
<br />
Aneh atau eksentrik perilaku<br />
Gangguan kepribadian paranoid<br />
Gangguan kepribadian skizofrenia<br />
Schizotypal gangguan kepribadian<br />
<br />
Dramatis, emosional, atau perilaku tidak menentu<br />
Gangguan kepribadian histerik<br />
Gangguan kepribadian narsisistik<br />
Borderline personality disorder<br />
Gangguan kepribadian antisosial<br />
<br />
Takut atau perilaku cemas <br />
Gangguan kepribadian avoidant<br />
Tergantung gangguan kepribadian<br />
Obsesif Kompulsif gangguan kepribadian<br />
<br />
IV. Gangguan suasana hati<br />
<br />
A. Depresi<br />
Dua faktor dalam depresi adalah:<br />
suasana hati yang sedih, biru perasaan, putus asa, mudah tersinggung dan cemas.<br />
kehilangan minat atau kesenangan dalam hal-hal.<br />
<br />
Seringkali acara stres dapat menyebabkan depresi. Wanita dua kali lebih mungkin menjadi depresi. Kami semua merasa biru saat berduka, kecewa, atau setelah liburan. Depresi klinis berlangsung selama setidaknya tiga bulan. Depresi adalah hasil dari kurangnya neurotransmiter kimia tertentu di tempat-tempat tertentu di otak. Tidur biasanya terganggu. Satu mengalami kesulitan tidur dan kemudian tinggal tidur. Satu biasanya merasa paling tertekan di pagi hari. Dokter meresepkan obat anti-depresan untuk membantu orang atas depresi datang.<br />
<br />
B. Bipolar Disorder<br />
Gangguan bipolar juga disebut gangguan manik-depresi. Ada dua fase: depresi dan mania. Mania melibatkan penerbangan ide, suasana hati meningkat ekstrim, perilaku impulsif, cerewet, delusi kemegahan, hiperaktif, tidak lelah, dan kebutuhan kurang tidur. Seseorang akan memiliki perubahan suasana hati dari mania menjadi depresi. Biasanya lithium digunakan untuk menstabilkan orang dengan gangguan bipolar.<br />
<br />
C. Bunuh Diri<br />
Selalu mengambil ancaman bunuh diri secara serius, bahkan pernyataan tidak langsung seperti, "Saya berharap saya tidak pernah dilahirkan," atau "Anda akan menyesal kalau aku pergi."<br />
<br />
V. Schizophrenic Gangguan<br />
<br />
Gejala skizofrenia adalah: masalah persepsi (delusi, halusinasi), kurang konsentrasi, ketidakmampuan untuk mengungkapkan pikiran, respon emosional datar, perilaku motorik yang tidak biasa, dan kurangnya inisiatif.<br />
<br />
Delusi adalah interpretasi yang salah dari realitas yang logika tidak bisa berubah. Ada delusi paranoid cemburu, penganiayaan, seseorang setelah mereka, seseorang berusaha membunuh mereka, atau meracuni mereka.<br />
<br />
Halusinasi adalah impuls internal yang diproyeksikan ke gambar di dunia nyata. Paling umum adalah mendengar suara-suara. Beberapa orang melihat hal-hal yang tidak ada.<br />
<br />
Beberapa peneliti berpikir bahwa itu adalah akibat dari masalah dengan dopamin neurotransmitter kimia. Dokter meresepkan obat anti-psikotik mediasi.<br />
<br />
VI. Fisik<br />
<br />
Perilaku abnormal banyak melakukan hasil berurusan dengan stres. Faktor psikologis dapat mempengaruhi kesehatan Anda. Stres dapat menyebabkan sakit kepala, alergi, asma, diare, borok.<br />
<br />
Gangguan somatoform ditandai dengan keluhan tubuh yang tidak memiliki penjelasan fisik.<br />
Masalah fisik juga dapat menyebabkan gangguan mental.<br />
Genetika juga memainkan peran penting dalam kesehatan mental dan fisik.Bobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-4119530112561611912010-12-08T20:42:00.000+07:002010-12-08T20:42:07.585+07:00KETIGA TAHAP KASIH ALLAHApakah yang Yesus maksudkan ketika Ia berbicara pertama-tama tentang kehilangan dan kemudian menemukan diri sendiri? Bernard dari Clairvaux (1090-1153) berbicara tentang ketiga tahap kasih Allah. Pertama, ada tahap ketika seseorang mengasihi Allah demi dirinya sendiri, karena suatu hal yang Allah lakukan bagi kita.Bernard berpikir bahwa sebagian besar orang berada pada tahap ini.<br />
<br />
Kedua, ada thap ketika seseorang mengasihi Allah demi Allah sendiri, karena Dia di dalam-Nya sendiri. Bernard berpendapat bahwa dalam kehidupankita beberapa orang mencapai tahap ini, tetapi hanya sesaat dalam mengagumi keindahan dan keagungan Allah secara sungguh-sungguh.<br />
<br />
Tahap ketiga, menurut Bernard, jauh lebih sulit dicapai, yakni mengasihi diri sendiri demi Allah. Menurut Bernard, tahap ini hanya dapat dicapai oleh segelintir orang di dalam kehidupan kita. Banyetak komentator yakin bahwa tahap ketiga hanyalah perluasan dari tahap pertama. Bernard jugalah yang mengatakan bahwa tahap itu tidak dapat digambarkan dengan suatu cerita apokrif. <br />
<br />
Tetapi pada bukunya yang lain berjudul "Letters", hal 417, Bernard mempercayai bahwa peniliaian yang tepat atas kemampuan seseorang konsisten dengan kerendahan hati yang sesungguhnya. jadi, ia beranggapan bahwa tahap kedua jadi lebih unggul dibandngkan dengan tahap pertama karena orang yang congkak sekurang-kurangnya beriman kepada Allah, iman bahwa Allah dapat melakukan sesuatu melalui dirinya, suatu hal yng kurang pada tahap pertama. <br />
<br />
Mengutip tulisan Paul Tillich dalam bukunya "The Shaking of The Foundations" hal. 158, bahwa:<br />
Kita terbiasa untuk menggutuk sikap mencintai diri sendiri; tetapi yang semestinya kita kutuk adalah lawan dari cinta kepada diri sendiri. Itu adalah campuran antara pementingan diri dan perasaan membenci diri sendiri yang tetap mengejar kita, yang mencegah kita untuk mencintai orang lain, dan yang menghalangi kita dari penyangkalan diri dalam cinta kasih yang olehnya kita dicintai untuk selamanya. Orang yang mampu mencintai dirinya sendiri, juga mampu mencintai orang lain; orang yang telah belajar mengalahkan penghinaan terhadap diri sendiri telah mengalahkan penghinaan terhadap orang lain. Namun, dalamnya keterpisahan kita itu terletak justru pada kenyataan bahwa kita tidak mampu memiliki cinta ilahi yang besar dan penuh rahmat terhadap diri kita sendiri.<br />
<br />
Fides Quaerens Intellectum.Bobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-81832606718046385172010-10-02T23:06:00.001+07:002012-03-17T00:39:38.883+07:00BAPTIS<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Pengertian Baptis menjadi perdebatan baik secara definisi maupun dalam praktek Baptisan dalam gereja-gereja. Pengertian Baptis (Yunani: Baptizo) sendiri dalam Alkitab memiliki beberapa pengertian Mencuci, membersihkan, membasuh (Markus 7:4; Lukas 11:38; Ibrani 9:10, 19, 21), Dicelupkan, Ditenggelamkan (Matius 26:23). Dari beberapa ayat di atas dapat ditarik pengertian bahwa baptisan adalah tanda, simbol, ritual/kegiatan yang menunjuk pada pertobatan, pembersihan, pembasuhan dari yang kotor, tidak bersih, dosa.<br />
<br />
Dalam Matius 3:16 Setelah Yesus keluar dari air maka turunlah Roh Kudus seperti burung merpati (dove) atas-Nya. <br />
<br />
"Kai baptistheis de o Iesous anabe euthus anebe apo tou udatos kai idou ...."<br />
<br />
Ada penafsir mengatakan bahwa kata "air" menunjuk pada "sungai" karena kata sebelumnya menggunakan "apo" yang menunjuk pada "sungai - tempat". Memang dalam bahasa Yunani, kata "apo" dapat menunjuk pada tempat, tetapi tidak hanya itu. Kata "apo" dapat juga menunjuk pada waktu (time) atau hubungan (relation), bandingkan dengan Strong's Hebrew and Greek Dictionaries. <br />
Menurut pemikiran saya, kato "apo" dalam teks ini, lebih baik menunjuk pada "hubungan (relation) waktu (time) dari kejadian/peristiwa". <br />
Alasannya adalah pada kata sebelumnya menggunakan kata Yunani "Baptistheis" berbentuk Aorist Nominative (deskripsi, menjelaskan kegiatan yang telah terjadi), dan hal ini diperkuat dalam Greek New Testament Variants ada penambahan kata "Kai (dan)" sebelum kata Baptistheis". Dalam versi Greek New Testament Wescott and Hort, kata "kai" dalam awal kalimat tidak ada karena sumber text yang berbeda, walaupun demikian kata "Baptistheis" sendiri menunjukkan waktu kegiatan/peristiwa yang telah terjadi.<br />
Selain itu, apabila ada dua kata "kai" dalam sebuah kalimat, maka kata "kai" pertama dapat diterjemahkan "when (ketika)". Jadi apabila digabung dapat diterjemahkan: "Ketika setelah dibaptis" <br />
Dan dilanjutkan kata "de" berbentuk konjungsi (kata sambung) diterjemahkan "tetapi, juga, sekarang" yang juga menunjukkan pada "waktu". Kata "Kai Baptistheis de" berarti ketika dibaptis, pada waktu itu juga.<br />
<br />
Selanjutnya, "o Iesous (Yesus) euthus (segera-soon/straightway) naik/bangkit-go up/ascend/araise (kata Yunani "anebe" berbentuk Second Aorist Active - Kegiatan yang telah terjadi); kata "apo" diterjemahkan keluar dari/dari (out of/from), "tou udatos" diterjemahkan air itu (the water). Memang bahwa baptisan itu dilakukan di Sungai Yordan. Tetapi maksud penulis bahwa penulisan itu menunjuk pada airnya seperti yang tertulis pada ayat sebelumnya dimana Yohanes membaptis dengan air (Matius 3:11). <br />
Kemudian dilanjutkan dengan kata "Kai (dan)"........... yang menjelaskan bahwa kegiatan itu tidak terpisah dengan kegiatan sebelumnya.<br />
<br />
Jika diterjemahkan secara bebas: "Ketika setelah dibaptis, Yesus segera naik keluar dari air itu dan ......". Jadi penafsiran dari kata "air itu (tou udatos)" memang lebih tepat dari pada "sungai itu", karena kurang tepat jika diterjemahkan "keluar dari sungai" karena dihubungkan dengan pengertian baptisan Yohanes (Matius 3:11). Dalam peristiwa Yesus lebih dari itu, dimana Baptisan terlihat dengan dia segera naik/bangkit keluar dari air dan langit terbuka dan Roh Kudus turun atasnya. <br />
<br />
Kesimpulannya: Baptisan dalam Matius 3:16, menunjukkan bahwa Baptisan ditandai dengan Yesus segera (masuk dan) naik/bangkit keluar dari air itu dan langit terbuka dan Roh Kudus Turun seperti burung merpati. Dengan kata lain, bahwa baptisan merupakan kesediaannya disucikan dan dipimpin oleh Roh Kudus. Hal ini tidak dapat dipisahkan dan sesuai dengan ucapan Yohanes Pembaptis pada ayat sebelumnya di Matius 3:8.<br />
<br />
Yohanes Pembaptis mengatakan bahwa baptisan itu sebagai tanda pertobatan (Matius 3:11) yang terlihat dari hasil buah pertobatan (Matius 3:8), bukan ritual/bentuk kegiatannya. <br />
Hasil pertobatan berbuah ketika Roh Kudus turun atas orang yang bertobat, sama yang dikatakan oleh Rasul Paulus dalam surat Galatia 5:22-23 tentang buah Roh, karena Kerajaan Allah sudah dekat (Matius 3:2). Orang yang melakukan pertobatan berada dalam pemerintahan/dipimpin Allah, Allah yang berkuasa atasnya, hal ini terlihat dengan Roh Kudus yang turun atasnya.<br />
<br />
Permasalahannya adalah apakah setiap orang yang dibaptis adalah orang yang bertobat dan dipimpin oleh Roh Kudus? Kalau orang yang dibaptis belum bertobat dan dipimpin oleh Roh Kudus, maka apa fungsi dari ritual baptisan memakai percik/diselam/bendera/lainnya? Bukan hal ini tidak ada artinya. Maksudnya saya bukannya ritual baptisan tidak diperlukan, ritual baptisan tetap diperlukan, tetapi esensi dari baptisan seperti yang dimaksud dalam Matius 3:16 itulah yang lebih penting, yaitu baptisan adalah pertobatan dan dipimpin oleh Roh Kudus. Pertobatan dan dipimpin oleh Roh Kudus adalah hidup dalam pemerintahan Allah dan menghasilkan buah Roh (Galatia 5:22-23).<br />
<br />
Fides Quaerens Intellectum.<br />
<br />
<br />
Sumber Pustaka:<br />
1. Strong's Hebrew and Greek Dictionaries<br />
2. Greek New Testament - Wescott and Hort</div>Bobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-77692907824401778972010-01-02T20:54:00.001+07:002010-01-02T21:43:25.609+07:00TRANSUBTANSIASI<b>Etimologi</b><br />
<br />
Transubstansiasi (Bahasa Latin: transsubstantiatio) adalah perubahan hakekat dari hosti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus yang terjadi di dalam perayaan Ekaristi menurut ajaran beberapa Gereja Kristiani, terutama Gereja Katolik Roma, di saat semua yang bisa dicerna oleh indra manusia tidak berubah. Dalam Bahasa Yunani hal ini disebut μετουσίωσις.<br />
<br />
<b>Teologi Transubtansiasi</b><br />
<br />
Ketika berada di Perjamuan Terakhir-nya, Yesus berkata: "Inilah tubuh-Ku" (hoc est corpus meum),[1] apa yang ia pegang di tangannya masih memiliki semua penampilan dari sepotong roti: "kecelakaan-kecelakaan" ini tidak berubah. Namun, Gereja Katolik Roma percaya bahwa, ketika Yesus menyatakan hal tersebut,[2] kenyataan mendasar ("hakekat") dari roti tersebut telah dirubah menjadi bagian dari tubuhnya. Dengan kata lain, roti itu sesungguhnya adalah tubuh-Nya, di saat semua penampilannya yang dapat dicerna oleh indera manusia atau yang dapat ditemukan oleh penelitian ilmiah adalah masih sepotong roti seperti sebelumnya. Gereja percaya bahwa perubahan hakekat roti dan anggur terjadi pada saat konsekrasi Ekaristi.[3]<br />
<br />
Karena Kristus yang bangkit dari antara yang mati adalah hidup, Gereja percaya bahwa ketika roti berubah menjadi tubuh-Nya, bukan saja tubuh-Nya saja yang hadir, melainkan Kristus sendiri secara penuh juga hadir, yakni tubuh dan darah-Nya, jiwa dan keilahian-Nya. Hal yang sama juga berlaku bagi anggur yang berubah menjadi darah-Nya.[4] Kepercayaan ini melingkupi hal yang lebih besar daripada doktrin transubstansiasi, yang secara langsung hanya membatasi diri pada perubahan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus.[5]<br />
<br />
Sedikit menambahkan, Transsubstansiasi adalah ajaran resmi Gereja Katolik (diresmikan oleh Konsili Trento sesuai pendirian Gereja utk mengikuti teologi skolastik Thomas Aquinas meski istilah ini pertama kali digunakan Hildebert of Tours). Thomas sendiri mengambilnya dari "hylemorfisme" Aristoteles, yang mengajarkan bahwa dlm suatu realitas (ens) terdapat dua unsur,materia (accident) dan forma (substance).<br />
<br />
Air menjadi es, materianya berubah namun forma/substansinya tetap. Ketika dipatrapkan pada Perjamuan Kudus, Aquinas (dan sementara orang hingga berabad-abad) berpendapat Roti dan Anggur materianya tetap namun formanya berubah (terjadi perubahan substansi). Aquinas berpendapat terjadi Real Presence tanpa kehadiran fisikal, melainkan sakramental. Tentu saja kini menjadi problematis ketika sains modern (khususnya kimia) tak mendukung teori Aristoteles dan Aquinas ini, dan secara filosofis dualisme natural-supernatural tidak lagi diterima.<br />
<br />
Lalu mengenai saat berubahnya, merujuk pada pemikiran para Bapa Gereja saya berpendapat meski diimani Real Presence, namun tak pernah dijelaskan kapan dan bagaimana ( mengenai "how" ini saya kira penegasan Konsili Trento diarahkan dlm konfrontasi dg Protestan), dan tentu saja bukan saat Imam mengucapkan kata2 institusi/konsekrasi, bahkan dlm tradisi Katolik, khususnya di Doa Syukur Agung, mulai dikembalikan peran doa Epiklesis (doa mohon turunnya Roh Kudus), bahwa roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus karena kuasa Roh Kudus (menjelaskan 'how"-nya), kapan terjadi? kita tidak tahu.<br />
<br />
Schillebeeckx mengajukan transignifikansi kiranya mengantisipasi perkembangan ilmu modern yg menjadikan penjelasan tradisional Aquinas tidak bisa dipertahankan tanpa mengurangi arti Real Presence. Menurutnya dlm Ekaristi yg terjadi perubahan arti (significance) atas Roti dan Anggur dalam keseluruhan Misa (aspek liturgis kembali ditonjolkan, sama dg tindakan Perjamuan Terakhir, tidak melulu spekulasi metafisis- skolastik) sekaligus terjadi transfinalization, yaitu semua itu diarahkan pada sebuah akhir dg tujuan memberi santapan rohani. Ketika transubstansiasi didogmakan memang menjadi problematis karena terkait dg sebuah upaya rasional yg senantiasa tumbuh kembang dan berubah. Yang jelas Real Presence menurut hemat saya tetap diimani, transubstansiasi sekedar ikhtiar menjelaskan, sama dg Luther atau Schillebeeckx, sayangnya pemikiran Schillebeeckx buru2 ditolak lantaran tdk orthodoks.[6]<br />
<br />
Pada tahun 818 seorang rahib dari biara terkenal di sebelah utara kota Paris di Corbie, bernama Paschasius Radbertus, menerbitkan sebuah makalah yang menyatakan bahwa unsur-unsur itu diubah menjadi tubuh dan darah Kristus yang sesungguhnya. Meskipun wujud unsur-unsur itu tidak berubah, suatu mujizat terjadi ketika imam-imam mengucapkan berkat-anggur dan roti betul-betul menjadi tubuh dan darah Kristus yang historis. Ia menegaskan bahwa wujud luar hanyalah selubung dan menipu pancaindera manusia.<br />
<br />
Ajaran transubtansiasi ini mendapatkan tantangan. Para teolog seperti Rabanus Maurus menjelaskan bahwa kepercayaan seperti itu mengacaukan lambang dengan hal yang dilambangkan. Pada tahun 1050 Berenger dari Tours menguraikan pandangan bahwa tubuh dan darah Kristus itu hadir tetapi bukan secara hakiki, melainkan dalam kuasa. Substansinya tetap tidak berubah; iman pada pihak orang yang menerima unsur itu diperlukan untuk mengaktifkan kuasa itu. Filsuf John Scotus sependapat dengan Agustinus bahwa unsur-unsur itu simbolis, dan bahwa mereka tetap tidak berubah.<br />
Tulisan ini berisi pendapat para teolog dari beberapa perspektif, menurut anda?<br />
<br />
<i>Fides Quaerens Intellectum</i>.<br />
<br />
<br />
Sumber: <br />
[1] Matius 26:26, Markus 14:22, Lukas 22:18, 1 Korintus 11:24<br />
[2] Catechism of the Catholic Church, 1376<br />
[3] Catechism of the Catholic Church, 1377; Christ’s Presence in the Eucharist: True, Real and Substantial<br />
[4] Catechism of the Catholic Church, 1413<br />
[5] www.wikipedia.com/transubtansiasi<br />
[6] Joas Adiprasetya, http://artikel.sabda.org/transubstantiationBobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-54930289550137438832010-01-02T17:33:00.002+07:002010-01-02T17:36:51.676+07:00TEOLOGI DOGMATIK(Sebuah Catatan Singkat Eksposisi Teologi Dogmatik Ortodoks)<br /><br /><br />Para perumus dogmatik Gereja selalu diarahkan pada konfirmasi dalam kesadaran umat beriman dari kebenaran Iman, yang telah diakui oleh Gereja dari awal. Ini terdiri dari para perumus dogmatik Gereja yang menunjukkan cara berpikir adalah salah satu yang mengikuti Tradisi Ekumenis. Gereja memerintahkan para perumusnya dalam telah Iman, dalam berjuang melawan ajaran-ajaran sesat: menemukan bentuk yang tepat untuk ekspresi kebenaran Iman yang diwariskan dari zaman purbakala, dan untuk mengkonfirmasi kebenaran ajaran Gereja, pendiri pada Alkitab dan Tradisi Suci. Dalam ajaran Iman, itu adalah pemikiran Rasul yang suci dan tetap menjadi standar kepenuhan dan keutuhan dari pandangan dunia Kristen. Seorang Kristen abad kedua puluh tidak dapat mengembangkan lebih utuh atau pergi lebih dalam kebenaran Iman daripada Rasul. Oleh karena itu, setiap usaha yang dibuat - baik oleh individu atau dalam nama teologi dogmatis itu sendiri - untuk mengungkapkan kebenaran Kristen baru, atau aspek-aspek baru dogma yang diwariskan kepada kita, atau pemahaman baru mereka, sama sekali tidak pada tempatnya. Tujuan teologi dogmatis sebagai cabang dari usaha belajar untuk maju, dengan landasan kokoh dan bukti, ajaran Kristen Ortodoks yang telah diturunkan. <br />Beberapa karya-karya lengkap teologi dogmatis ditetapkan pemikiran para Bapa Gereja di urutan sejarah. Jadi, misalnya, disebutkan di atas Essay dalam Teologi Dogmatik Ortodoks oleh Uskup Sylvester diatur dengan cara ini. Kita harus memahami bahwa metode seperti eksposisi dalam teologi Ortodoks tidak memiliki tujuan untuk menyelidiki "perkembangan bertahap ajaran Kristen"; tujuannya adalah satu yang berbeda: ini adalah untuk menunjukkan bahwa pengaturan lengkap, dalam urutan historis, dari ide-ide dari para Bapa Suci Gereja pada setiap subjek menegaskan dengan sangat jelas bahwa Roh Allah dalam segala zaman berpikir yang sama tentang kebenaran Iman. Tapi, karena beberapa dari mereka memandang subjek dari satu sisi, dan lain-lain dari sisi yang lain, dan karena sebagian dari mereka melahirkan argumen dari satu jenis, dan lain-lain jenis lain, maka urutan historis ajaran para Bapa memberikan lengkap pandangan dogma Iman dan kepenuhan bukti kebenaran mereka. <br />Ini tidak berarti bahwa eksposisi teologis dogma harus mengambil bentuk tidak dapat diubah. Setiap zaman sebagainya menempatkan pandangan sendiri, cara pemahaman, pertanyaan, ajaran sesat dan protes terhadap kebenaran Kristen, atau yang lain yang mengulangi hal lama yang telah dilupakan. Teologi secara alami memperhitungkan penyelidikan dari setiap masa, jawaban mereka, dan akan menetapkan kebenaran dogmatis yang sesuai. Dalam pengertian ini, orang dapat berbicara tentang perkembangan teologi dogmatis sebagai cabang dari pembelajaran. Tetapi tidak ada cukup alasan untuk berbicara tentang perkembangan ajaran iman Kristen itu sendiri.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Dogmatika dan Iman. </span><br />Teologi dogmatis adalah usaha untuk percaya kekristenan. Di dalamnya tidak memberi inspirasi iman, tetapi mengandaikan bahwa iman sudah ada di dalam hati. "Aku percaya, itulah sebabnya Aku berfirman," ujar seorang yang benar dari Perjanjian Lama (Mazmur 115:1). Dan Tuhan Yesus Kristus mengungkapkan rahasia-rahasia Kerajaan Allah kepada murid-murid-Nya setelah mereka percaya kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Engkau berkata-kata tentang kehidupan kekal. Dan kami percaya dan yakin bahwa Engkaulah Kristus, Anak Allah yang hidup "(Yohanes 6:68 69). Iman, dan lebih tepatnya iman dalam Anak Allah yang telah datang ke dunia, merupakan hal terpenting dari Alkitab tetapi merupakan hal terpenting dalam keselamatan pribadi seseorang, dan itu adalah landasan dari teologi. "Tapi ini ditulis, supaya kamu percaya bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah dan percaya bahwa kamu mempunyai hidup melalui Nama-Nya" (Yohanes 20:31), tulis Rasul Yohanes pada akhir Injilnya, dan ia mengulangi pikiran yang sama berkali-kali dalam surat-surat, dan kata-kata dari mengekspresikan ide utama dari semua tulisan-tulisan suci Rasul: Saya percaya. Semua Kristen berteologi harus dimulai dengan pengakuan ini. Di bawah ini kondisi berteologi bukanlah latihan mental yang abstrak, bukan dialektika intelektual, tetapi sebuah hunian dari salah satu pemikiran dalam kebenaran Ilahi, yang mengarahkan pikiran dan hati terhadap Allah, dan pengakuan dari cinta Tuhan. Untuk orang yang tidak beriman berteologi tanpa efek, karena Kristus sendiri, untuk orang-orang kafir, adalah "suatu batu sandungan dan batu dari pelanggaran" (1 Petrus 2:7 8; lihat Matius. 21:44). <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Teologi, Ilmu Pengetahuan, dan Filsafat. </span><br />Perbedaan antara teologi dan ilmu alam, yang didirikan di atas pengamatan atau percobaan, dibuat jelas oleh kenyataan bahwa teologi dogmatis didirikan atas hidup dan iman yang kudus. Di sini titik awal adalah iman, dan di sana, pengalaman. Namun, sikap dan metode belajar adalah satu dan sama pada kedua bidang; studi fakta, dan kesimpulan yang diambil dari mereka. Hanya saja, dengan kesimpulan-kesimpulan ilmu alam berasal dari fakta-fakta yang dikumpulkan melalui pengamatan alam, ilmu tentang kehidupan bangsa, dan kreativitas manusia, sedangkan dalam teologi kesimpulan-kesimpulan yang datang dari studi Kitab Suci dan Tradisi. Ilmu-ilmu alam empiris dan teknis, sementara studi ini adalah teologis. <br />Ini juga menjelaskan perbedaan antara teologi dan filsafat. Filsafat rasional murni didirikan atas fondasi-fondasi dan pengurangan atas ilmu-ilmu eksperimental, sejauh bahwa yang terakhir mampu digunakan untuk pertanyaan-pertanyaan kehidupan yang lebih tinggi, sedangkan teologi didasarkan atas Penyataan ilahi. Janganlah dibingungkan; teologi bukan filsafat bahkan ketika menjerumuskan pikiran kita menjadi pelajaran yang mendalam atau peningkatan iman Kristen yang sulit dimengerti. <br />Teologi tidak menyangkal baik filsafat atau ilmu-ilmu eksperimental. St. Gregorius, seorang teolog yang menganggapnya jasa St Basil Agung bahwa ia menguasai dialektika untuk kesempurnaan, dengan bantuannya menggulingkan konstruksi filosofis dari musuh-musuh kekristenan. Secara umum, St Gregorius tidak bersimpati dengan orang-orang yang mengungkapkan kurangnya rasa hormat untuk belajar keluar. Namun, dalam homili terkenal pada Tritunggal Mahakudus, setelah terciptanya pengaturan mendalam ajaran kontemplatif Triunity, ia demikian komentar dari dirinya sendiri "Jadi, sesingkat mungkin saya telah ditetapkan untuk Anda mencintai kebijaksanaan kita, yang dogmatikal dan tidak dialektis, dengan cara nelayan dan bukan dari Aristoteles, spiritual dan tidak cerdik tenunan, menurut peraturan Gereja dan bukan dari marketplace "(Homili 22). <br />Pelajaran teologi dogmatika dibagi menjadi dua bagian pokok: ke dalam ajaran 1) tentang Allah di dalam diriNya dan 2) tentang Tuhan dalam manifestasi-Nya sendiri sebagai Pencipta, Providence (pemeliharaan), Juruselamat dunia, dan Perfector(penyempurna) dari takdir dunia. <span style="font-style:italic;">Fides Quaerens Intellectum</span>.Bobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-28128342410750248782009-09-23T22:43:00.002+07:002009-09-23T22:47:54.428+07:00TEOLOGI PENTAKOSTA(Sebuah Pengantar ke dalam Teologi Pentakosta)<br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">PENDAHULUAN </span><br /><br />Sebelum kita masuk ke dalam ajaran Pentakosta , ada baiknya apabila penulis membahas latar belakang aliran Pentakosta. Di kalangan sejarah gerakan Pentakosta terdapat perbedaan pendapat tentang asal-usul gerakan ini, yaitu:<br />1. Charles W. Conn berpendapat bahwa asal mula gerakan ini terjadi pada tahun 1896 di Shearer School House di Cherokee County, North Carolina, yang mana ini merupakan cikal bakal dari lahirnya Church of God.<br />2. Klaude Kendrick berpendapat bahwa gerakan ini berasal dari Sekolah Alkitab Bethel di Topeka, Kansas yang dipimpin oleh Charles Parham.<br />3. Donald Gee mengemukakan bahwa asal mula gerakan Pentakosta terjadi pada pertemuan di “Gereja Tua” di Los Angeles pada 6 April 1906, di mana William Seymour (murid Charles Parham) berkhotbah tentang ‘bahasa lidah’. <br /><br />Pada umumnya para ahli Pentakosta menyebutkan bahwa ajaran Pentakosta terdiri dari empat pilar , yaitu: Keselamatan, Kesembuhan, Baptisan Roh Kudus, dan Kedatangan Kristus Kedua Kali, yang mana pembahasan ini penulis jabarkan dalam 11 pokok dalam alur sistematika.<br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">AJARAN-AJARAN PANTEKOSTA</span><br /><br />Sama seperti aliran Kesucian, gerakan Pantekosta tidak merasa bahwa mereka telah menciptakan suatu doktrin atau standar yang baru. Dengan mengkhotbahkan 'Injil Sepenuh', mereka merasa bahwa mereka hanya menekankan kembali ajaran lama yang sudah ada. Di bawah dijelaskan beberapa pengajaran Pentakosta, yaitu: <br /><br />1. Alkitab<br />Alkitab dpahami sebagai Firman Allah yang diilhamkan dan dinyatakan kepada manusia, untuk menjadi tata-tertib bagi iman dan perilaku. Alkitab mengungguli hati nurani dan akal baudi, tetapi tidak bertentangan dengannya. Sebagai yang diilhamkan langsung oleh Allah, Alkitab tidak mengandung kesalahan. Alkitab adalah firman Allah yang berotoritas dan sempurna. <br /><br />2. Allah yang benar dan hidup itu oleh aliran Pentakostal diyakini sebagai Allah yang esa, yang menciptakan langit, bumi dan segala isinya. Allah yang menyatakan diri di dalam tiga pribadi: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Ke dalam ketiga nama inilah dibaptis setiap orang yang sudah menyatakan imannya. Jadi aliran Protestan memiliki kepercayaan sama dengan kaum reformasi.<br /><br />3. Keselamatan adalah pembebasan dari situasi di luar kemampuan seseorang membebaskan dirinya sendiri. Keselamatan adalah karya Allah dalam pengupayaan umat bebas dari perbudakan dosa dan membawa ke situasi kemuliaan melalui Yesus Kristus. Jadi keselamatan sebagai buah kasih-karunia Allah, yang ditawarkan kepada manusia melalui pemberitaan dan ajakan menyatakan penyesalan dan permohonan ampun kepada Allah, dan iman kepada Yesus Kristus. Manusia diselamatkan melalui baptisan (permandian) kelahiran-kembali dan pembaruan oleh Roh Kudus. Setelah dibenarkan oleh kasih-karunia melalui iman, menjadi anak dan pewaris Kerajaan Allah, sesuai dengan pengharapan akan kehidupan kekal. Bukti batiniah bagi orang percaya tentang keselamatannya adalah kesaksian langsung dari Roh Kudus, sedangkan bukti lahiriah adalah kehidupan di dalam kebenaran dan kesucian yang sejati. <br /><br />4. Baptisan adalah tindakan iman untukmelaksanakan percaya kepada Injil yaitu bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa manusia, sesuai dengan kitab suci, bahwa Ia dikuburkan dan telah bangkit pada hari ketiga sesuai dengan kitab suci (1 Kor 15:3a-4; Rom 6:3-5). Baptisan terdiri atas dua jenis, yaitu: Pertama, baptisan air, yakni lambang kematian dan penguburan kemanusian yang lama, dengan cara menyelamkan seluruh tubuh ke dalam air (Mat 16:15-16; 28:19). Kedua, Baptisan Roh adalah baptisan orang percaya dengan Roh kudus dibuktikan oleh tanda fisik awal, yaitu berbicara dengan bahasa-bahasa lain seperti yang diberikan Roh Kudus kepada mereka untuk mengatakannya (Kis 2:4). Roh Kudus menjadi pusat teologi dari aliran Pentakosta. <br />5. Bahasa Lidah: baptisan atas orang percaya di dalam Roh Kudus diawali dan disaksikan oleh tanda lahiriah berupa berbicara dalam lida (bahasa) lain, sebagaimana kemampuan yang diberikan Allah kepada para rasul (Kis 2:4). Berbahasa lidah dalam nats ini pada hakikatnya sama dengan karunmia lidah dalam 1 Kor 12:4-10, 28, tetapi berbeda dalam maksud dan penggunaannya. <br /><br />6. Perjamuan Kudus, yang terdiri dari unsur roti dan air buah anggur , adalah lambang yang mengungkapkan keikutsertaan di dalam kodrat ilahi dari Tuhan Yesus, pengenangan atas penderitaan dan kematian-Nya dan nubuat atas kedatangan kedua kali, persekutuan orang percaya dengan Allah serta sesama, kesembuhan bisa terjadi sewaktu orang percaya mengambil bagian dalam perjamuan kudus dimana Allah yang menyembuhkannya, dan sakramen Perjamuan Kudus sebagai salah satu alat anugerah Allah bagi orang percaya. Dengan Perjamuan Kudus maka anugerah dan karya Allah lewat korban Yesus di kayu salib akan lebih kita kenang dan hayati, sehingga pengaktualisasian iman kepada Allah akan lebih berarti.<br /><br />7. Kesucian hidup dan perilaku secara menyeluruh. Kaum Pentakostal mempertahankan kesucian sebagi pokok ajaran yang terpenting. Dengan kuasa Roh Kudus orang percaya dapat menaati perintah Allah. Kesucian menyeluruh adalah kehendak Allah bagi semua orang percaya, dan harus sungguh dikejar dengan cara berjalan di dalam ketaatan pada firman Allah. <br /><br />8. Kesembuhan Ilahi. Pada permulaan gerakan Pantekosta, doktrin kesembuhan Ilahi adalah suatu kebenaran yang sangat penting dalam berita "Injil Sepenuh". Kesembuhan Ilahi dikhotbahkan dan dipraktekkan, sebab umat Pentakosta percaya bahwa kesembuhan disediakan bersamaan penebusan dan merupakan hak istimewa bagi orang percaya. <br /><br />9. Eskatologis. Pada umumnya kaum Pentakosta mempercayai bahwa Yesus Kristus akan datang kembali dan memerintah dalam kerajaan seribu tahun di dunia. Kedatangan Kristus yang kedua kali meliputi pengangkatan orang-orang kudus, yang merupakan pengharapan yang penuh bahagia bagi kita, diikuti kedatangan yang tampak dari Kristus dengan orang suci-Nya untuk memerintah di bumi selama seribu tahun (Za 14:5; Mat 24:27, 30; Why 1:7; 19:11-14). Pemerintahan seribu tahun ini akan membawa keselamatan bangsa Israel (Yeh 37:21-22; Zef 3:19-20; Roma 11:26-27) dan penegakkan damai sejahtera di seluruh dunia (Yes 11:6-9; Mi 4:3-4). <br /><br />10. Gereja bukan hanya merupakan suatu perkumpulan melainkan sebuah persekutuan yang lahir dari Allah. Alkitab menyatakan bahwa yang mendirikan gereja adalah Tuhan Yesus (Mat 16:18). Gereja adalah buah tangan pekerjaan Roh Kudus dan diyakini sebagai tubuh Kristus, tempat Allah berdiam melalui Roh-Nya, dengan serangkaian ketetapan ilahi dalam rangka memenuhi amanat agung-Nya. <br /><br />11. Ibadah dan liturgy: gereja-gereja Pentakosta beribadah secara teratur pada hari Minggu, ditambah dengan beberapa pertemuan ibadah pada hari lainnya. Tata-ibadah bersifat lisan serta tidak berlangsung secara baku. Kendati tata-ibadah bersifat lisan dan tidak baku, ada semacam pola dan unsur-unsur yang umum, yaitu doa pembuka, nyanyian penyembahan, doa lanjutan, nyanyian pujian, khotbah, serta kadang ditambah pelayanan altar (altar calling, altar service). Yang terakhir ini memberi kesempatan untuk mengungkapkan pelepasan dari kuasa roh jahat, pertobatan, penguatan rohani, pengurapan, pemulihan, dan lainnya. <br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">KESIMPULAN</span><br /><br />Jadi beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah Pertama, aliran Pantekosta sama dengan denominasi Protestan lainnya; percaya bahwa keselamatan adalah anugerah Allah, bukan oleh perbuatan baik yang dilakukan manusia; percaya bahwa setiap orang Kristen adalah Imam-imam; percaya bahwa Alkitab atau Firman Allah adalah dasar segala doktrin dari gereja. Kedua, gerakan Pantekosta ini sesungguhnya sama dengan gerakan Reformasi. Tetapi lebih tepatnya adalah sayap kiri Reformasi yang lebih bersifat radikal, yaitu gerakan Ana-Baptis. Ketiga, aliran Pantekosta dapat digolongkan sebagai kelanjutan dari kaum Injili (Evangelicals). Teologianya cenderung fundamentalis. Tokoh Pantekosta dari Inggris, Donald Gee berkata bahwa doktrin Pantekosta sebenarnya merupakan penyempurnaan dari doktrin kaum Injili. Keempat, Banyak ahli sejarah gerakan Pantekosta berpendapat bahwa gerakan Pantekosta timbul dari aliran 'Holiness", terkenal "Doktrin Penyucian" (Sanctification). Teologia Wesley dapat disimpulkan: pertobatan atau pembenaran; dan Penyucian dan penyempurnaan Kristen. Kelemahan yang timbul dari fenomena gerakan Pentakosta adalah kurang dalam konteks penelitian Alkitab, bersifat emosional, dan penataan organisasi di gereja.<br /><br /><br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">DAFTAR PUSTAKA</span><br /><br /><br />1. Aritonang, Jan S., Berbagai Aliran Di dalam dan Di Sekitar Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet. 1, 1995.<br />2. Arrington, French L., Christian Doctrine 2: A Pentecostal Perspektive, Clevelend, Tennessee: Pathway, cet. 1, 1993.<br />3. Arrington, French L., Christian Doctrine 3: A Pentecostal Perspektive, Clevelend, Tennessee: Pathway, cet. 1, 1993.<br />4. Duty, Guy, Keselamatan Bersyarat atau Tanpa Syarat?Keselamatan Bersyarat atau Tanpa Syarat?, Diterjemahkan: Peter Suwadi, Ibrahim Karuniamulia, Lily Tanudjaja, Surabaya: Bukit Zaitun, cet. 1, 1996.<br />5. Gee, Donald, The Pentecostal Movement, London: Victory Press, 1949.<br />6. Lukito, Daniel Lukas, Pengantar Teologia Kristen 1, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, cet. 3, 1996.<br />7. Menzies, William W., Horton, Stanley M., Doktrin Alkitab: Menurut Pandangan Pentakosta, Malang: Gandum Mas, cet. 2, 2003.<br />8. Pengajaran Dasar Gereja Bethel Indonesia, Jakarta: Departemen Teologia Badan Pekerja Sinode Gereja Bethel Indonesia, cet. 1, hlm. 100.<br />9. Setiawan, Johanes, Teologi Gerak: Ajaran Roh Kudus Menurut DR. H. L. Senduk, Jakarta: Lembaga Pendidikan Theologia Bethel, cet. 1<br />10. Stronstad, Roger, Theology Karismatik Santo Lukas, Jakarta: Karismata Publishers, cet. 1, 1999.<br />11. Talumewo, Steven H., Sejarah Gerakan Pantekosta, Yogyakarta: Yayasan Andi Offset, cet. 1, 1988.Bobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com17tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-3711738695246771302009-09-23T21:50:00.002+07:002009-09-23T21:59:17.665+07:00PERJANJIAN LAMA DALAM PAKMenjadi sebuah hal yang menarik adalah ketika muncul sebuah pertanyaan, seberapa pentingkah Perjanjian Lama dalam ruang lingkup Pendidikan Agama Kristen (PAK)? Mungkin pertanyaan ini kita anggap sambil lalu, atau tidak terlalu penting, atau memang kita belum mengetahuinya. Mungkin ada yang mengatakan bahwa Perjanjian Lama (PL) tidak terlalu penting karena PL sudah berlalu dan sudah digenapi oleh Perjanjian Baru (PB), atau PB telah menjelaskan tentang pendidikan kekristenan.<br /><br />Apabila kita mempelajari dengan baik, Yesus Kristus menggunakan PL dalam mengajar di pelayanan-Nya (Mat.5:21-22; 22:39)? Para murid Yesus juga menggunakan PL dalam pelayanan (pemberitaan Injil)? Ternyata PL menjadi hal penting dalam membangun konsep dan pelaksanaan PAK. Pada topik ini, saya tidak menggunakan kata “PAK dalam Perjanjian Lama”, tetapi saya lebih menggunakan kata “PL dalam PAK”. Ya, karena bukan PAK yang ada dalam Perjanjian Lama, tetapi Perjanjian Lama-lah yang ada dalam PAK. Dengan kata lain, hal yang hendak dimaksudkan adalah PL digunakan dalam membangun dan membentuk PAK. Tentunya hal ini dilandasi bahwa PAK lahir setelah PL, walaupun dalam perspektif lain diungkapkan bahwa kekristenan sudah ada dalam PL. Michelle Anthony mengomentari pentingnya dasar Alkitab dalam pendidikan anak karena Allah berkehendak menyediakan petunjuk tentang bagaimana memperhatikan serta memelihara anak. Baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru memberikan penjelasan mengenai perhatian terhadap kebutuhan fisik, emosi maupun kerohanian anak.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">LATAR BELAKANG PL: BANGSA, AGAMA DAN BUDAYA YAHUDI</span><br /><br />A. Bangsa Yahudi<br />Bangsa yang penuh misteri, kecil tapi kuat, sedikit tapi menyebar ke seluruh dunia, menyebar tapi kemurniannya terjaga, kadang tidak bertanah air dan tak punya raja, tapi selalu menonjol dan memberi pengaruh kuat kepada dunia. Dianiaya, tapi bertahan bahkan berkelimpahan. Bangsa yang memiliki identitas yang kuat.<br />B. Agama Yahudi<br />Penganut agama Yudaisme yang mementingkan ketaatan kepada Hukum Agama agar dijalankan dengan penuh ketekunan. Kemurnian pengajarannya dijaga dari generasi ke generasi berikutnya untuk memberi dasar yang teguh bagi setiap tingkah laku dan tindakan. Hukum agama sering diaplikasikan secara harafiah.<br />C. Budaya Yahudi<br />Yang paling mengesankan dalam budaya Yahudi adalah perhatiannya pada pendidikan. Pendidikan menjadi bagian yang paling utama dan terpenting dalam budaya Yahudi. Semua bidang budaya diarahkan untuk menjadi tempat dimana mereka mendidik generasi muda, yang kelak akan memberi pengaruh yang besar. Obyek utama dalam pendidikan mereka adalah mempelajari Hukum Taurat.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">PRINSIP PENDIDIKAN DALAM PERJANJIAN LAMA</span><br /><br />a. Prinsip-prinsip yang Dipegang oleh Bangsa Yahudi <br />1. Seluruh kebenaran adalah kebenaran Allah.<br />Kej. 1:1 -- Segala sesuatu telah dijadikan oleh Allah dengan tujuan supaya manusia mengenal Allah dan berhubungan dengan-Nya. Cara Allah menyatakan diri adalah dengan: <br />- Wahyu Umum: Supaya orang menyadari dan mengakui keberadaan Allah melalui alam, sejarah, hati nurani manusia.<br />- Wahyu Khusus: Supaya manusia menerima keselamatan dari Allah. Allah berinkarnasi menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus.<br />2. Menurut konsep Yahudi tidak ada perbedaan nilai antara duniawi dan rohani, semuanya ada dalam wilayah Tuhan. Itu sebabnya orang Yahudi percaya bahwa "seluruh hidup adalah suci". <br />3. Pendidikan berpusatkan pada Allah.<br />Fokus utama dalam pendidikan Yahudi adalah: Yehova (Hab. 2:10 -- kegagalan campur tangan Allah adalah kegagalan bangsa.) Bagi anak Yahudi tidak ada buku lain yang memiliki keharusan untuk dipelajari selain Alkitab (Taurat) untuk menjadi pegangan dan pelajaran tentang Allah dan karya-Nya <br />4. Pendidikan adalah kegiatan utama dan diintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari.<br />Dalam Kitab Talmud dikatakan kalau ingin menghancurkan bangsa Yahudi, kita harus membinasakan guru-gurunya. Bangsa Yahudi adalah bangsa pertama yang memiliki sistem pendidikan Nasional (Ula. 6:4-9) Pendidikan mereka tidak hanya secara teori, tetapi menjadi kegiatan sehari-hari dalam cara hidup dan keagamaannya. Contoh: Kitab Imamat yang mengajarkan semua tata cara hidup dan beragama.<br /><br />b. Tempat Pendidikan Anak Bangsa Yahudi<br />Pendidikan anak Yahudi bermula di rumah. Berpangkal dari peranan seorang ibu Yahudi. Tugas kewajiban ibu adalah untuk menjaga kelangsungan hidup rumah tangga yang juga terkait erat dengan tugas rohani mendidik anak-anaknya, khususnya ketika masih balita. Jauh- jauh hari sebelum anak berhubungan dengan dunia luar, anak terlebih dahulu mendapat pendidikan dari ibunya sehingga sesudah menginjak usia remaja/pemuda ia sudah mempunyai dasar yang benar. Contoh: Melalui cerita-cerita sejarah bangsa dan hari-hari peringatan/besar. <br /><br />PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT ULANGAN 6:4-9<br />Ulangan 6:4-9 menjadi pusat pengajaran pendidikan agama Kristen. Kitab-kitab lain yang membahas tentang pendidikan bersumber dari kitab Ulangan ini.<br />1. Ayat 4 ("Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa!")<br />Ayat ini disebut "Shema" atau pengakuan iman orang Yahudi (agama Yudaisme) yang artinya "Dengarlah". Yesus menyebut ayat ini sebagai hukum yang pertama -- prinsip iman dan ketaatan. Memberikan konsep Allah yang paling akurat, jelas dan pendek Tuhan adalah unik, lain dengan yang lain. Dia Allah yang hidup, yang benar dan yang sempurna. Tidak ada Allah yang lain, hanya satu Allah saja. Ayat 4 ini bersamaan dengan ayat 5 diucapkan sedikitnya dua kali sehari oleh orang Yahudi dewasa laki-laki. Ayat ini diucapkan bersamaan dengan Ula. 11:13-21 dan Bil. 15:37-41. <br />2. Ayat 5 ("Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.")<br />Kasih harus menjadi motif setiap hubungan manusia dengan Tuhan. Kasih disebutkan pertama karena disanalah terletak pikiran, emosi, dan kehendak manusia. Tugas yang Tuhan berikan untuk manusia lakukan adalah kasihilah Allah Tuhanmu. Musa mengajarkan Israel untuk takut, tapi kasih lebih dalam dari takut. <br />o Mengasihi Tuhan artinya memilih Dia untuk suatu hubungan intim dan dengan senang hati menaati perintah-perintah-Nya.<br />o Mengasihi dengan hati yang tulus, bukan hanya di mulut tapi juga dalam tindakan.<br />o Mengasihi dengan seluruh kekuatan, memiliki semuanya.<br />o Mengasihi dengan kasih yang terbaik, tidak ada yang melebihi kasih kita kepada Dia, sehingga kita takluk kepada Dia.<br />o Mengasihi dengan seluruh akal budi/pengertian, karena kita kenal Dia maka kita mengasihi dan mentaati perintah-Nya.<br />3. Ayat 6 ("Apa yang Kuperintahkan kepadamu hari ini haruslah engkau perhatikan.")<br />Perintah Tuhan bukanlah untuk didengar dengan telinga saja, tapi juga dengan hati yang taat. Sebelum bertindak pikirkanlah lebih dahulu perintah Tuhan, maka hidupmu akan selamat. <br />4. Ayat 7 ("Haruslah engkau mengajarkan berulang-ulang "kepada anakmu" membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau bangun.")<br />Mereka yang mengasihi Allah, mengasihi Firman-Nya dan melakukannya dengan meditasi, bertanggung jawab untuk merenungkannya dan menyimpannya dalam hati untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Orangtua mempunyai tugas untuk mengajarkan Firman-Nya kepada anak-anak dengan didikan dan harus dimulai sejak dini dan berulang-ulang. Ayat 7 ini dipakai sebagai fondasi kurikulum pendidikan Kristen.<br />5. Ayat 8-9 ("Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.")<br />Tulisan hukum-hukum belum menjadi milik umum, namun demikian, Allah menghendaki mereka melakukannya, supaya mereka terbiasa bergaul dengan hukum Allah. Orang Yahudi mengerti perintah ini dan melakukannya secara harafiah.<br />Mereka mengenal 3 tanda-tanda untuk mengingat hukum Allah:<br />a. Zizth: Dipakai/dipasang pada ujung jubah Iman (Bil. 15:37-41)<br />b. Mezna: Kotak kecil yang berisi Ul 6:4-9 diletakkan di sebelah kanan pintu<br />c. Tephillin: Dua kotak kecil berbentuk kubus masing-masing dari kertas perkamen yang ditulis dengan tangan secara khusus berisi 4 ayat yaitu, Keluaran 13:1-10, Keluaran 13:11-16, Ulangan 6:4-9, dan Ulangan 11:18-21. Satu diikatkan di tangan kiri dan satu di dahi.<br />Tanda-tanda ini dipakai pada saat sembahyang di luar hari Sabat. Tanda-tanda ini sangat indah sebagai peringatan akan kehadiran Allah di rumah dan akhirnya dipraktekkan untuk mengusir setan. Tanda-tanda simbolik ini dibuat supaya penekanan pemahaman ayat itu menjadi nyata sehingga pengajaran itu akan berlangsung terus- menerus.<br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">PENERAPAN PENDIDIKAN KRISTEN PERJANJIAN LAMA DALAM ERA MODERN </span><br /><br />Bagi orang Israel, pendidikan -- khususnya pendidikan rohani -- merupakan bagian integral dari perjanjian antara Allah dengan umat-Nya. Ulangan 6:4 memuat "Shema", yaitu doa yang diucapkan dua kali sehari, setiap pagi dan petang dalam ibadah di sinagoge. Ayat ini amat penting karena merupakan pengakuan iman yang sangat tegas akan Tuhan (Yahweh) sebagai satu-satunya Allah yang layak disembah: <br />"Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!" (Ulangan 6:4)<br />Pernyataan ini kemudian langsung dilanjutkan dengan perintah rangkap untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan mereka (ayat 5), menaruh perintah itu dalam hati (ayat 6), mengajarkannya kepada anak-anak mereka secara berulang-ulang (ayat 7), mengikatkannya sebagai tanda pada tangan dan dahi (ayat 8), dan menuliskannya di pintu rumah dan gerbang (ayat 9). <br />Orang Israel menafsirkan perintah-perintah tersebut secara harafiah dengan membuat "tali sembahyang" yang diikatkan di dahi atau lengan dan berisi empat naskah, salah satunya adalah Ulangan 6:4-9 di atas. Ketiga naskah lainnya diambil dari Keluaran 13:1-10, Keluaran 13:11-16, dan Ulangan 11:18-21. Di dalam keempat naskah tersebut, kewajiban untuk mengajarkan hukum dan pengetahuan tentang Allah kepada anak-anak mendapat penekanan yang besar. Hal ini menunjukkan besarnya hubungan antara pendidikan rohani dalam rumah tangga dengan ketaatan kepada Allah. <br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">PENERAPAN PENDIDIKAN PERJANJIAN LAMA UNTUK ERA MODERN</span><br /><br />Era modern mengubah cara pandang para pendidik Kristen dalam mendidik anak. Toleransi tinggi dan keleluasaan tidak terbatas cenderung menjadi gaya pendidikan saat ini. Sebenarnya justru dalam era modern sekarang, pendidik Kristen harus menerapkan beberapa prinsip dalam Perjanjian Lama yang lebih disiplin dalam hal pendidikan anak. <br />1. Tanggung jawab pendidikan Kristen pertama-tama dan terutama terletak pada orang tua, yaitu ayah dan ibu (Amsal 1:8). Banyak keluarga Kristen masa kini yang menyerahkan pendidikan rohani anak mereka sepenuhnya pada gereja atau sekolah minggu. Mereka beranggapan bahwa gereja atau sekolah minggu tentunya memiliki "staf profesional" yang lebih handal dalam menangani pendidikan rohani anak mereka. Namun, mereka lupa bahwa lama waktu perjumpaan antara anak mereka dengan pendeta, pastor, gembala, guru sekolah minggu, atau pembimbing rohani anak yang hanya beberapa jam dalam seminggu, yang tentunya terlalu singkat untuk mengajarkan betapa luas dan dalamnya pengetahuan tentang Allah. Satu hal lain yang terpenting adalah Allah sendiri telah meletakkan tugas untuk merawat, mengasuh, dan mendidik anak-anak ke dalam tangan orang tua. Merekalah yang harus mempersiapkan anak-anak mereka agar hidup berkenan kepada Allah. Gereja dan sekolah minggu hanya membantu dalam proses pendidikan tersebut. <br />2. Tujuan utama pendidikan Kristen adalah untuk mengajar anak-anak takut akan Tuhan, hidup menurut jalan-Nya, mengasihi-Nya, dan melayani-Nya dengan segenap hati dan jiwa mereka (Ulangan 10:12). Berlainan dengan pendidikan oleh dunia yang bertujuan untuk menciptakan generasi muda yang penuh ambisi untuk sukses, mandiri, dan percaya pada kekuatan diri sendiri, pendidikan Kristen mendidik anak-anak untuk memiliki sikap mementingkan Tuhan di atas segala-galanya, taat pada Tuhan, dan bergantung pada kekuatan Tuhan untuk terus berkarya. Nilai-nilai yang penting dalam pendidikan Kristen adalah kasih, ketaatan, kerendahan hati, dan kesediaan untuk ditegur. <br />3. Orang tua yang baik mendidik anaknya dengan teguran dan hajaran dalam kasih (Amsal 6:23). Ada teori pendidikan modern yang menyarankan agar orang tua jangan pernah menyakiti anak-anak mereka, baik secara fisik maupun secara verbal, atau melalui kata-kata karena hal tersebut dapat menimbulkan kebencian dan dendam pada orang tua dalam diri anak-anak. Teori ini menganjurkan orang tua untuk membangun anak-anaknya hanya melalui pujian dan dorongan. Hal ini bertentangan dengan kebenaran Alkitab yang mengatakan bahwa teguran dan hajaran juga dapat mendidik anak sama efektifnya dengan pujian dan dorongan, selama semuanya dilakukan dalam kasih. <br />4. Pendidikan Kristen harus dilakukan secara terus-menerus melalui kata-kata, sikap, dan perbuatan (Ulangan 6:7). Kata bahasa Ibrani yang dipakai dalam ayat ini adalah "shinnantam", yang berasal dari akar kata "shanan" yang berarti mengasah atau menajamkan, biasanya pedang atau anak panah. Kata ini dipakai sebagai simbol untuk menggambarkan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang seperti orang mengasah sesuatu dengan tujuan untuk menajamkannya. Orang tua tidak dapat hanya mengandalkan khotbah atau pelajaran Alkitab setiap hari Minggu untuk memberi "makanan rohani" bagi anak-anak mereka. Orang tua harus secara rutin dan dalam segala kesempatan menyampaikan kebenaran firman Tuhan kepada anak-anak mereka. Lebih jauh lagi, orang tua harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anak mereka, bukan hanya melalui perkataan, tapi juga perbuatan.<br />Tanggung jawab pendidikan Kristen memang bukan tugas yang mudah, baik bagi bangsa Israel pada zaman Perjanjian Lama maupun bagi kita pada zaman sekarang. Setiap zaman memiliki kesulitan dan pergumulan masing-masing, namun prinsip-prinsip dasar pendidikan Kristen yang Alkitabiah tetap bertahan di tengah berbagai teori pendidikan baru yang muncul. Jika orang Israel menafsirkan Keluaran 13:9 atau Ulangan 6:8 secara harafiah dengan mengikatkan tali sembahyang pada lengan dan dahi mereka, <br />"Hal itu bagimu harus menjadi tanda pada tanganmu dan menjadi peringatan di dahimu, supaya hukum TUHAN ada di bibirmu;" (Keluaran 13:9a) <br />maka saat ini kita yang sudah mengerti makna sesungguhnya dari perintah ini harus senantiasa merenungkannya dalam pemikiran kita, mengatakannya setiap hari, dan melakukannya dengan segenap kemampuan tangan kita. <br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">IMPLEMENTASI: PENDIDIKAN YANG MEMBERDAYAKAN DAN MEMBEBASKAN</span><br /><br />Pendidikan adalah pemberdayaan potensi yang dimiliki oleh pendidik dan orangtua untuk menemukan dan memberdayakan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Untuk itu, upaya-upaya yang perlu dilaksanakan adalah:<br />1. Pemulihan para pendidik (orangtua dan guru). Hal ini diperlukan karena orangtua atau guru yang melakukan kekerasan terhadap anak, kemungkinan besar ia pun mengalami kekerasan pada masa kanak-kanaknya.<br />2. Jangan mendisiplinkan didik pada saat sedang marah, sibuk, stress, tegang, atau bermasalah dengan hal-hal yang lain, karena dapat berakibat fatal bagi anak.<br />3. Orangtua dan guru harus menyadari bahwa mereka dipanggil oleh untuk melayani melalui perhatian, pengajaran dan keteladanan yang diberikan kepada anak. <br />4. Kerja sama dengan organisasi-organisasi non-gereja untuk membekali guru dan orangtua agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik.<br />5. Penginjilan dan pembimbingan rohani yang dilaksanakan oleh sekolah kepada murid dan guru.<br />6. Pelaksanaan peraturan.<br />a. Peraturan yang dimiliki oleh sekolah harus dijelaskan kepada orangtua dan siswa ketika siswa baru memasuki sekolah.<br />b. Disiplin dilaksanakan secara konsisten berdasarkan keteladanan dan peraturan yang jelas.<br />c. Sanksi diberikan sesuai dengan tingkat pelanggaran, tingkat perkembangan anak secara psikologis, daya tahan fisik anak, kesanggupan anak untuk menerimanya, dan tujuan dari pemberian sanksi.<br />d. Memperhatikan penampilan/cara berpakaian dan model pakaian yang digunaka sebagai seragam.<br />7. Proses belajar mengajar.<br />a. Menumbuhkan niat belajar anak dengan cara memotivasi dan memberikan semangat kepada anak.<br />b. Menjalin rasa simpati/empati dan saling pengertian untuk menumbuhkan kepedulian social, toleransi, dan saling menghargai antara guru dan murid serta antara murid dengan murid.<br />c. Menciptakan suasana riang, tanpa ada tekanan.<br />d. Memberikan motivasi untuk bangkit apabila anak mengalami kegagalan.<br />e. Mengembangkan rasa saling memiliki untuk membentuk kebersamaan, kesatuan, kesepakatan, dan dukungan belajar.<br />f. Menujukkan teladan yang baik.<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Sumber:</span><br /><br />a. Abd.Rahman Assegaf, Pendidikan Tanpa Kekerasan: Tipologi Kondisi, Kasus, dan Konsep, Yogyakarta: Tirta Wacana Yogya, 2004.<br />b. Daniel Agung Kurniawan Budilaksono, Penerapan Pendidikan Kristen Perjanjian Lama dalam Era Modern, http:// pepak.sabda.org/pustaka/050919/?kata=perjanjian+lama.<br />c. Michelle Anthony, Christian Education, 2001.<br />d. Peniel Maiaweng, Pendidikan Anti Kekerasan: Perspektif Teologis-Padeigogi, www.oase online.org.<br />e. Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen dari Plato sampai Ig. Loyola, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.<br />f. Yulia Oeniyati, Silabus PAK Anak, http://www.sabda.org/pepak/pustaka/050836/.Bobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-75467796444895779292009-04-04T12:27:00.001+07:002009-04-04T12:29:31.634+07:00Cinta Mengikut Teori PEACINTA itu tidak abadi! Nah, itulah kabar mutakhir tentang cinta. Kesimpulan yang amat “berani” itu dinyatakan dan ditemukan oleh seorang antropologi dari Amerika Syarikat, Helen Fischer, setelah melakukan penelitian selama bertahun-tahun. Tapi, mungkinkah cinta boleh di perkutak-katikkan semudah itu, bahkan sempat dibahas dari segi kimia dan sosial juga budaya, padahal bagi kebanyakkan orang, cinta identik dengan sebuah benda misteri? Cinta, meskipun boleh dirasakan, kononnya sangat tidak mudah untuk dimengerti. Ia boleh meluapkan kebahagiaan sekaligus kesengsaraan. Boleh menciptakan kebebasan, namun boleh juga membuat manusia bagaikan seorang tawanan.<br /><br /><br />Cinta jugalah yang menyemburkan segunung kreativiti bagi sebagian penyair ternama seperti Kahlil Gibran dalam menciptakan puisi, maupun komposer berkaliber Beet-hoven. Tapi, di sinilah membingungkannya, kadang cinta juga boleh membuat orang kehilangan semangat sekaligus mengalami kehancuran kreativiti. Jadi, kalau memang boleh diteliti secara ilmiah, cinta itu sebenarnya apa?<br /><br />Dalam hubungan antara jenis pasangan terutama yang sedang dilanda asmara, fenomena cinta sebenarnya tidak terlalu sulit untuk dirasakan. Nah, ketika mata bertemu pandang yang berlanjut pada persentuhan tangan, biasanya orang akan merasakan gejala yang sama:- darah mengalir lebih cepat, semburat merah muncul di pipi, peluh dingin membasahi telapak tangan, bahkan menghela napas pun jadi terasa berat. Dalam situasi seperti inilah hati bagaikan bergolak, disesaki oleh gelora cinta.<br /><br />Menurut Helen Fischer seorang “peneliti cinta” di Universiti Boston, Amerika Syarikat ini lagi, reaksi romantik seperti itu timbul kerana kerja sejumlah hormon yang ada dalam tubuh, khususnya hormon yang diproduksi otak. Gelora cinta manusia yang meluap-luap tidak jauh berbezanya dengan reaksi kimia. Malangnya, senyawa antara hormon ini sangat dekat. Dan, berdasarkan teori Four Years Itch yang diumumkannya, daya tahan gelora cinta itu hanya mencapai empat tahun saja. Setelah itu, hancur tampa kesan lagi. Sebagaimana yang terjadi pada sebuah reaksi kimia, wujudnya tidak akan pernah kembali seperti semula.<br /><br />Sesungguhnya pula, perasaan yang menghanyutkan dalam masa jatuh cinta tadi boleh dianalisis secara kimia. Jadi, prosesnya dimulakan pada saat mata saling bertemu. Tangan yang bersentuhan bagaikan dialiri arus eletrik. Fenomena ini sudah pasti kerana tindakbalas hormon tertentu yang ada di otak, mengalir ke seluruh saraf hingga ke pembuluh darah yang terkecil sekalipun. Inilah yang membuat wajah memerah, dan timbul perasaan “melayang”. Aliran darah yang demikian cepat membuat bernafas pun menjadi berat.<br /><br />Jika difikir-fikirkan, bagaimana hormon dalam otak bekerja, ketika seseorang sedang jatuh cinta? Boleh dijelaskan sebagai berikut. Ketika hubungan mata sedang berlangsung, tertanam suatu `kesan’. Inilah fasa pertama. Otak bekerja bagaikan komputer yang menyediakan sejumlah data, dan menserasikannya dengan sejumlah data yang pernah dirakam sebelumnya. Ia mencari apa yang membuat pesona itu muncul. Kalau sudah begini, bau yang ditimbulkan oleh lawan jenis pun boleh menjadi pemicu timbulnya rasa romantik.<br /><br />Fasa kedua, iaitu munculnya hormon phenylethylamine (PEA) yang diproduksi otak. Inilah sebabnya ketika terkesan oleh seseorang, secara automatik senyum pun dilontarkan. Spontan, kilang PEA pun aktif bekerja ketika “wisel” mula dibunyikan. Hormon dopamine dan norepinephrine yang juga terdapat dalam saraf manusia, turut mendampingi. Hormon-hormon inilah yang menjadi pemicu timbulya gelora cinta. Setelah dua tiga tahun, efektiviti hormon-hormon ini mula berkurang.<br /><br />Fasa ketiga yaitu ketika gelora cinta sudah reda. Yang tersisa hanyalah kasih sayang. Hormon endorphins , senyawa kimia yang identik dengan morfin, mengalir ke otak. Sebagaimana efek yang ditimbulkan dadah dan sebagainya, saat inilah tubuh merasa nyaman, damai, dan tenang.<br /><br />Ada hormon lain yang akhir-akhir ini dihubungkan dengan cinta. Diproduksi oleh otak, hormon ini membuat saraf menjadi sensitif. Saat itulah tubuh akan didorong untuk merasakan sensasi cinta. Hormon ini pulalah yang diduga boleh mendorong terjadinya proses orgasme ketika bercinta atau melakukan hubungan seksual.<br /><br />Teori tentang cinta pernah popular sekitar 9 hingga 10 tahun yang lalu. Lebih tepat sekali, ketika pendekatan ilmu faal yang membedah tubuh manusia menjadi popular. Selanjutnya, teori ini kian berkembang dan mula dihubung-hubungkan dengan bidang ilmu lainnya. Kemudianya, ada juga teori cinta dengan pendekatan bioneurologi yang melihat, membandingkan, dan mengamati struktur otak orang gila misalnya, atau psikologi dan fisiologi yang mempelajari kaitan antara perilaku manusia dan pengaruh hormon pada tubuhnya. Cinta sebenarya sama dengan emosi. Kalau emosi seringkali ditentukan oleh sejumlah hormon (terutama dalam siklus menstruasi), maka hal yang sama juga berlaku dalam proses jatuh cinta. Terutama ketika terjadi cinta pada pandang pertama, ada getaran dalam tubuh. Tapi, apakah ya, gelora cinta semata-mata ditentukan oleh hormon dalam tubuh?<br /><br />Diane Lie seorang psikologi sekaligus peneliti rambang pada sebuah Universiti di Beijing membentangkan teorinya, meskipun urusan cinta boleh dijelaskan secara kimia, namun kecamuk cinta tidak semata-mata hanya ditentukan oleh aktiviti hormon, dan manusia tidak berdaya mengatasinya. Juga tidak selalu bererti bila kadar hormon berkurang, bererti getarannya pun berkurang.<br /><br />Memang, pemacu semburan cinta (PEA) tadi, memiliki pengaruh kerja yang tidak tahan lama. Hormon yang secara ilmiah memiliki kesamaan dengan amfetamin ini, hanya efektif bekerja selama 2-3 tahun saja. Lama kelamaan, tubuh pun bagaikan imun, `kebal’ terhadap si pemicu gelora.<br /><br />Akan tetapi, sekali lagi, masih menurut Diane, proses jatuh cinta itu tidak semata-mata hanya dipengaruhi hormon dengan reaksi kimianya. Apalagi dalam proses orang bercinta hingga menikah, banyak faktor sosial lainnya yang menentukan. Contohnya proses jatuh cinta yang dalam bahasa jawa dipanggil versi Tresno Jalaran Soko Kulino” yang bermaksud datangnya cinta<br />kerana pertemuan yang berulang-ulang “. Demikian pula ketika kita marah dan ingin memaki orang lain, hormon memang punya pengaruh khusus, namun tetap ada faktor lain yang ikut menentukanya.<br /><br />Manusia merupakan makhluk yang paling kompleks. Jika proses reaksi kimia terjadi pada haiwan, barulah teori rendahnya daya tahan PEA ini boleh dipercayai. Jadi, teori Helen Fiscer yang disebut Four Years Itch juga boleh dipatahkan.<br /><br />Pendeknya, teori PEA dilandaskan pada pendekatan ilmu eksakta, sedangkan teori Four Years Itch oleh Fischer yang lingkaran penelitiannya mencakup 62 jenis kultur ini, lebih menggunakan pendekatan sosial.<br /><br />Fischer, yang juga penulis buku ” Anatomy of Love “, menemukan betapa kes perceraian mencapai puncaknya ketika usia perkawinan mencapai usia empat tahun. Kalaupun masa empat tahun itu telah dilalui, katanya, kemungkinan itu berkat hadirnya anak kedua. Kondisi ini membuat perkawinan mereka boleh bertahan hingga empat tahun lebih.<br /><br />Jadi, kalau kita main kira-kira, rasanya boleh dikatakan seru juga. Misalnya, masa bercinta telah dilalui tiga tahun, bererti kesempatan untuk boleh mempertahankan gelora cinta hanya ada di tahun pertama perkawinan. Lalu apa yang terjadi ketika masa perkawinan menjejak tahun kedua, ketiga dan seterusnya? Cuma ada sisa-sisa, atau bahkan punah ranah sama sekali? Lalu bagaimana dengan mereka yang mengalami masa bercinta lebih dari enam tahun?<br />Menurut pandangan Diane, dalam hubungan suami istri atau bercinta, selain cinta, ada hubungan lain yang sifatnya friendship, (persahabatan). Kalau setelah beberapa waktu cinta itu menipis - mungkin kerana tersisihkan hal-hal lain, misalnya kerana rutin yang dilakukan adalah hal-hal yang sama juga setiap hari, lalu segalanya jadi terasa membosankan.<br /><br /><br />Sumber: http://chiungwanara.co.cc/?p=12Bobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-54067762268641282132009-01-15T20:51:00.002+07:002009-01-15T20:54:38.792+07:00Etos PostmodernPostmodernisme lahir di St. Louis, Missouri, 15 Juli 1972, pukul 3:32 sore. Ketika pertama kali didirikan, proyek rumah Pruitt-Igoe di St. Louis di anggap sebagai lambang arsitektur modern. Yang lebih penting, ia berdiri sebagai gambaran modernisme, yang menggunakan teknologi untuk menciptakan masyarakat utopia demi kesejahteraan manusia. Tetapi para penghuninya menghancurkan bangunan itu dengan sengaja. Pemerintah mencurahkan banyak dana untuk merenovasi bangunan tsb. Akhirnya, setelah menghabiskan jutaan dollar, pemerintah menyerah. Pada sore hari di bulan Juli 1972, bangunan itu diledakkan dengan dinamit. Menurut Charles Jencks, yang dianggap sebagai arsitek postmodern yang paling berpengaruh, peristiwa peledakan ini menandai kematian modernisme dan menandakan kelahiran postmodernisme. <br /><br />Masyarakat kita berada dalam pergolakan dan pergeseran kebudayaan. Seperti proyek bangunan Pruitt-Igoe, pemikiran dan kebudayaan modernisme sedang hancur berkeping-keping. Ketika modernisme mati di sekeliling kita, kita sedang memasuki sebuah era baru - postmodern. <br /><br />Fenomena postmodern mencakup banyak dimensi dari masyarakat kontemporer. Pada intinya, Postmodern adalah suasana intelektual atau "isme"- postmodernisme. <br /><br />Para ahli saling berdebat untuk mencari aspek-aspek apa saja yang termasuk dalam postmodernism. Tetapi mereka telah mencapai kesepakatan pada satu butir: fenomena ini menandai berakhirnya sebuah cara pandang universal. Etos postmodern menolak penjelasan yang harmonis, universal, dan konsisten. Mereka menggantikan semua ini dengan sikap hormat kepada perbedaan dan penghargaan kepada yang khusus (partikular dan lokal) serta membuang yang universal. Postmodernisme menolak penekanan kepada penemuan ilmiah melalui metode sains, yang merupakan fondasi intelektual dari modernisme untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Pada dasarnya, postmodernisme adalah anti-modern. <br /><br />Tetapi kata "postmodern" mencakup lebih dari sekedar suasana intelektual. Penolakan postmodernisme terhadap rasionalitas terwujud dalam banyak dimensi dari masyarakat kini. Tahun-tahun belakangan ini, pola pikir postmodern terwujud dalam banyak aspek kebudayaan, termasuk arsitektur, seni, dan drama. Postmodernisme telah merasuk ke dalam seluruh masyarakat. Kita dapat mencium pergeseran dari modern kepada postmodern dalam budaya pop, mulai dari video musik sampai kepada serial Star Trek. Tidak terkecuali, hal-hal seperti spiritualitas dan cara berpakaian juga terpengaruh. <br /><br />Postmoderisme menunjuk kepada suasana intelektual dan sederetan wujud kebudayaan yang meragukan ide-ide, prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dianut oleh modernisme. Postmodernitas menunjuk kepada era yang sedang muncul, era di mana kita hidup, zaman di mana postmodernisme mencetak masyarakat kita. Postmodernitas adalah era di mana ide-ide, sikap-sikap, dan nilai-nilai postmodern bertahta - ketika postmodernisme membentuk kebudayaan. Inilah era masyarakat postmodern. Tujuan kita dalam bab ini adalah melihat dari dekat fenomena postmodern dan memahami sedikit tentang etos postmodernisme. Apakah tanda-tanda ekspresi budaya dan dimensi hidup sehari-hari dari "generasi mendatang ini?" Apakah buktinya bahwa pola pikir baru sedang menyerbu kehidupan masyarakat sekarang ini? <br /><br /><span style="font-weight:bold;">FENOMENA POSTMODERN<br /></span><br />Postmodernisme menunjuk kepada suasana intelektual dan ekspresi kebudayaan yang sedang mendominasi masyarakat kini. Sekonyong-konyong kita sedang berpindah kepada sebuah era budaya baru, postmodernisme, tetapi kita harus memperinci apa saja yang tercakup dalam fenomena postmodern.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">KESADARAN POSTMODERN</span><br /><br />Bukti-bukti awal dari etos postmodernisme senantiasa negatif. Etos tersebut merupakan penolakan terhadap pola pikir Pencerahan yang melahirkan modernisme. Kita dapat melacak etos postmodern di mana-mana dalam masyarakat kita. Yang terpenting, postmodernisme telah merasuk jiwa dan kesadaran generasi sekarang ini. Ini merupakan perceraian radikal dengan pola pikir masa lalu. <br /><br />Kesadaran postmodern telah melenyapkan optimisme "kemajuan" (progress) dari Pencerahan. Postmodern tidak mau mengambil sikap optimisme dari masa lalu. Mereka menumbuhkan sikap pesimisme. Untuk pertama kalinya, anak-anak pada masa kini berbeda keyakinan dengan orang tuanya. Mereka tidak percaya bahwa dunia akan menjadi lebih baik. Dari lubang yang besar di lapisan Ozon sampai kepada kekerasan antar remaja, mereka menyaksikan permasalahan semakin besar. Mereka tidak lagi percaya kalau manusia dapat menyelesaikan masalahnya dan kehidupan mereka akan lebih baik daripada orangtua mereka. <br /><br />Generasi postmodern yakin bahwa hidup di muka bumi bersifat rawan. Mereka melihat bahwa model "manusia menguasai alam" dari Francis Bacon harus segera digantikan dengan sikap kooperatif dengan alam. Masa depan umat manusia sedang di persimpangan jalan. <br /><br />Selain sikap pesimis, orang-orang postmodern mempunyai konsep kebenaran yang berbeda dengan generasi sebelumnya. <br /><br />Pemahaman modern menghubungkan kebenaran dengan rasio sehingga rasio dan logika menjadi tolok ukur kebenaran. Kaum postmodern meragukan konsep kebenaran universal yang dibuktikan melalui usaha-usaha rasio. Mereka tidak mau menjadi rasio sebagai tolok ukur kebenaran. Postmodern mencari sesuatu yang lebih tinggi daripada rasio. Mereka menemukan cara-cara nonrasial untuk mencari pengetahuan, yaitu: melalui emosi dan intuisi. <br /><br />Keinginan mencari model kooperatif dan penghargaan kepada cara nonrasional menciptakan sebuah dimensi holistik bagi kaum postmodern. Postmodern dengan holismenya menolak cita-cita Pencerahan, individu yang tidak berperasaan, otonom, dan rasional. Orang-orang postmodern tidak berusaha menjadi individu-individu yang mengatur dirinya secara penuh, tetapi menjadi pribadi-pribadi "seutuhnya". <br /><br />Postmodern dengan holisme-nya mencakup integrasi seluruh dimensi dari kehidupan pribadi - perasaan, intuisi, dan kognitif. Keutuhan juga mencakup kesadaran akan lingkungan dari mana kita berasal. Tentu saja area ini mencakup "alam" (ekosistem). Tetapi ia juga komunitas. Konsep "keutuhan" postmodernisme mencakup aspek-aspek agama dan kerohanian. Postmodernisme menegaskan bahwa keberadaan diri dapat dikenal dalam lingkup ketuhanan. <br /><br />Karena setiap orang selalu termasuk dalam konteks komunitas tertentu, maka memahami kebenaran haruslah bersama-sama. Keyakinan dan pemahaman kita akan kebenaran, berakar kepada komunitas dimana kita berada. Mereka menolak konsep Pencerahan yang universal, supra-kultur, dan permanen. Mereka lebih suka melihat kebenaran sebagai ekspresi dari komunitas tertentu. Mereka yakin bahwa kebenaran adalah aturan-aturan dasar yang bertujuan bagi kesejahteraan diri dan komunitas bersama- sama. <br /><br />Dalam pengertian ini, kebenaran postmodern berhubungan dengan komunitas. Karena ada banyak komunitas, pasti ada kebenaran yang berbeda-beda. Banyak kaum postmodern percaya bahwa keanekaragaman kebenaran ini dapat hidup berdampingan bersama-sama. Kesadaran postmodern menganut sikap relativisme dan pluralisme. <br /><br />Tentu saja, relativisme dan pluralisme bukanlah barang baru. Tetapi jenis pluralisme dan relativisme dari postmodern ini berbeda. Relatif pluralisme dari modernisme bersifat individualistik: pilihan dan cita rasa pribadi diagung-agungkan. Mottonya adalah "setiap orang berhak mengeluarkan pendapat." <br /><br />Sebaliknya postmodernisme menekankan kelompok. Kaum postmodern hidup dalam kelompok-kelompok sosial yang memadai, dengan bahasa, keyakinan, dan nilai-nilainya tersendiri. Akibatnya pluralisme dan relativisme postmodern menyempitkan lingkup kebenaran menjadi "lokal". Suatu kepercayaan dianggap benar hanya dalam konteks komunitas yang meyakininya. <br /><br />Karena itu ketika kaum postmodern memikirkan tentang kebenaran. Mereka tidak terlalu mementingkan pemikiran yang sistematis atau logis. Apa yang dahulu dianggap tidak cocok, kaum postmodern dengan tenang mengawinkannya. Mereka mengkombinasikan sistem-sistem kepercayaan yang dulu dianggap saling berbenturan, Misalnya, seorang Kristen postmodern percaya kepada doktrin-doktrin gereja sekaligus juga percaya kepada ajaran non-Kristen seperti reinkarnasi. <br /><br />Orang-orang postmodern tidak merasa perlu membuktikan diri mereka benar dan orang lain salah. Bagi mereka, masalah keyakinan/kepercayaan adalah masalah konteks sosial. Mereka menyimpulkan,"Apa yang benar untuk kami, mungkin saja salah bagi Anda," dan "Apa yang salah bagi kami, mungkin saja benar atau cocok dalam konteks anda." <br /><br /><span style="font-weight:bold;">KELAHIRAN POSTMODERNITAS </span><br /><br />Sebenarnya postmodernisme telah mengalami masa-masa inkubasi yang cukup lama. Meskipun para ahli saling berdebat mengenai siapakah yang pertama kali menggunakan istilah tersebut, terdapat kesepakatan bahwa istilah tersebut muncul pada suatu waktu pada tahun 1930-an. <br /><br />Salah satu pemikir postmodernisme, Charles Jencks, menegaskan bahwa lahirnya konsep postmodernisme adalah dari tulisan seorang Spanyol Frederico de Onis. Dalam tulisannya "Antologia de la poesia espanola e hispanoamericana" (1934), de Onis memperkenalkan istilah tersebut untuk menggambarkan reaksi dalam lingkup modernisme. <br /><br />Yang lebih sering dianggap sebagai pencetus istilah tersebut adalah Arnold Toynbee, dengan bukunya yang terkenal berjudul "Study of History". Toynbee yakin benar bahwa sebuah era sejarah baru telah dimulai, meskipun ia sendiri berubah pikirannya mengenai awal munculnya, entah pada saat Perang Dunia I berlangsung atau semenjak tahun 1870-an. <br /><br />Menurut analisa Toynbee, era postmodern ditandai dengan berakhirnya dominasi Barat dan semakin merosotnya individualisme, kapitalisme, dan Kekristenan. Ia mengatakan bahwa transisi ini terjadi ketika peradaban Barat bergeser ke arah irasionalitas dan relativisme. Ketika hal ini terjadi, kekuasaan berpindah dari kebudayaan Barat ke kebudayaan non- Barat dan muncullah kebudayaan dunia pluralis yang baru. <br /><br />Meskipun istilah ini muncul pada tahun 1930-an, postmodernisme sebagai sebuah fenomena kultural belum menjadi sebuah momentum sampai 40 tahun setelahnya. Ia muncul pertama-tama dalam lingkup kecil masyarakat. Selama tahun 1960-an, suasana yang menandai postmodernisme sangat menarik bagi para seniman, arsitek, dan pemikir yang sedang mencari alternatif untuk melawan dominasi kebudayaan modern. Bahkan beberapa teolog ikut tertarik dengan trend tersebut, antara lain William Hamilton dan Thomas J.J. Altizer yang "mengundang arwah" Nietzsche untuk memberitakan matinya Allah. Perkembangan yang beraneka ragam ini membuat "pengamat kebudayaan" Leslie Fiedler pada tahun 1965 menambahkan istilah "post" kepada kata modern sehingga menjadi postmodernisme yang menjadi simbol kontra-kultural pada zaman itu. <br /><br />Selama tahun 1970-an tantangan postmodern menembus kepada arus budaya utama. Pada pertengahan tahun tersebut, muncullah seorang pembela postmodern yang paling konsisten mempropagandakan ide postmodern, yakni: Ihab Hassan. Ia menghubungkan postmodernisme dengan eksperimentalisme dalam bidang seni dan ultra teknologi dalam bidang arsitektur. <br /><br />Tetapi etos postmodern secara tepat menjalar terus ke bidang-bidang lain. Profesor-profesor di universitas dalam berbagai fakultas mulai berbicara mengenai postmodernisme. Bahkan beberapa di antara mereka tenggelam dalam konsep-konsep postmodern. <br /><br />Akhirnya penerimaan etos baru begitu menjalar terus ke mana-mana sehingga istilah "postmodern" menjadi label yang digunakan bagi berbagai fenomena sosial dan budaya. Gelombang postmodern menyeret berbagai aspek kebudayaan dan beberapa disiplin ilmu, khususnya sastra, arstektur, film, dan filsafat. <br /><br />Pada tahun 1980-an, pergeseran dari lingkup kecil kepada lingkup besar terjadi. Secara bertahap, suasana postmodern menyerang budaya pop bahkan juga hidup sehari-hari masyarakat. Konsep-konsep postmodern bahkan bukan hanya diterima tetapi populer: sangat menyenangkan menjadi seorang postmodern. Akibatnya, para kritikus kebudayaan dapat berbicara mengenai "nikmatnya menjadi seorang postmodern." Ketika postmodernisme diterima sebagai bagian dari kebudayaan, lahirlah postmodernitas. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">PENCETUS POSTMODERNITAS </span><br /><br />Antara tahun 1960 dan 1990, postmodernisme muncul sebagai sebuah fenomena kebudayaan. Mengapa? Bagaimana kita menjelaskan munculnya etos ini dalam masyarakat kita? Banyak pengamat menghubungkan transisi ini dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat pada paruh kedua dari abad ke-20. Faktor pencetus terbesar adalah lahirnya era informasi. Penyebaran postmodernisme sejajar dan bergantung kepada transisi ke era informasi. <br /><br />Banyak sejarahwan menyebut era modern sebagai "era" industrialisasi, karena era ini didominasi oleh produksi barang-barang. Karena fokusnya pada produksi material-material, modernisme menghasilkan masyarakat industri. Simbolnya adalah pabrik. Sebaliknya era postmodern mengarahkan fokus kepada informasi. Kita sedang menyaksikan sebuah transisi dari masyarakat industri ke masyarakat informasi. Simbolnya adalah komputer. <br /><br />Statistik kerja membuktikan bahwa kita sedang mengalami perubahan dari masyarakat industri kepada masyarakat informasi. Pada era modern, mayoritas lapangan pekerjaan terbuka dalam bidang produksi barang. Pada tahun 1970-an, hanya 13% dari buruh-buruh di Amerika bekerja dalam produksi barang; 60% bekerja dalam bidang informasi. Pelatihan untuk karir yang berkaitan dengan informasi - baik prosesor data maupun konsultan - menjadi sangat penting. <br /><br />Masyarakat informasi menghasilkan sekelompok orang baru. Ploretariat telah menyerahkan tempatnya kepada "cognitariat." Dan untuk bisnis, munculnya masyarakat postmodern berarti perubahan dari model "sentralisasi" kepada model "network." Struktur hirarki dalam pengambilan keputusan diganti dengan keputusan bersama. <br /><br />Era informasi bukan hanya mengubah pekerjaan kita tetapi juga menghubungkan seluruh belahan dunia. Masyarakat informasi berfungsi berdasarkan jaringan komunikasi yang meliputi seluruh muka bumi. Efisiensi sistem tersebut sangat mengejutkan. Pada masa lalu, informasi tidak secepat perjalanan manusia. Tetapi sekarang informasi dapat mengalir ke seluruh dunia secepat cahaya. Yang lebih mengagumkan lagi adalah kemampuan era postmodern untuk mendapatkan informasi dari mana saja secara cepat. <br /><br />Karena sistem komunikasi global yang begitu canggih, kita dapat mengetahui peristiwa apa saja di mana saja di dunia ini. Kita sedang menghuni sebuah desa global. <br /><br />Munculnya desa global menghasilkan dampak yang kontradiktif. Budaya massal dan ekonomi global yang dihasilkan era informasi berusaha menyatukan dunia menjadi "McWorld." Ketika planet ini menyatu pada satu sisi, saat yang sama ia hancur berantakan pada sisi lainnya. Munculnya postmodernisme menghasilkan kesadaran global dan menipiskan nasionalisme. <br /><br />Nasionalisme semakin suram dengan munculnya gerakan menuju "retribalisasi," menuju loyalitas kepada lingkungan lokal seseorang. Ini bukan hanya terjadi di Afrika tetapi juga di Kanada. Kanada berkali-kali terancam oleh disintegrasi antara kelompok berbahasa Perancis di propinsi Quebec dan propinsi-propinsi di sebelah barat. Orang-orang sedang mengikuti motto: "Berpikirlah secara global, bertindaklah secara lokal." <br /><br />Munculnya masyarakat informasi memberikan dasar berpijak bagi etos postmodern. Hidup di desa global menyadarkan penduduknya mengenai keanekaragaman budaya di bumi ini. Kesadaran ini memaksa kita mengadopsi pola pikir pluralisme. Pola pikir ini bukan hanya bersikap toleran kepada kelompok lain, tetapi ia menegaskan dan merayakan keanekaragaman. Perayaan keanekaragaman budaya menuntut gaya baru - eklektisisme - gaya postmodernitas. <br /><br />Masyarakat informasi telah menyaksikan perubahan besar dari poduksi massal kepada produksi segmen. Produksi barang-barang yang sama telah berubah menjadi produksi barang-barang yang beraneka ragam. Kita berada pada "budaya citarasa" yang menawarkan berbagai macam gaya yang tidak ada habisnya. Dulu siswa-siswi SMP dan SMU hanya memiliki tren suka-olahraga dan malas-belajar, sekarang mereka dapat mengadopsi tren apa saja sesuai cita-rasa dan gaya yang mereka sukai. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">ALAM POSTMODERNISME TANPA TITIK PUSAT </span><br /><br />Ciri khas postmodernisme adalah tidak adanya titik pusat yang mengontrol segala sesuatu. Meskipun postmodern dalam masyarakat bermacam-macam bentuknya, mereka sama-sama sepakat bahwa tidak ada fokus atau titik pusat. Tidak ada lagi standar umum yang dapat dipakai mengukur, menilai atau mengevaluasi konsep-konsep dan gaya hidup tertentu. Lenyaplah sudah usaha mencari sumber otoritas pusat. Lenyaplah sudah usaha untuk mencari kekuasaan yang absah dan berlaku untuk semua. <br /><br />Titik pusat sudah bergeser, masyarakat kita seperti kumpulan barang- barang yang beraneka ragam. Unit-unit sosial yang lebih kecil hanya disatukan secara geografis. <br /><br />Filsuf postmodern, Michel Foucault, menawarkan sebuah usulan nama bagi dunia tanpa titik pusat, yaitu "heterotopia." istilah Foucault menggarisbawahi perubahan besar yang sedang kita alami. Keyakinan Pencerahan akan suatu kemajuan ayng terus-menerus melahirkan visi modernisme. Arsitek modernisme berusaha membangun sebuah bangunan masyarakat yang sempurna. Kasih, keadilan, dan perdamaian akan memerintah masyarakat tersebut. kaum postmodern membuang jauh-jauh impian kosong tersebut. Mereka hanya menawarkan keanekaragaman yang tak terhitung banyaknya, "multiverse" telah menggantikan model "universe" dari modernisme. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">POSTMODERNISME SEBAGAI SEBUAH FENOMENA KULTURAL</span><br /><br />"Lenyapnya titik pusat" yang dipopulerkan oleh etos postmodern merupakan ciri utama situasi masa kini. Ini nampak jelas dalam kehidupan kultur masyarakat kita. Seni telah mengalami perubahan bersamaan dengan perubahan modern menjadi postmodern. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">POSTMODERN MERAYAKAN KEANEKARAGAMAN </span><br /><br />Ciri utama budaya postmodern adalah pluralisme. Untuk merayakan pluralisme ini, para seniman postmodern mencampurkan berbagai komponen yang saling bertentangan menjadi sebuah karya seni. Teknik seni yang demikian bukan hanya merayakan pluralisme, tetapi merupakan reaksi penolakan terhadap dominasi rasio melalui cara yang ironis. Buah karya postmodernisme selalu ambigu (mengandung dua makna). Kalaupun para seniman ini menggunakan sedikit gaya modern, tujuannya adalah menolak atau mencemooh sisi-sisi tertentu dari modernisme. <br /><br />Post-modernisme adalah campuran antara macam-macam tradisi dan masa lalu. Post-Modernisme adalah kelanjutan dari modernisme, sekaligus melampaui modernisme. Ciri khas karya-karyanya adalah makna ganda,ironi, banyaknya pilihan, konflik, dan terpecahnya berbagai tradisi, karena heterogenitas sangat memadai bagi pluralisme. Charles Jencks, What is Post-Modernisme? 3d ed. (New York: St Martin's Press, 1989), hal. 7 <br /><br /><br /><br />Salah satu tehnik campuran yang sering digunakan adalah "collage". "Collage" menawarkan suatu cara alamiah untuk mencampurkan bahan-bahan yang saling bertentangan. "Collage" menjadi wahana kritik postmodern terhadap mitos pengarang/seniman tunggal. Teknik lainnya adalah "bricolage", yaitu: penyusunan kembali berbagai objek untuk menyampaikan pesan ironis bagi situasi masa kini. <br /><br />Seniman postmodern menggunakan berbagai gaya yang mencerminkan suatu eklektisisme yang diambil dari berbagai era dalam sejarah. Seniman umumnya menganggap cara demikian harus ditolak karena menghancurkan keutuhan gaya-gaya historis. Para kritikus tersebut menyalahkan gaya postmodern karena tidak ada ke dalaman atau keluasan, melanggar batas sejarah hanya demi memberikan kesan untuk masa kini. Gaya dan historis dibuat saling tumpang tindih. Mereka mendapatkan postmodernisme sangat kurang dalam orisinalitas dan tidak ada gaya sama sekali. <br /><br />Namun ada prinsip lebih mendalam yang ditampilkan melalui ekspresi budaya postmodernisme. Maksud dan tujuan karya-karya postmodernisme bukanlah asal-asalan saja. Sebaliknya postmodern berusaha menyingkirkan konsep mengenai "seorang pengarang/pelukis asli yang merupakan pencetus suatu karya seni". Mereka berusaha menghancurkan ideologi "gaya tunggal" dari modernisme dan menggantikannya dengan budaya "banyak gaya". Untuk mencapai maksud tersebut, para seniman ini memperhadapkan para peminatnya dengan beraneka ragam gaya yang saling bertentangan dan tidak harmonis. Teknik ini - yang mencabut gaya dari akar sejarahnya - dianggap sebagai sesuatu yang aneh dan berusaha meruntuhkan sejarah. <br /><br />Seniman-seniman postmodern sangat berpengaruh bagi budaya Barat masa kini. Pencampuran gaya, dengan penekanan kepada keanekaragaman, dan penolakan kepada rasionalitas menjadi ciri khas masyarakat kita. Ini semakin terbukti dalam banyak ekspresi kebudayaan lainnya. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">ARSITEKTUR POSTMODERN </span><br /><br />Modernisme mendominasi arsitektur (juga bidang lainnya) sampai pada tahun 1970-an. Para arsitek modern mengembangkan gaya yang terkenal dengan International style (gaya internasional). Arsitektur modern mempunyai keyakinan kepada rasio manusia dan pengharapan untuk menciptakan manusia idaman. <br /><br />Berdasarkan prinsip tersebut, arsitek-arsitek modern mendirikan bangunan sesuai dengan prinsip kesatuan (unity). Frank Llyod Wright menjadi contoh bagi arsitek lainnya. Ia mengatakan bangunan-bangunan modern harus merupakan sebuah kesatuan organis. Bangunan harus merupakan "kesatuan yang agung" (one great thing) dan bukan kumpulan "bahan yang tidak agung" (little things). Sebuah bangunan harus mengekspresikan makna tunggal. <br /><br />Karena memegang prinsip kesatuan, arsitektur modern mempunyai ciri khas "univalence." Bangunan-bangunan modern menunjukkan bentuk yang sederhana dan ini nyata dari pola glass-and-steel boxes. Arsitektur mencari bentuk sederhana yang dapat menyampaikan sebuah makna tunggal. Cara yang digunakan adalah "repetisi"(pengulangan). Karena mereka juga hendak sempurna dalam geometri, bangunan-bangunannya menyerupai model "dunia lain." <br /><br />Arsitektur modern berkembang dan menjadi arus yang dominan. Ia memajukan program industrialisasi dan menyingkirkan aneka ragam corak lokal. Akibatnya ekspansi arsitektur modern sering menghancurkan struktur bangunan tradisional. Ia hampir meratakan semua bangunan tradisional dengan bulldozer. Bulldozer adalah alat yang merupakan cetusan jiwa modern untuk "maju"(progress). <br /><br />Beberapa arsitek modern belum puas jika perubahan hanya dalam bidang arsitektur. Mereka ingin agar perubahan dalam bidang arsitek, terjadi juga dalam bidang-bidang seni, ilmu pengetahuan, dan industri.<br /><br />Mari bersama-sama kita bayangkan, pikirkan, dan ciptakan sebuah struktur masa depan baru yang meliputi bidang arsitektur, seni pahat, seni lukis, sebagai sebuah kesatuan. Suatu hari semua ini akan menjulang sampai ke langit melalui tangan berjuta-juta seniman. Ini menjadi keyakinan baru seperti sebuah kristal. <br /><br />Walter Gropius," Programme of the staatloches Bauhaus in Weimar" (1919), dalam Programmes and Manifestos on Twentieth-Century Architecture,ed. Ulrich Conrads, terj. Michael Bullock (London: Lund Humphries, 1970), Hal. 25. <br /><br />Arsitektur postmodern muncul sebagai reaksi terhadap arsitektur modern. Postmodern merayakan sebuah konsep "Multivalence" (melawan "univalence" dari modernisme). Arsitektur postmodern menolak tuntutan modern di mana sebuah bangunan harus mencerminkan kesatuan. Justru sebaliknya buah karya postmodern berusaha menunjukkan dan memperlihatkan gaya, bentuk, corak, yang saling bertentangan. <br /><br />Penolakan terhadap arsitektur modern nampak jelas dalam beberapa contoh. Misalnya, arsiterktur postmodern sengaja memberikan ornamen (hiasan). Ini merupakan lawan dari arsitektur modern yang membuang segala hiasan-hiasan yang tidak perlu. Contoh lain, arsitektur postmodern menggunakan beberapa teknik dan gaya seni tradisional, sedangkan arsitektur modern membuang segala gaya dan teknik seni tradisional. <br /><br />Penolakan oleh postmodern terhadap modern di dasarkan kepada sebuah prinsip. Prinsip arsitektur postmodern adalah semua arsitektur bersifat simbolik. Semua bangunan, termasuk banguan modern, sebenarnya sedang berbahasa dengan bahasa tertentu. Karena terlalu memikirkan fungsi banyak arsitek modern menyingkirkan dimensi tersebut. Justru karena terlalu berfokus kepada fungsi (utility), karya seni modern hanya, merupakan sebuah teknik membangun tanpa nuansa artistik. Dimensi artistik telah lenyap dari karya seni modern. Padahal sebuah struktur bangunan memerlukan dimensi artistik agar dapat menyampaikan suatu kisah atau melambangkan suatu dunia imajiner. Karena terlalu menekankan fungsi. keajaiban dunia seperti bangunan Katedral masa silam tidak lagi populer pada zaman modern. Padahal bangunan seperti Katedral mengarahkan mata kita kepada suatu dunia lain. Ini yang dikritik oleh kaum postmodern terhadap kaum modern.<br /><br />Sebuah bangunan mempunyai kekuatan untuk menjadi apa yang diinginkannya, mengatakan apa yang ingin dikatakannya sehingga telinga kita mulai mendengar apa yang ingin disampaikan oleh bangunan tersebut. Charles Moore, dalam Conversations with Architecs, ed. John Cook Heeinrich dan Klotz (New York: Praeger, 1973), hal. 243. <br /><br /><br />Kaum Postmodern berusaha mengembalikan elemen "fiksi" dari sebuah arsitektur maka mereka menambahkan ornamen-ornamen pada arsitektur. Mereka ingin agar bidang arsitektur tidak terperangkap oleh pertanyaan "apa fungsinya?" Arsitektur harus kembali berperan untuk menciptakan "bangunan-bangunan yang kreatif dan imajinatif." <br /><br />Kritik postmodern terhadap modern semakin menjadi-jadi. Kaum modern menekankan adanya universalitas dan adanya nilai-nilai yang tidak terbatas sejarah, dan ini ditolak secara tegas oleh kaum postmodern. Selama ini kaum kodern menganggap karya-karya mereka sebagai hasil rasio dan logika. Padahal kaum postmodern melihat dengan jelas semuanya itu hanyalah usaha mendapatkan kekuasaan dan menguasai orang lain. Bahasa modern adalah bahasa kekuasaan. Bangunan-bangunan modern menggunakan bahan-bahan industri dan mereka melayani sistem industri. Bentuk-bentuk demikian mewujudkan dunia baru yang dikuasai sains dan teknologi. <br /><br />Kaum postmodern mau melenyapkan bahasa kekuasaan tersebut. Kaum modern menekankan konsep kesatuan dan keseragaman (uniformity) arsitektur yang ternyata sangat tidak manusiawi. Arsitektur demikian berbicara dengan bahasa produksi massal dan standar. Kaum postmodern menolak secara tegas konsep dan bahasa demikian. Mereka ingin menemukan sebuah bahasa baru yang menghargai keanekaragaman dan pluralisme. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">POSTMODERN DALAM BIDANG SENI <br /></span><br />Arsitektur postmodern lahir sebagai penolakan terhadap prinsip-prinsip arsitektur modern pada abad ke-20. Kehadiran postmodern dalam bidang seni juga menampakkan gejala penolakan yang serupa. <br /><br />Arsitektur modern tidak menghargai gaya masa lalu. Pakar seni seperti Clement Greenberg menyatakan bahwa seni modern juga menolak gaya-gaya seni sebelumnya. Kaum modern menemukan identitas dirinya dengan membuang segala sesuatu yang lain dari dirinya; dengan cara ini, para seniman modern mengatakan bahwa hasil karya seni mereka bersifat "murni" (orisinal). Kecenderungan modern dalam bidang seni sama dengan bidang arsitektur, yaitu: "univalence". Melalui ini, kebanggaan seniman modern hanyalah jika mereka mempunyai "stylistic integrity" (integritas gaya). <br /><br />Sebaliknya seni postmodern berangkat dengan kesadaran adanya hubungan erat antara miliknya dan milik orang lain. Karena itulah, seni postmodern menganut keanekaragaman gaya atau "multivalence". Kalau modern menyukai "murni." maka postmodern menyukai "tidak murni."<br /><br />Pada dasarnya seni postmodern tidak eksklusif dan sempit tetapi berbauran (sintetis). Karya seni tersebut dengan bebas memasukkan berbagai macam kondisi, pengalaman, dan pengetahuan jauh melampaui obyek yang ada. Karya ini tidak melukiskan pengalaman tunggal dan utuh. Justru yang hendak dicapai adalah keadaan seperti sebuah ensiklopedia, yaitu: masuknya jutaan elemen, penafsiran, dan respons. <br /><br />Howard Fox, "Avant-Garde in the Eighties", dalam The Post-Avant- Garde: Painting in the Eighties, ed. Charles Jencks (London: Academy Editions, 1987), hal. 29-30. <br /><br />Banyak seniman postmodern menggabungkan keanekaragaman dengan teknik pencampuradukan. Seperti kita ketahui, teknik yang mereka sukai adalah "collage". Kenyataanya, Jacques Derrida (dijuluki "Aristoteles tukang campur") menegaskan collage sebagai bentuk utama dari wacana postmodern. Perlahan namun pasti, "collage" menarik para pecinta seni ke dalam makna yang dihasilkan "collage" tersebut. Karena "collage" bersifat heterogen, maka makna yang dihasilkannya tidak mungkin tunggal dan stabil. "Collage" menarik para pecinta seni untuk selalu memperoleh makna baru melalui aneka ragam campuran di dalamnya. <br /><br />Akhirnya seni pencampuradukan menjadi sebuah "pastiche". Tujuan teknik ini (yang digunakan oleh high-culture dan Video MTV) adalah memperhadapkan para penonton dengan gambar-gambar yang saling bertentangan sehingga tidak ada lagi makna objektif. Dengan pola yang saling bertentangan, warna yang tidak selaras, dan tata huruf yang kacau, "pastiche" menyebar dari dunia seni menuju kehidupan sehari- hari. Ini nampak dari sampul buku, sampul majalah, dan iklan-iklan yang ada. <br /><br />Segala campuran dan keanekaragaman itu bukan hanya untuk menarik perhatian. Daya tarik sebenarnya tidak sedangkal itu, namun jauh lebih dalam. Ini merupakan bagian dari sikap postmodern, yaitu: menantang kekuatan modernisme yang ada dalam berbagai lembaga, tradisi, dan aturan. Seniman postmodern tidak suka kepada pengagung-agungan seorang seniman modern karena kemurnian hasil karyanya. Mereka tidak suka kepada apa yang disebut "stylistic integrity" (integritas gaya). Bagi mereka, tidak ada hasil karya seni yang tunggal. Mereka sengaja menggunakan metode pinjaman dari hasil karya lain, kutipan, petikan, kumpulan, dan pengulangan dari karya-karya yang ada. bagi mereka, "seniman tunggal yang menghasilkan karya tunggal" hanyalah dongeng belaka. <br /><br />Kritik postmodern sangat radikal. Kritik tersebut dapat ditemukan dalam karya fotografi seorang bernama Sherrie Levine. Levine memfoto ulang foto-foto indah hasil karya dua fotografer terkenal Walker Evans dan Edward Weston. Setelah memfoto ulang, Levine menegaskan bahwa foto- foto itu adalah karya pribadinya. Pembajakannya sangat jelas sehingga orang lain tidak mudah mengecapnya sebagai plagiat (pengekor) biasa. Memang tujuannya bukanlah menipu orang-orang dengan mengatakan bahwa itu adalah hasil karyanya dan bukan hasil karya orang lain. Tujuan utamanya adalah membuat orang berfikir keras untuk membedakan manakah "yang asli" dan manakah yang "tiruan". Maka kesimpulannya: tidak ada perbedaan antara "karya asli" dan "karya tiruan." <br /><br /><span style="font-weight:bold;">POSTMODERN DALAM BIDANG TEATER </span><br /><br />Teater adalah wujud penolakan postmodern terhadap modern yang paling jelas. Kaum modern melihat jelas sebuah karya seni sebagai karya yang tidak terikat waktu dan ide-ide yang tidak dibatasi waktu. Etos postmodern menyukai tragedi, dan tragedi selalu ada dalam setiap karya seni. Kaum postmodern melihat hidup ini seperti sebuah kumpulan cerita sandiwara yang terpotong-potong. Maka teater adalah sarana terbaik untuk menggambarkan tragedi dan pertunjukan. <br /><br />Tidak setiap karya teater merupakan wujud nyata etos postmodern. Karya teater postmodern mulai timbul pada tahun 1960-an. Akarnya sudah ada sebelum tahun 1960-an, yaitu karya seorang penulis Perancis bernama Antonin Artaud pada tahun 1930-an. <br /><br />Artaud menantang para seniman (khususnya dalam bidang drama) untuk memprotes dan menghancurkan pemujaan kepada karya seni klasik. Ia sangat mendukung pergantian drama tradisional dengan 'teater keberingasan." Ia berseru agar dihapuskannya gaya kuno yang berpusat kepada naskah. Ia mengusulkan gaya baru yang berpusat kepada simbol- simbol teater termasuk di dalamnya adalah: pencahayaan, susunan warna, pergerakan, gaya tubuh, dan lokasi. Artaud juga meniadakan perbedaan antara aktor dan penonton. Ia ingin agar penonton juga mengalami suasana dramatis seperti sang aktor. Tujuan Artaud adalah memaksa penonton untuk berhadapan dengan momentum kenyataan hidup secara langsung pada saat itu, yang bagaimanapun juga tidak akan terulang melalui aturan-aturan sosial sehari-hari. <br /><br />Pada tahun 1960-an, sebagian impian Artaud menjadi kenyataan. Para ahli mulai memikirkan kembali hakikat dari teater. Maka mereka menyerukan agar terdapat kebebasan dalam penampilan. Penampilan tidak boleh diatur oleh otoritas apa pun. <br /><br />Beberapa ahli ini menemukan bahwa naskah atau teks adalah otoritas yang menindas kebebasan. Untuk memecahkan masalah ini, mereka mengurangi naskah atau teks sehingga setiap penampilan menjadi spontan dan unik. Setelah beberapa sekali ditampilkan, tidak ada lagi pengulangan. Penampilan itu sekali saja dan akan hilang selama-lamanya setelah itu. <br /><br />Ahli lainnya menganggap sutradara adalah orang yang menindas kebebasan penampilan. Mereka berusaha memecahkan masalah ini, dengan menekankan improvisasi dan memakai sutradara lebih dari satu orang. Maka produksi teater/film bukan lagi produksi tunggal dan utuh. <br /><br />Teater postmodern menampilkan usulan-usulan para ahli di atas. Mereka membuat berbagai elemen dalam teater, seperti suara, cahaya, musik, bahasa, latar-belakang, dan gerakan saling berbenturan. Dengan demikian, teater postmodern sedang menggunakan teori tertentu yang disebut dengan estetika ketiadaan (berbeda dengan estetika kehadiran). Teori estetika ketiadaan menolak adanya konsep kebenaran yang mendasari dan mewarnai setiap penampilan. Yang ada dalam setia penampilan adalah kekosongan ("empty presence"). Seperti etos postmodern, makna sebuah penampilan hanya bersifat sementara, tergantung dari situasi dan konteksnya. <br /><br />Panggung teater tidak lagi menjadi tempat pengulangan suatu peristiwa atau suatu obyek, entah yang ada sekarang atau sebelumnya. Teater tetap berfungsi tanpa kehadiran Allah. <br />Jacques Darrida, Writing and Difference, terj: Alan Bass (Chicago: Chicago University Press, 1978), hal. 237. <br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">POSTMODERN DALAM BIDANG TULISAN-TULISAN FIKSI </span><br /><br />Pengaruh etos postmodern dalam literatur sulit dicari. Para ahli sastra terus berdebat mengenai ciri utama fiksi postmodern yang membedakannya dari fiksi-fiksi sebelumnya. Namun gaya penulisan ini mencerminkan ciri utama yang telah kita saksikan dalam bidang-bidang lain. <br /><br />Seperti gaya postmodern umumnya, tulisan fiksi postmodern menggunakan teknik pencampuradukan. Beberapa penulis mengambil elemen-elemen tradisional dan mencampurkannya secara berantakan untuk menyampaikan suatu ironi mengenai topik-topik yang biasa dibahas. Bahkan beberapa penulis lainnnya mencampurkan kejadian nyata dan khayalan. <br /><br />Pencampuradukan ini terjadi bahkan kepada tokoh-tokoh fiksi tersebut. Beberapa penulis postmodern memusatkan perhatian kepada tokoh-tokoh khayalan dengan segala perilakunya. Pada saat yang sama, tokoh-tokoh khayalan itu adalah tokoh-tokoh yang nyata dalam sejarah manusia. Dengan cara ini, sang penulis berhasil menarik perhatian dan respons emosional dan moral para pembaca. <br /><br />Beberapa penulis postmodern mencampuradukkan yang nyata dan yang khayal dengan menyisipkan diri mereka ke dalam cerita itu. Bahkan mereka pun turut membicarakan berbagai masalah dan proses yang diceritakannya. Melalui ini, sang penulis mencampurkan yang nyata dan yang fiksi. Teknik ini menekankan hubungan yang erat antara penulis dan tulisan fiksinya. <br /><br />Tulisan fiksi adalah sarana yang dipakai oleh penulis untuk berbicara sehingga suara penulis tidak dapat dipisahkan dari kisah fiksi tersebut. Tulisan fiksi postmodern mencampuradukan dua dunia yang tidak ada hubungan satu sama lain. Dunia-dunia tersebut masing-masing otonom. Tokoh-tokoh dalam tulisan fiksi itu merasa bingung di dunia mana mereka berada, dan apa tindakan mereka berikutnya di tengah dunia- dunia yang saling bertubrukan. <br /><br />Teknik pencampuradukan ini digunakan untuk menunjukkan sikap anti- modernisme. Tujuan para penulis modern adalah memperoleh makna tunggal. Sebaliknya, kaum postmodern ingin mengetahui bagaimana kenyataan-kenyataan yang amat berbeda, dapat berjalan dan saling bercampur. <br /><br />Seperti kebudayaan postmodern lainnya, tulisan-tulisan ini memusatkan perhatian kepada kefanaan dan kesementaraan. Mereka menolak konsep kebenaran kekal dari kaum modern. Tulisan fiksi ini sengaja mengarahkan fokus kepada kesementaraan agar para pembaca tidak lagi melihat dunia ini dari titik puncak yang tidak terbatas oleh waktu. Mereka ingin agar para pembaca menyaksikan sebuah dunia yang hampa, tanpa adanya hal-hal yang kekal dan selalu berada dalam gelombang kesementaraan. <br /><br />Dan perlukah kita berkata bahwa semakin jelas sang penulis menyatakan dirinya sendiri dalam teks-teks yang dia buat, secara paradoks juga makin tidak terelakan adanya kenyataan bahwa sang penulis tersebut, sebagai sebuah suara, hanyalah sebuah fungsi dari fiksinya sendiri, sebuah bangunan retorika, bukan seorang yang berotoritas tetapi justru menjadi obyek dan sasaran penafsiran pembaca? David Lodge,"Mimesis and Diegesis in Modern Fiction," dalam The Post-Modern Reader, ed. Charles Jencks (New York: St. Martin's Press,1992), hal. 194-195. <br /><br />Kadang-kadang para penulis tersebut menciptakan efek serupa dengan memasukkan bahasa yang membongkar struktur pikiran yang sudah baku. Mereka juga menolak rasio sebagai hakim yang memutuskan apakah sebuah cerita mampu memaparkan kejadian nyata. <br /><br />Contoh umum dari fiksi modern adalah kisah detektif. Katakanlah cerita mengenai seorang detektif bernama Sherlock Holmes. Ia bertugas membongkar kebenaran-kebenaran yang tersembunyi. Kisah seperti ini hendak menunjukkan kekuatan rasio dan logika dalam memecahkan sebuah masalah atau misteri. Maka cerita ini merupakan sebuah cerita yang lengkap dan selesai. <br /><br />Contoh dari fiksi postmodern adalah kisah mata-mata. Meskipun terjadinya dalam dunia nyata, kisah demikian selalu mencampurkan dua macam dunia yang berbeda. Apa yang dianggap nyata, ternyata terbukti hanyalah khayalan. Ada suatu dunia lain di balik dunia nyata ini, yang lebih jahat namun lebih nyata daripada dunia nyata. <br /><br />Dengan mencampurkan dua macam dunia itu, kisah tersebut membuat pembaca merasa tidak tenang dan tidak nyaman. Apakah penampilan seseorang menunjukkan dirinya yang sesungguhnya? Manakah yang sebenarnya dan manakah yang tipuan? <br /><br />Kisah mata-mata mendorong kita mempertanyakan dunia kehidupan kita. Apakah kita juga hidup dalam dua macam dunia? Apakah orang-orang di sekitar kita benar-benar seperti penampilan mereka di hadapan kita? Apakah peristiwa-peristiwa di sekitar kita benar-benar seperti yang nampak di depan mata kita? <br /><br />Novel fiksi sains adalah salah satu bentuk sastra postmodern. Novel ini merupakan penolakan terhadap penelitian modern. Novel fiksi ini lebih suka mencari sesuatu yang baru, dan bukan menyibak misteri alam untuk menemukan rumus-rumus pasti. Novel ini mempertentangkan berbagai dunia dan realitas supaya nampak perbedaan dan pertentangan di antara mereka. <br /><br />Novel fiksi sains tersebut membuat kita bertanya-tanya mengenai dunia kita: Apakah realitas itu? Apa yang mungkin? Kekuatan apa yang sedang bekerja sekarang? <br /><br /><span style="font-weight:bold;">POSTMODERNISME SEBUAH FENOMENA DALAM BUDAYA POP</span> <br /><br />Kebanyakan dari kita berhubungan langsung postmodernisme melalui novel fiksi sains dan novel mata-mata. Keduanya sangat berpengaruh dalam budaya populer kita sekarang. Namun secara tidak sadar, kita telah terbuka kepada etos postmodern. <br /><br />Keterbukaan kepada etos postmodern melalui budaya pop adalah ciri khas postmodern. Ciri khas lainnya adalah tidak mau menempatkan "seni klasik tinggi" di atas budaya "pop." Postmodern unik karena ia menjangkau bukan kelas elite tetapi kelas masyarakat biasa, masyarakat yang terbiasa dengan budaya pop dan media massa. <br /><br />Hasil karya postmodern juga bermakna ganda. Mereka berbicara dengan sebuah bahasa dan menggunakan elemen-elemen yang dapat diterima oleh orang-orang awam ataupun seniman dan arsitek handal. Dengan cara demikian, postmodernisme berhasil menyatukan dua alam yang berbeda, yaitu profesional dan populer. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">PEMBUATAN FILM SEBAGAI DASAR PIJAKAN BUDAYA POSTMODERN </span><br /><br />Perkembangan teknologi membantu penyebaran postmodern ke dalam sisi- sisi penting dan budaya pop. Salah satu sisi terpenting adalah industri film. <br /><br />Teknologi pembuatan film sangat cocok dengan etos postmodern, yakni: film menggambarkan yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Sekilas lalu, film adalah sebuah cerita utuh yang ditampilkan oleh para aktor dan aktris. Kenyataannya, film adalah rekayasa teknologi dengan bantuan ahli-ahli spesialis dari berbagai bidang yang tidak jarang kelihatan dalam film. Adanya kesatuan dalam sebuah film sebenarnya adalah ilusi. <br /><br />Film berbeda dengan teater. Film tidak pernah berisi penampilan sekelompok aktor/aktris sekaligus secara utuh dan berkesinambungan. Apa yang penonton lihat "berkesinambungan" adalah semacam sisa dari berbagai adegan dalam proses pembuatan film itu sendiri, yang tidak saling berhubungan baik secara waktu maupun tempat. <br /><br />Alur cerita sebuah film hanyalah tipuan. Apa yang nampak "berhubungan" atau "berkesinambungan" sebenarnya hanyalah kumpulan adegan yang diambil pada waktu dan tempat yang berbeda-beda. Alur sebuah film yang kita lihat, ternyata tidak seperti demikian alurnya pada waktu film berada dalam proses pembuatan tersebut. Yang menyatukan adegan-adegan yang terpecah-pecah itu adalah seorang editor. Dialah yang menyambungkan adegan-adegan yang tidak ada hubungannya satu sama lain. <br /><br />Kadang-kadang peran yang sama belum tentu diperankan oleh satu aktor. Sutradara sering menggunakan peran pengganti (stunt-man) untuk adegan- adegan berbahaya. Kemajuan teknologi memungkinkan edit untuk menduplikasi wajah sang aktor sehingga wajahnya dalam film lama dapat diambil dan dimasukkan dalam film yang baru. Semuanya ini adalah hasil rekayasa komputer. <br /><br />Akhirnya, film yang kita tonton adalah produk kecanggihan teknologi. Tim-tim yang berbeda menggunakan fotografi dan metode lainnya untuk mengumpulkan bahan-bahan. Bahan-bahan ini digabungkan oleh editor untuk menghasilkan apa yang nampak sebagai "kesatuan" di depan mata penonton. Berbeda dengan teater, kesatuan dan kesinambungan sebuah film adalah jasa teknologi, dan bukan jasa aktor-aktornya. <br /><br />Karena kesatuan sebuah film terletak dalam teknik pembuatannya, maka sutradara dan editor mempunyai kebebasan untuk mengatur dan memanipulasi jalannya cerita dengan berbagai cara. Mereka dapat mencampurkan adegan-adegan yang tidak saling berhubungan tanpa harus mengorbankan kesatuan film itu. <br /><br />Pembuat film postmodern senang mengubah konsep tempat dan konsep waktu menjadi di sini dan kini selamanya. Usaha mereka dalam hal ini dipacu oleh banyaknya film yang telah diproduksi sebelumnya sehinga mereka mempunyai bahan untuk mencampurkannya. Misalnya: adegan Humphrey Bogart dalam film "The Last Action Hero" dan Groucho Marx dalam iklan Diet Pepsi. Kemajuan teknologi memungkinkan penggabungan keduanya, penggabungan "dunia nyata" dengan kenyataan lain. Contoh lain adalah penggabungan tokoh kartun dan tokoh manusia dalam film "Who Framed Roger Rabbit?" <br /><br />Kemampuan seorang sutradara menggabungkan berbagai potongan menjadi sebuah film yang utuh, memungkinkannya untuk melenyapkan perbedaan antara kebenaran dan dongeng, kenyataan dan khayalan. Sutradara- sutradara postmodern menggunakan kesempatan ini untuk mewujudnyatakan etos postmodern. Misalnya, film-film postmodern membuat film fiksi dan fantasi seperti layaknya kejadian nyata (film "Groundhog Day"). Mereka menggabungkan kisah film fiksi dengan aspek dokumenter (film "The Gods Must Be Crazy"). Mereka mencampurkan sebagian catatan sejarah dengan spekulasi dan mencampurkan dunia-dunia yang tidak berhubungan yang dihuni oleh tokoh-tokoh yang tidak jelas majakah yang asli (film "Blue Velvet"). <br /><br />Hidup dalam era postmodern berarti hidup di dalam dunia yang menyerupai film. Sebuah dunia dimana kebenaran dan dongeng bercampur. Kita melihat dunia sama seperti kita melihat film, dan kita curiga apakah yang kita lihat hanyalah sebuah ilusi. Kita dapat memahami sesuatu dalam pikiran sang sutradara. Ia mengajak kita melihat sesuatu yang sering terabaikan/terlupakan dalam dunia yang film itu gambarkan. Sebaliknya ketika melihat dunia sebenarnya, kaum postmodern tidak lagi percaya adanya sebuah Pikiran di baliknya. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">TELEVISI DAN PENYEBARAN BUDAYA POSTMODERN </span><br /><br />Teknologi pembuatan film memberikan dasar pijakan untuk budaya pop postmodern. Namun televisi merupakan sarana yang lebih efisien untuk menyebarkan etos postmodern ke seluruh lapisan masyarakat. <br /><br />Dilihat dari satu sisi, televisi hanyalah saranan yang efektif untuk menantikan turunnya film dari bioskop ke televisi. Banyak program televisi yang isinya hanya film-film, mulai dari yang pendek sampai miniseri. Televisi adalah sebuah sarana yang digunakan oleh film-film untuk menyerbu kehidupan sehari-hari jutaan orang. Sejauh ini, televisi hanyalah perpanjangangan tangan dari industri film. <br /><br />Tetapi lepas dari hubungan dengan film, televisi memperlihatkan ciri khasnya sendiri. Dalam banyak hal, televisi jauh lebih fleksibel daripada film. Televisi melampaui film dengan menyajikan siaran langsung. Kamera televisi dapat menayangkan gambar kejadian langsung kepada pemirsa di seluruh belahan dunia. <br /><br />Kemampuan untuk menyiarkan secara langsung membuat orang percaya bahwa televisi menyajikan peristiwa aktual yang benar-benar terjadi, tanpa adanya penafsiran, edit, atau komentar. Karena inilah televisi telah menjadi kriteria untuk membedakan yang nyata dan tidak. Banyak pemirsa tidak menganggap penting banyak hal. Tetapi jika CNN, Sixty Minutes menayangkannya, mereka akan segera merasa hal tersebut penting. Segala sesuatu tidak penting jika tidak ditayangkan televisi. <br /><br />Televisi mampu menayangkan fakta secara langsung dan mampu menyebutkan produksi-produksi film. Kemampuan ganda demikian membuat televisi memiliki kekuatan yang unik. Ia mampu mencampurkan "kebenaran" (apa yang orang banyak anggap sebagai kejadian nyata) dengan "fiksi" (apa yang orang banyak anggap sebagai khayalan yang tidak pernah terjadi dalam kenyataan). Film tidak dapat melakukan ini. Televisi masa kini melakukan hal tersebut terus-menerus. Ketika ada siaran langsung, di tengah-tengah siaran itu selalu diputus oleh "pesan dari sponsor." <br /><br />Televisi melampaui film untuk mewujudkan etos postmodern. Televisi komersil menyajikan berbagai gambar kepada permirsa. Berita sore akan menghantam penonton dengan gambar-gambar yang tidak saling berhubungan: perang di suatu daerah terpencil, pembunuhan di dekat rumah, ucapan dari seorang politikus, skandal seks terbaru, penemuan ilmiah baru, berita olahraga. Campuran-campuran ini disisipkan dengan iklan baterai yang tahan lama, sabun mandi yang lebih bersih, makan pagi yang lebih sehat, dan liburan yang lebih menyenangkan. Dengan menampilkan berbagai gambar tersebut (berita dan iklan), televisi menciptakan kesan bahwa berita dan iklan sama pentingnya. <br /><br />Siaran berita diikuti oleh program-program utama yang terlalu banyak untuk menarik dan membuat pemirsa bertahan. Maka isi program-program tersebut adalah film laga, skandal, kekerasan, dan seks. Drama-drama malam hari mempunyai bobot yang sama dengan berita sebelumnya. Dengan cara ini, televisi melenyapkan perbedaan antara kebenaran dan fiksi, antara peristiwa yang benar-benar memilukan hati dan peristiwa sepele. <br /><br />Ini terjadi bukan hanya pada satu saluran televisi, tetapi berpuluh bahkan ratusan saluran yang berbeda-beda. Hanya dengan sebuah remote control di tangan, seseorang dapat memilih apa pun yang ia suka, mulai dari berita terbaru, pertandingan tinju, laporan ekonomi, film kuno, laporan cuaca, film komedi, film dokumenter, dan sebagainya. <br /><br />Dengan menawarkan begitu banyak campuran gambar, secara tidak sengaja televisi menyejajarkan hal-hal yang tidak saling cocok. Televisi membutuhkan kejelasan waktu dan tempat. Televisi mencampuradukkan masa lalu dan masa kini, yang jauh dan yang dekat, segala sesuatunya di- bawa menjadi kini dan di sini, di hadapan pemirsa televisi. Dengan cara ini, televisi memperlihatkan dua ciri khas postmodern: menghapus batas antara masa lalu dan masa kini; dan menempatkan pemirsa dalam ketegangan terus-menerus. Banyak pengamat sosial menganggap televisi sebagai cermin dari kondisi psikologis dan budaya postmodern. Televisi menyajikan begitu banyak gambar yang tidak berhubungan dengan realitas, gambar-gambar yang saling berinteraksi terus-menerus tanpa henti. <br /><br />Film dan televisi telah di persatukan oleh sebuah alat yang lebih baru - komputer pribadi.<br /><br />Lenyapnya ego adalah tanda kemenangan postmodernisme.... Sang diri diubahkan menjadi sebuah tampilan kosong yang berisi kebudayaan yang telah jenuh namun hiperteknis. Arthur Kroker, Marilouise Kroker dan David Cook, "Panic Alphabet", dalam Panic Encyclopedia: The Definitive Guide to the Postmodern Scene (Montreal: New World Perspectives, 1989), hal. 16. <br /><br /><br />Munculnya "monitor" - layar bioskop, layar kaca televisi ataupun monitor computer, melenyapkan perbedaan antara diri sebagai subjek dan dunia sebagai objek. "Monitor" bukan sekadar objek di luar diri kita yang kita sedang lihat. Yang terjadi dalam monitor bukan sesuatu kejadian di luar sana dan diri kita di sini. "Monitor" membawa kita ke dunia luar sama seperti dunia luar masuk ke dalam diri kita. Yang terjadi dalam televisi merupakan manifestasi diri kita, yang terjadi dalam diri kita adalah penjelmaan televisi. Televisi telah menjadi sebuah wujud nyata dari jiwa kita. <br /><br />Hidup dalam era postmodern berarti hidup dalam dunia yang dipenuhi oleh berbagai gambar yang bercampur-aduk. Dunia televisi memecahkan gambar-gambar menjadi potongan-potongan dan kaum postmodern tetap yakin bahwa itu hanyalah campuran gambar-gambar. <br /><br />WUJUD-WUJUD LAIN POSTMOERNISME DALAM BUDAYA POP <br /><br />Film telah menyajikan budaya postmodern, dan televisi menyebarkannya , tetapi musik rock merupakan ciri yang paling khas dari budaya pop postmodern. Lirik lagu-lagu rock mencerminkan semboyan postmodern. Hubungan antara music rock dan budaya postmodern lebih mendalam lagi. Musik rock memiliki ciri utama dari postmodern, yaitu: fokus kepada global dan lokal. <br /><br />Musik rock kontemporer mendapatkan banyak penggemar dan mampu menyatukan seluruh dunia. Tentunya kita ingat dengan tokoh-tokoh musik rock yang melakukan tur keliling dunia. Pada saat yang sama, musik rock mempertahankan selera lokal. Dalam penampilan grup-grup rock yang besar maupun yang kecil (tidak terkenal), musik rock memperlihatkan pluralitas gaya yang diambil dari gaya musik setempat (lokal dan etnis tertentu). <br /><br />Yang tidak kalah penting, musik rock juga menggunakan sarana produksi elektronik sebagaimana televisi dan film. Dimensi penting dari budaya rock adalah penampilan langsung dari bintang-bintangnya. Konser musik rock tidak seperti konser tradisional dimana sang penyanyi berusaha berkomunikasi secara akrab dengan penonton. Yang terjadi dalam konser musik rock adalah "kedekatan massal yang dibuat-buat." <br /><br />Konser rock kini merupakan peristiwa massal, melibatkan puluhan ribu penggemar. Kebanyakan penggemar tidak dapat melihat penampilan sang bintang dari dekat. Namun mereka masih berusaha mengalami pengalaman tersebut. Penampilan tersebut diperlihatkan kepada mereka melalui banyak layar video yang menyorot wajah sang bintang dari dekat. <br /><br />Tehnik ini menciptakan jarak antara sang bintang dan penonton. Penggemar kelompok rock Jubilant merasa dekat dengan idola mereka sekalipun hanya lewat layar televisi. Teknologi mengubah kedekatan dalam sebuah pertunjukkan langsung menjadi kumpulan ribuan penggemar yang menonton layar video bersama-sama sementara mereka diserbu dengan berbagai-bagai efek cahaya, suara dan sebagainya. <br /><br />Teknologi melenyapkan perbedaan antara penampilan aslinya dan tayangannya di televisi. Teknologi melenyapkan perbedaan antara penampilan langsung dan duplikasinya dalam musik. Penampilan langsung bukan lagi realitas yang terdapat dalam konteks khusus. Ia adalah campuran antara apa yang sang bintang tampilkan dan apa yang teknologi hasilkan. Penampilan itu dibungkus dalam kemasan teknologi setelah itu baru disajikan kepada para penggemar. <br /><br />Wujud etos postmodern yang lebih sederhana adalah cara berpakaian. Model pakaian postmodern mempunyai kecenderungan yang mirip dengan budaya pop lainnya. Kita melihat ditonjolkannya merek dan label produk. Ini melenyapkan perbedaan antara pakaian dan iklan pakaian. <br /><br />Wajah postmodern nampak dalam "bricolage." Berbeda dengan pola pakaian tradisional yang menyatukan berbagai corak secara harmonis, gaya postmodern sengaja menggabungkan elemen-elemen yang bertentangan, misalnya: pakaian dan aksesoris dari 10, 20, 30 dan 40 tahun lalu dipakai bersama-sama. <br /><br />Percampuran yang bertentangan tersebut dimaksudkan sebagai sebuah ironi atau ejekan terhadap model pakaian modern, bahkan terhadap seluruh industri pakaian modern. <br /><br />Dari musik rock ke turisme ke televisi sampai ke bidang pendidikan, yang dipromosikan oleh iklan dan yang dicari oleh konsumen bukan lagi barang-barang, tetapi pengalaman. Steven Connor, Postmodernist Culture (Oxford: Basil Blackwell, 1989), hal 154. <br /><br /><br /><br />Budaya pop zaman kita mempunyai dua ciri khas postmodern: pluralisme dan anti-rasionalisme. Seperti nyata dari cara mereka berpakaian dan musik yang mereka dengar, kaum postmodern tidak lagi percaya kalau dunia mereka mempunyai sebuah fokus. mereka tidak lagi percaya bahwa rasio manusia dapat menangkap struktur logika alam semesta. Mereka hidup dalam dunia yang tidak membedakan antara kebenaran dan dongeng. Akibatnya mereka menjadi pengumpul bermacam-macam pengalaman, gudang yang brisi berbagai hal sementara, jembatan yang dilintasi bermacam-macam gambar, dan dihujani dengan aneka ragam media dalam masyarakat postmodern. <br /><br />Postmodernisme memiliki asumsi yang bermacam-macam. Ini terbukti dari berbagai sikap dan ekspresi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan tersebut, kita menemukan bermacam-macam orang dalam masyarakat. Ekpresinya bervariasi dari cara berpakaian sampai televisi, termasuk musik dan film di dalamnya. Postmodernisme menjelma dalam beraneka ragam ekspresi budaya, termasuk arsitektur, seni, dan sastra. Lebih dari segalanya, postmodernisme adalah sebuah pemandangan intelektual. <br /><br />Postmodernisme menolak gambaran mengenai seorang pemikir tunggal yang dilahirkan oleh Pencerahan. Postmodern mengejek mereka yang merasa yakin dapat melihat dunia dari suatu titik puncak seolah-olah mereka dapat berbicara demi kepentingan seluruh umat manusia. Postmodernisme telah menggantikan cita-cita pencerahan tersebut dengan keyakinan baru, yaitu: semua pernyataan mengenai kebenaran dan kebenaran itu sendiri terbatas oleh kondisi sosial.Bobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-25207137167093917662009-01-15T20:11:00.001+07:002009-01-15T20:13:26.291+07:00Roh Kudus dan AlkitabJohn R.W. Stott menulis artikel ini bahwa semua orang Kristen sadar bahwa antara Kitab Suci dan Roh Suci, pasti terdapat suatu hubungan yang erat. Sebenarnya semua orang Kristen percaya bahwa dalam arti tertentu Alkitab adalah hasil karya cipta Roh Kudus. Karena setiap kali kita mengikrarkan Pengakuan Iman Nicea, kita menegaskan salah satu pokok kepercayaan kita tentang Roh Kudus bahwa 'Dia telah berfirman dengan perantaraan para nabi'. Ungkapan tadi merupakan gema ungkapan-ungkapan serupa di Perjanjian Baru. Sebagai contoh, Tuhan kita Yesus Kristus sendiri suatu ketika mengutip Mazmur 110 dan menjelaskan: 'Daud sendiri oleh pimpinan Roh Kudus berkata: ...' (Markus 12:36). Petrus dalam suratnya yang kedua, sama menulis 'oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah' (2Petrus 1:21), atau bila diterjemahkan harafiah dari istilah Yunaninya, 'mereka diombang-ambingkan oleh Roh Kudus', (istilah yang sama digunakan dalam Kisah Para Rasul 27:18), persis seperti kapal diombang-ambingkan angin. Jelas ada hubungan penting antara Alkitab dan Roh Kudus. Hal ini kini akan kita selidiki.<br /><br />Sejauh ini sudah kita pikirkan bahwa Allah adalah sumber dari penyataan yang diungkapkan-Nya dan bahwa Yesus Kristus adalah pokok utama penyataan-Nya. Kini perlu kita tambahkan bahwa Roh Kudus adalah perantara-Nya. Dengan demikian, pemahaman Kristen tentang Alkitab bersumber pada pemahaman tentang Tritunggal. Alkitab berasal dari Allah, berpusat pada Kristus dan diilhamkan oleh Roh Kudus. Karena itu definisi terbaik tentang Alkitab pun bernafaskan Tritunggal: "Alkitab adalah kesaksian Bapa tentang Anak melalui Roh Kudus."<br /><br />Jadi persisnya, apakah peran Roh Kudus dalam proses penyataan? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita beralih kepada Alkitab sendiri, terutama 1Korintus 2:6-16.<br /><br />Penting kita melihat bagian Alkitab ini dalam konteksnya yang lebih luas. Sampai di bagian ini, Paulus sedang menegaskan tentang 'kebodohan' Injil. Sebagai contoh, 'pemberitaan tentang salib memang adalah 'kebodohan' (1Korintus 1:18), dan 'kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan' (1Korintus 1:23). Katakanlah sekarang bahwa berita tentang salib terdengar bodoh bahkan tak mengandung arti bagi para intelektual sekular. Paulus sekarang mengkoreksi agar jangan timbul kesan pada para pembacanya bahwa dia sama sekali menolak pentingnya hikmat dan bermegah dalam kebodohan. Apakah rasul anti intelek? Apakah dia menghina pengertian dan penggunaan akal? Tidak, sama sekali tidak.<br /><br />1Korintus 2:6-7 menuliskan, "Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat ... hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, . . . yang telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita." Perbandingan yang Paulus buat tidak boleh kita lewati. Kami jelas menyampaikan hikmat, tulisnya, tetapi:<br />hanya kepada yang telah dewasa, bukan kepada yang bukan Kristen atau bahkan bukan kepada Kristen yang masih muda iman;<br />hikmat tersebut adalah hikmat Allah, bukan hikmat duniawi;<br />yaitu agar kita menerima kemuliaan, maksudnya kesempurnaan akhir kita kelak melalui keikutsertaan kita dalam kemuliaan Allah dan bukan hanya membawa kita pada pembenaran di dalam Kristus.<br /><br />Dalam usaha menginjili orang yang bukan Kristen, kita harus memusatkan perhatian pada 'kebodohan' Injil tentang Kristus yang tersalib bagi orang berdosa. Dalam usaha membangun orang Kristen menuju kedewasaan penuh, kita harus memimpin mereka ke dalam pengertian tentang keseluruhan rencana Allah. Paulus menyebut hal tersebut di ayat 7 sebagai 'hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia' dan di ayat 9 'semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia'. Hal itu hanya dapat diketahui, tegas Paulus, melalui penyataan. 'Penguasa- penguasa dunia ini' (para pemimpin dunia) tidak mengertinya, atau mereka tidak akan menyalibkan 'Tuhan yang mulia' (ayat 8). Bukan mereka saja, semua manusia, pada diri mereka sendiri, tidak memahami hikmat dan maksud Allah.<br /><br />Rencana Allah, menurut Paulus di ayat 9 adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh mata, atau didengar telinga, atau diselami hati. Hikmat Allah itu di luar jangkauan mata, telinga, dan pikiran manusia. Ia tidak tunduk kepada penelitian ilmiah, juga terhadap imajinasi. Hikmat Allah sama sekali di luar batas dan daya ukur akal kita yang sempit dan terbatas, kecuali Allah sendiri menyatakannya. Memang itulah yang sudah Allah buat! "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." Rencana mulia-Nya yang tak terbayangkan ini, 'telah Allah nyatakan kepada kita melalui Roh-Nya'. Kata 'kita' sedemikian kuat tekanannya, dan diartikan dalam konteksnya bukan menunjuk kepada kita semua tanpa perbedaan, tetapi dimaksudkan untuk Rasul Paulus yang menulis dan untuk sesama rekan rasul lainnya. Allah memberikan penyataan khusus tentang kebenaran-kebenaran tersebut kepada alat-alat penyataan-Nya yang khusus (yaitu para nabi Perjanjian Lama dan para rasul Perjanjian Baru), dan Allah melakukan ini 'melalui Roh-Nya'. Roh Kudus menjadi perantara penyataan tersebut.<br /><br />Saya kuatir bahwa pengantar yang dimaksudkan untuk menolong kita mengerti konteks pembicaraan Paulus tentang Roh Kudus sebagai perantara penyataan ini terasa agak panjang. Apa yang diuraikannya selanjutnya adalah pernyataan luas yang sangat menakjubkan. Dia menggarisbesarkan empat tahap karya Roh Kudus, sebagai perantara penyataan Ilahi.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Roh Yang Menyelidik</span><br /><br />Roh Kudus adalah Roh yang menyelidik (ayat 10-11). Sambil lalu patut kita perhatikan bahwa ungkapan ini menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah pribadi. Hanya pribadi-pribadi yang dapat terlibat dalam usaha menyelidik atau 'penyelidikan'. Tentu kita ketahui bahwa komputer- komputer modern dapat mengadakan riset yang sangat rumit yang bersifat mekanis dan analitis. Tetapi riset sejati (seperti yang sangat dikenal oleh para mahasiswa pasca sarjana) bukan hanya mengandung penyusunan dan analisis data secara statistik, tetapi menuntut pemikiran orisinal baik dalam bentuk penelitian maupun refleksi. Inilah bentuk pekerjaan yang dilakukan Roh Kudus karena Dia memiliki akal yang melaluinya Dia berpikir. Karena berkeberadaan sebagai Pribadi Ilahi (bukan komputer atau pengaruh atau kekuatan belaka), kita harus membiasakan diri menyebut-Nya sebagai 'Dia' (Pribadi) dan bukan 'ini' (benda).<br /><br />Paulus menggunakan dua lukisan menarik untuk menyatakan kemampuan- kemampuan unik Roh Kudus dalam karya penyataan.<br /><br />PERTAMA, 'Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah' (ayat 10). Istilah yang sama digunakan Yesus tentang orang Yahudi yang 'menyelidiki Kitab-kitab Suci', dan menurut Moulton dan Milligan (dalam buku mereka 'Vocabulary of the Greek New Testament'), berdasarkan kutipan naskah dari abad ketiga, 'para penyelidik' adalah para petugas beacukai. Dalam arti mana pun, Roh Kudus digambarkan sebagai penyelidik yang giat dan teliti, atau bahkan sebagai penyelam yang berusaha mengarungi kedalaman Diri Allah yang Maha Kuasa yang tak terselami itu. (Mungkin Paulus meminjam istilah 'dalam' dari perbendaharaan kata bidat Gnostik.) Keberadaan Allah tak terukur kedalaman-Nya, dan secara terus terang Paulus menyatakan bahwa Roh Kudus menyelidiki kedalaman-kedalaman Allah. Dengan kata lain, Allah sendiri menjelajahi kelimpahan keberadaan-Nya sendiri.<br /><br />Contoh KEDUA yang Paulus kemukakan, diambilnya dari pengertian diri manusia. "Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia?" (ayat 11) 'Apa yang terdapat' menunjuk kepada 'hal-hal' khas ciri kemanusiaan kita. Seekor semut tak mungkin menyelami bagaimana keberadaan hidup manusia. Katak, kelinci, atau monyet tercerdas sekalipun tidak mampu. Juga seorang manusia tak mungkin menyelami sepenuhnya keberadaan diri seorang manusia lainnya. Betapa sering kita berkata, terutama ketika masih remaja, "Anda tak mengerti saya; tak seorang pun mengerti saya." Benar ucapan tadi! Tak seorang pun mengerti saya kecuali saya sendiri, bahkan pengertian saya tentang diri sendiri pun masih terbatas. Demikian pula, tak seorang pun mengerti Anda kecuali Anda sendiri. Ukuran pengertian diri atau kesadaran diri ini diterapkan Paulus kepada Roh Kudus (ayat 11): "Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah." Roh Kudus Allah di sini hampir disamakan dengan pengertian diri Ilahi atau kesadaran diri Ilahi. Sama seperti halnya tak seorang pun dapat mengerti seseorang kecuali orang itu sendiri, demikian pula tak seorang pun dapat mengerti Allah kecuali Allah sendiri. Ada lagu yang mengatakan, "Allah saja mengetahui kasih Allah." Senada dengan itu dapat pula kita tegaskan bahwa Allah saja yang mengetahui hikmat Allah, sesungguhnya Allah saja yang mengetahui keberadaan Allah.<br /><br />Dengan demikian, Roh menyelidiki kedalaman-kedalaman diri Allah, dan Roh mengetahui perkara-perkara Allah. Dia memiliki pemahaman yang unik tentang diri Allah. Masalahnya sekarang ialah: Apa yang dibuat-Nya dengan apa yang sudah diselidiki dan diketahui-Nya itu? Apakah disimpan-Nya sendiri pengetahuan unik-Nya itu? Tidak. Dia sudah melakukan hal yang hanya Dia patut dan mampu melakukannya; Dia telah menyatakannya. Roh yang menyelidik menjadi pula Roh yang menyatakan.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Roh Yang Menyatakan</span><br /><br />Apa yang diketahui hanya oleh Roh Kudus, Dia pula yang dapat menyatakannya. Hal ini sudah ditegaskan di ayat 10, "Karena kepada kita (para rasul) Allah telah menyatakannya oleh Roh." Kemudian Paulus menguraikannya di ayat 12: "Kita (kita yang sama yaitu para rasul) tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah (yaitu Roh yang menyelidik din yang mengetahui), supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita." Sebenarnya, para rasul telah menerima dua karunia istimewa dari Allah, PERTAMA karunia keselamatan (apa yang dikaruniakan Allah kepada kita) dan KEDUA, Roh memampukan mereka untuk mengerti keselamatan anugerah-Nya.<br /><br />Paulus sendiri merupakan contoh terbaik tentang proses rangkap ini. Sambil kita membaca surat-suratnya, dia memberikan suatu uraian yang indah sekali tentang Injil kasih karunia Allah. Dia menyatakan apa yang telah Allah buat untuk orang-orang berdosa seperti kita yang tidak pantas menerima yang lain kecuali hukuman-Nya. Dia menyatakan bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya untuk mati disalib bagi dosa-dosa kita dan bangkit kembali, dan jika kita melalui iman di hati dan baptisan di depan umum maka kita turut mati bersama Dia dan bangkit kembali dengan Dia, mengalami suatu kehidupan baru di dalam Dia. Injil ajaib seperti inilah yang Paulus ungkapkan kepada kita dalam surat- suratnya. Tetapi bagaimana dia dapat mengetahui semua ini? Bagaimana dia dapat membuat uraian seluas itu tentang keselamatan? Jawabnya tentunya ialah karena PERTAMA dia sendiri sudah menerimanya. Dia mengetahui kasih karunia Allah dalam pengalamannya. KEDUA, Roh Kudus telah diberikan kepadanya untuk menafsirkan pengalamannya itu kepada dirinya. Jadi, Roh Kudus menyatakan kepadanya rencana keselamatan Allah, yang dalam surat-suratnya yang lain disebutnya sebagai 'rahasia' Allah. Roh yang menyelidik menjadi Roh yang menyatakan.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Roh Yang Mengilhamkan</span><br /><br />Kini kita tiba ke tahap ketiga: Roh yang menyatakan menjadi Roh yang mengilhamkan. "Kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh." (Ayat 13) Perhatikan bahwa di ayat 12 Paulus menulis tentang apa yang dia terima dan di ayat 13 tentang apa yang dia sampaikan. Mungkin baik bila saya mengupas alur pikirannya ini sebagai berikut: "Kami telah menerima karunia-karunia besar ini dari Allah; kami telah menerima Roh-Nya untuk menafsirkan bagi kami apa yang sudah Allah buat dan berikan untuk kami; kini, kami menyatakan apa yang sudah kami terima itu kepada orang-orang lain." Roh yang menyelidik yang sudah menyatakan rencana keselamatan dari Allah kepada para rasul, meneruskan penyampaian Injil ini melalui para rasul kepada orang-orang lain. Sama seperti halnya Roh tidak menyimpan hasil-hasil penyelidikan-Nya untuk diri-Nya sendiri, demikian pula para rasul tidak menyimpan penyataan dari-Nya itu untuk diri mereka sendiri. Tidak. Mereka mengerti bahwa mereka dipercayakan sebagai penatalayan. Mereka harus meneruskan apa yang sudah mereka terima kepada orang- orang lain.<br /><br />Lagi pula, apa yang mereka sampaikan itu berbentuk kata-kata dan kata- kata itu menurut mereka bukan berasal dari hikmat manusia tetapi diajarkan oleh Roh Kudus (ayat 13). Lihatlah di sini bagaimana Roh Kudus disinggung kembali, tetapi kali ini sebagai Roh yang mengilhamkan. Dalam ayat 13 ini tertampung pernyataan rangkap Paulus tentang 'pengilhaman verbal'. Artinya, kata-kata yang melaluinya para rasul meneruskan berita yang telah dinyatakan Roh kepada mereka, adalah kata-kata yang sama yang telah diajarkan kepada mereka oleh Roh.<br /><br />Menurut dugaan saya, penyebab mengapa ungkapan 'pengilhaman verbal' kurang disenangi orang adalah kesalahmengertian tentang artinya. Akibatnya, apa yang mereka tolak bukan arti sesungguhnya, melainkan karikaturnya. Izinkan saya menjernihkan beberapa kesalahan konsep berikut. PERTAMA, 'pengilhaman verbal' tidak berarti bahwa 'setiap kata dalam Alkitab harus dianggap benar secara harafiah'. Tidak, kita tahu benar bahwa para penulis Alkitab sering menggunakan berbagai jenis gaya tulisan, yang masing-masing harus ditafsirkan menurut peraturannya sendiri-sendiri -- sejarah sebagai sejarah, puisi sebagai puisi, perumpamaan sebagai perumpamaan, dan sebagainya. Yang diilhamkan adalah arti wajar masing-masing kata, sesuai dengan maksud pengarangnya sendiri, entah harfiah ataupun simbolik.<br /><br />KEDUA, 'pengilhaman verbal' bukan berarti dikte lisan. Kaum Muslim percaya bahwa Allah mendiktekan Quran kepada Muhammad, kata demi kata dalam bahasa Arab. Bukan begini yang dipercaya orang Kristen tentang Alkitab, sebab, sebagaimana sudah kita lihat sebelum ini dan yang kelak akan lebih saya tegaskan, Roh Kudus memperlakukan para penulis Alkitab sebagai pribadi, bukan sebagai mesin. Walaupun ada beberapa kasus perkecualian, umumnya mereka sepenuhnya menguasai seluruh kemampuan manusia mereka sementara Roh mengkomunikasikan firman-Nya melalui kata-kata mereka.<br /><br />KETIGA, 'pengilhaman verbal' tidak berarti bahwa setiap kalimat dalam Alkitab adalah firman Allah, biarpun bila dilepaskan dari konteksnya, misalnya. Tidak semua hal yang ditampung dalam Alkitab disetujui oleh Alkitab. Kisah khotbah-khotbah panjang para sahabat Ayub adalah contoh baik tentang hal ini. Pernyataan utama mereka bahwa Allah menghukum Ayub karena dosa-dosanya, sama sekali salah. Di pasal terakhir, dua kali Allah berkata, "Kamu tidak berkata benar." (Ayub 42:7-8) Jadi, kata-kata mereka tidak bisa dianggap sebagai kata-kata Allah. Ucapan- ucapan mereka diikutsertakan bukan untuk disetujui, melainkan untuk disalahkan. Firman Allah yang diilhamkan ialah yang disetujui dan ditandaskan, entah berbentuk perintah, petunjuk, atau janji.<br /><br />Yang dimaksud dengan 'pengilhaman verbal' ialah bahwa apa yang sudah dan masih dikatakan oleh Roh Kudus melalui penulis-penulis Alkitab, bila dimengerti sesuai dengan arti jelas dan wajar dari kata-kata yang tertulis itu adalah benar tanpa salah. Tak perlu kita merasa dibuat malu oleh pokok iman Kristen ini, atau merasa dipermalukan atau takut mengakuinya. Sebaliknya, doktrin ini jelas jelas masuk akal, sebab kata-kata adalah bangun dasar yang membentuk kalimat-kalimat. Kata- kata adalah sel-sel dasar yang membangun ucapan. Tidak mungkin memolakan pesan yang tepat tanpa membentuk kalimat-kalimat tepat yang terdiri dari kata-kata yang tepat pula.<br /><br />Bayangkanlah bagaimana sulitnya menyusun sebuah telegram. Katakanlah kita diberi batas hanya dua belas kata. Pada saat yang sama kita diminta untuk menyusun bukan saja pesan yang dapat dimengerti, melainkan juga pesan yang tak akan disalahmengertikan. Untuk itu kita menyusun, menyusun, dan menyusunnya ulang. Kita buang satu kata di sini dan menambah sebuah kata lagi di sana, sampai pesan kita tersusun rapi, jelas, dan memuaskan. Kata-kata sedemikian penting artinya. Setiap pengkhotbah yang ingin mengkomunikasikan pesan yang dapat dimengerti dan tak akan disalahmengertikan, tahu pentingnya kata-kata. Setiap pengkhotbah yang berhati-hati mempersiapkan khotbah-khotbahnya, memilih kata-katanya dengan teliti. Setiap penulis, entah menulis surat atau artikel atau buku, tahu bahwa kata itu penting artinya. Dengarkanlah apa yang pernah ditulis seseorang berikut ini: "Betapa agung milik manusia yang satu ini: kata-kata ... Tanpa kata, tak mungkin kita memahami hati dan pikiran sesama kita. Bila demikian, tak ada bedanya manusia dari binatang ... sebab, begitu kita ingin berpikir dan memahami sesuatu, kita selalu memikirkannya dalam kata- kata, walaupun itu tidak kita utarakan kuat-kuat; tanpa kata, segala isi pikiran kita tinggal sekadar tumpukan kerinduan dan perasaan yang gelap tak terselami dan tak terpahami bahkan oleh diri kita sendiri." Jadi, kita selalu harus membungkus pikiran-pikiran kita dalam kata- kata.<br /><br />Hal inilah sebenarnya yang dicanangkan para rasul bahwa Roh Kudus Allah yang sama yang menyelidiki kedalaman-kedalaman Allah dan yang menyatakan penyelidikan-penyelidikan-Nya itu kepada para rasul, meneruskannya melalui para rasul dalam kata-kata yang berasal dari pilihan para rasul sendiri. Roh mengutarakan kata-kata-Nya melalui kata-kata mereka, supaya kata-kata itu sekaligus merupakan kata-kata Allah dan kata-kata manusia. Inilah yang dimaksud bahwa Alkitab dikarang secara rangkap. Ini pula maksud 'pengilhaman'. Pengilhaman Alkitab bukan suatu proses mekanis. Pengilhaman sepenuhnya melibatkan Pribadi (Roh Kudus) yang berbicara melalui pribadi-pribadi (para nabi dan para rasul) sedemikian rupa sehingga secara serempak kata-kata-Nya menjadi kata-kata mereka sendiri, dan mereka menjadi kata-kata Dia.<br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Roh Yang Menerangi</span><br /><br />Kini kita tiba pada tahap kerja Roh Kudus yang keempat sebagai perantara penyataan, dan dalam tahap ini saya sebut Dia sebagai Roh yang 'menerangi'. Mari kita telusuri bersama. <br /><br />Bagaimanakah anggapan kita tentang mereka yang mendengar khotbah- khotbah rasul dan kemudian membaca surat-surat rasul? Adakah mereka dibiarkan sendiri tanpa bantuan? Haruskah mereka bergumul sekuat tenaga untuk mengerti pesan-pesan rasuli itu? Tidak! Roh yang sama yang giat bekerja di dalam diri mereka yang menulis surat-surat rasuli, giat pula di dalam diri mereka yang membaca surat tersebut. Jadi, Roh Kudus bekerja di dalam keduanya, mengilhamkan firman-Nya kepada para rasul dan menerangi para pendengar mereka. Secara tidak langsung hal ini disinggung dalam ayat 13, ayat yang rumit dan sering ditafsirkan berbeda-beda. Saya cenderung menerjemahkan, "Roh Kudus menafsirkan kebenaran-kebenaran rohani kepada mereka yang memiliki Roh." Hal memiliki Roh tidak terbatas hanya pada para penulis Alkitab. Tentu saja karya pengilhaman-Nya di dalam mereka bersifat unik; namun sebagai tambahan Roh Kudus berkarya pula dalam penafsiran.<br /><br />Ayat 14 dan 15 mengupas kebenaran ini dan menekankan segi-segi yang berbeda tajam. Ayat 14 mulai dengan menunjuk pada 'manusia duniawi', yaitu mereka yang tidak diperbaharui yakni orang non-Kristen. Sebaliknya, ayat 15 mulai dengan 'manusia rohani', yang memiliki Roh Kudus. Dengan demikian, Paulus membagi manusia ke dalam dua kategori yang terpisah tajam: 'yang duniawi' dan 'yang rohani', yaitu mereka yang memiliki kehidupan alami, atau jasmani di satu pihak dan mereka yang sudah menerima kehidupan rohani atau kehidupan kekal di lain pihak. Golongan pertama tidak memiliki Roh Kudus karena mereka belum dilahirkan kembali, tetapi Roh Kudus mendiami mereka yang telah dilahirkan-Nya baru, didiami oleh Roh Kudus, merupakan ciri orang Kristen sejati (Roma 8:9).<br /><br />Apa bedanya bila kita memiliki Roh Kudus atau tidak? Besar sekali! Terutama (walaupun ada perbedaan lainnya), dalam pengertian kita tentang kebenaran rohani. Manusia tidak rohani atau yang belum diperbaharui, yaitu yang tidak menerima Roh Kudus, tidak juga menerima perkara-perkara dari Roh Kudus karena hal itu merupakan kebodohan bagi mereka (ayat 14). Bukan saja tidak mengerti, melainkan juga tidak sanggup lagi mengerti karena sudah 'terlalu paham'. Manusia rohani di lain pihak, Kristen yang sudah dilahirkan kembali dan di dalam siapa Roh Kudus berdiam, 'menilai' (istilah Yunaninya sama dengan memahami di ayat 14) 'segala sesuatu'. Bukan berarti dia menjadi maha tahu seperti Allah, melainkan semua perkara yang dulu tidak dilihat dan dipahaminya, yaitu yang telah Allah nyatakan dalam Alkitab, kini menjadi berarti baginya. Dia mengerti apa yang dulu tidak dimengertinya walaupun karena itu dia sendiri tidak dapat dimengerti orang lain. Secara harfiah berarti 'dia tidak dipahami oleh siapa pun'. Dia menjadi semacam teka-teki, sebab ada rahasia yang dalam tentang kebenaran dan kehidupan rohaninya yang tidak masuk akal bagi orang-orang tak beriman. Sebenarnya ini tidak perlu diherankan, sebab tak seorang pun tahu pikiran Allah atau mampu mengajari Dia. Karena mereka tidak mengerti pikiran Kristus, mereka tidak mengerti kita pula walaupun kita yang telah diterangi Roh Kudus dapat berkata dengan berani, "Kami memiliki pikiran Kristus." (ayat 16) Betapa ajaib!<br /><br />Inikah pengalaman Anda? Sudahkah Alkitab menjadi suatu buku berarti bagi Anda? Seseorang pernah berkata kepada sahabatnya sesaat sesudah pertobatannya, "Jika Allah menarik kembali Alkitabnya dan menukarnya dengan yang lain, Alkitab lain itu bukan lagi barang baru baginya." Hal yang sama saya alami sendiri. Sebelum saya bertobat, saya membaca Alkitab setiap hari karena diharuskan ibu saya. Tetapi saya menghadapi banyak sekali kesulitan. Tak sedikit pun saya mengerti isinya. Tetapi ketika saya dilahirkan kembali dan Roh Kudus datang berdiam di dalam diri saya, tiba-tiba Alkitab menjadi sesuatu yang baru bagi saya. Tentu, saya tidak menganggap bahwa saya tahu segala sesuatu. Saat ini pun saya masih jauh dari mengerti segala perkara. Tetapi saya mulai mengerti hal-hal yang tadinya tidak saya mengerti. Betapa ajaibnya pengalaman ini! Anda jangan menganggap Alkitab sebagai kumpulan naskah-naskah kuno berbau apek yang harus dipajang di perpustakaan. Jangan beranggapan bahwa halaman-halaman Alkitab seumpama fosil-fosil yang harus ditempatkan di balik kaca-kaca museum. Tidak, Allah masih berbicara melalui apa yang sudah dibicarakan-Nya. Melalui teks kuno dalam Alkitab, Roh Kudus dapat berkomunikasi kembali dengan kita kini, secara segar, pribadi dan penuh kuasa. "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan (ditulis dalam bentuk waktu sekarang) Roh (melalui Alkitab) kepada jemaat jemaat." (Wahyu 2:7)<br /><br />Jika Roh Kudus pada zaman ini masih berbicara kepada kita melalui Alkitab, mungkin Anda akan bertanya, "Mengapa tidak terjadi persetujuan pendapat tentang segala sesuatu, jika selain menjadi perantara penyataan, Roh Kudus juga adalah penafsir, mengapa Dia tidak memimpin kita kepada suatu pemikiran yang sama?" Jawaban saya mungkin akan membuat Anda kaget. Sesungguhnya, Dia memungkinkan kita untuk lebih mengalami kesepakatan ketimbang tidak. Kita akan memiliki pemahaman yang sama asal saja kita mengikuti empat persyaratan berikut.<br /><br />PERTAMA, kita harus menerima otoritas mutlak Alkitab dan bersungguh hati tunduk kepadanya. Di antara mereka yang bersikap seperti ini terciptalah sejumlah konsensus Kristen yang berarti. Perbedaan besar dan menyakitkan yang ada, misalnya antara Gereja Roma Katholik dan Gereja-gereja Protestan, terutama terjadi karena yang pertama terus saja enggan menyatakan bahwa Alkitab memiliki otoritas mutlak melampaui tradisi gereja. Posisi resmi Gereja Roma (walaupun sudah diubah namun tidak cukup memadai oleh Konsili Vatikan kedua), masih menegaskan bahwa 'baik Tradisi Suci dan Kitab Suci harus diterima dan dihornytti dengan sikap ibadah dan khidmat yang sama'. Gereja-gereja Protestan tidak menyangkal pentingnya tradisi, dan sebagian dari kita sangat menghormatinya, sebab Roh Kudus sudah sejak generasi-generasi yang lampau mengajar, dan Dia bukan baru saja mengajarkan kebenaran kepada kita. Namun bila di antara keduanya terjadi benturan, kita harus mengizinkan Alkitab untuk membentuk ulang tradisi, sama seperti yang Yesus tegaskan terhadap tradisi orang Yahudi (Markus 7:1-13). Jika Gereja Roma Katholik memiliki keberanian untuk menolak tradisi- tradisi yang tidak alkitabiah (misalnya, dogma mereka tentang ketidakberdosaan Maria dan pengangkatan Maria ke Surga), kemajuan cepat akan tercapai ke arah persetujuan di bawah firman Allah.<br /><br />KEDUA, kita harus ingat hal yang sudah kita bahas sebelum ini bahwa maksud utama Alkitab ialah memberi kesaksian kepada Kristus, Sang Juruselamat sempurna bagi orang-orang berdosa. Ketika para perintis Reformasi di abad keenam belas menekankan pentingnya kejelasan Alkitab dicapai dengan menerjemahkannya agar orang biasa dapat membacanya sendiri, mereka sebenarnya sedang menunjuk pada jalan keselamatan. Mereka tidak menyangkal bahwa Alkitab mengandung 'hal-hal yang sukar dipahami' (komentar Petrus tentang surat-surat Paulus di 2Petrus 3:16); apa yang mati-matian mereka tegaskan ialah bahwa kebenaran- kebenaran hakiki untuk keselamatan, dapat dimengerti oleh semua orang dengan jelas.<br /><br />KETIGA, kita harus menerapkan prinsip-prinsip penafsiran yang sehat. Tentu mudah sekali memutarbalikkan Alkitab sesuka keinginan kita mengertinya. Tetapi tugas kita ialah menafsirkan, bukan memutarbalikkan Alkitab. Yang terutama harus kita cari ialah arti asal dan arti wajar Alkitab sesuai dengan maksud penulisnya. Mungkin bisa harfiah bisa pula kiasan, lagi-lagi tergantung niat penulisnya. Apa yang kita sebut tadi ialah prinsip historis dan prinsip kesederhanaan. Bila keduanya diterapkan secara lurus dan ketat, maka Alkitab akan mengontrol kita, bukan kita mengontrol Alkitab. Akibatnya, wilayah- wilayah tentang mana kita bersepakat akan bertambah luas.<br /><br />KEEMPAT, kita harus mendatangi teks Alkitab dengan kesadaran tentang adanya prasangka-prasangka budaya kita dan kesediaan untuk mengizinkan prasangka tadi ditantang dan diubah. Jika kita datang kepada Alkitab dengan sikap angkuh dan menganggap semua pemahaman iman dan kebiasaan yang kita warisi benar adanya, tentu saja di dalam Alkitab hanya akan kita temukan hal-hal yang memang ingin kita temukan, yaitu dukungan untuk status quo kita. Selain itu, kita pun akan berada dalam pertentangan tajam dengan orang lain yang datang kepada Alkitab dari latar belakang dan keyakinan yang berbeda, namun ternyata mendapatkan 'dukungan' Alkitab untuk pandangan mereka. Mungkin tak ada penyebab lebih lazim timbulnya pertentangan daripada faktor tadi. Hanya jika kita cukup berani dan rendah hati, mengizinkan Roh Allah melalui firman. Allah mempertanyakan secara radikal pandangan-pandangan yang paling kita sayangi, baru kita akan mendapatkan keesaan dan pengertian yang segar.<br /><br />Pemahaman rohani yang dijanjikan Roh Kudus tidak bertentangan dengan keempat syarat ini, tetapi syarat-syarat ini merupakan pengandaian yang harus kita terima dan penuhi lebih dulu.<br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Kesimpulan</span><br /><br />Kita telah menyelidiki tentang Roh Kudus dalam empat peran: Roh yang menyelidik, Roh yang menyatakan, Roh yang mengilhamkan, dan Roh yang menerangi. Inilah keempat tahap pelayanan Roh Kudus mengajar umat-Nya. PERTAMA, Dia menyelidiki kedalaman Allah dan pikiran Allah. KEDUA, Dia menyatakan penyelidikan-Nya itu kepada para rasul. KETIGA, Dia menyampaikan apa yang telah dinyatakan-Nya kepada para rasul melalui para rasul dengan kata-kata yang disediakan-Nya sendiri. KEEMPAT, Dia menerangi pikiran para pendengar agar mereka dapat memahami apa yang sudah dinyatakan kepada dan melalui para rasul, dan masih melanjutkan karya iluminasi-Nya ini bagi mereka yang ingin menerimanya sampai saat ini. <br /><br />Dua pelajaran singkat sederhana akan mengakhiri pembahasan ini. Yang PERTAMA menyangkut pandangan kita tentang Roh Kudus. Sekarang ini Pribadi dan karya Roh Kudus banyak diperbincangkan orang. Bagian Alkitab kita ini hanya salah satu dari banyak bagian Alkitab lainnya tentang Roh Kudus. Tetapi izinkan saya bertanya kepada Anda, "Adakah tempat dalam doktrin Anda tentang Roh Kudus untuk bagian ini?" Yesus menyebut-Nya 'Roh Kebenaran'. Berarti kebenaran penting bagi Roh Kudus. Ya, saya tahu bahwa Dia juga adalah Roh kekudusan, Roh kasih dan Roh kuasa, tetapi apakah Dia merupakan Roh Kebenaran untuk Anda? Menurut ayat-ayat yang sudah kita pelajari, Dia sangat mementingkan kebenaran. Dia menyelidikinya, menyatakannya, mengkomunikasikannya, dan menerangi pikiran kita agar mampu mengertinya. Sahabat, jangan sekali-kali meremehkan kebenaran! Jika Anda lakukan itu, Anda mendukai Roh Kudus kebenaran. Bagian ini seharusnya membawa dampak nyata pada pandangan kita tentang Roh Kudus.<br /><br />KEDUA, kebutuhan kita akan Roh Kudus. Inginkah Anda bertumbuh dalam pengenalan Anda tentang hikmat Allah dan rencana menyeluruh-Nya menjadikan kita serupa Kristus dalam kemuliaan-Nya kelak? Tentu ingin, seperti halnya saya juga. Berarti kita butuh Roh Kudus, Roh kebenaran, untuk menerangi pikiran kita. Untuk itu kita perlu dilahirkan kembali. Kadang-kadang terpikir oleh saya, mengapa sementara teolog sekuler mengeluarkan ucapan-ucapan dan tulisan-tulisan serendah nilai sampah (yang saya maksudkan, misalnya ialah penolakan mereka akan kepribadian Allah dan Keilahian Yesus) adalah karena mereka belum dilahirkan kembali. Mungkin saja seseorang menjadi teolog tanpa dilahirkan kembali. Inikah sebabnya mereka tidak memahami kebenaran-kebenaran ajaib dalam Alkitab? Alkitab dapat dipahami secara rohani. Karena itu kita perlu datang kepada Alkitab dengan rendah hati, hormat, dan penuh harap. Kita perlu mengakui bahwa kebenaran-kebenaran yang dinyatakan di dalam Alkitab masih terkunci dan termeterai sampai Roh kudus membukakannya bagi kita dan membukakan pikiran kita untuk kebenaran tersebut. Allah menyembunyikan kebenaran-Nya dari orang berhikmat dan orang pandai, dan menyatakannya kepada 'bayi-bayi', yaitu mereka yang dengan rendah hati dan hormat datang kepada-Nya. Jadi, sebelum kita, para pengkhotbah, membuat persiapan; sebelum warga jemaat mendengarkan, sebelum seseorang atau sekelompok orang mulai membaca Alkitab dalam masing-masing situasi ini, kita harus berdoa agar Roh Kudus memberikan penerangan-Nya: "Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu." (Mazmur 119:18) Maka pasti Dia akan melakukannya.Bobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-35333323162712955332009-01-15T19:59:00.001+07:002009-01-15T20:03:00.755+07:00Filsafat sebagai Pendidikan PolitikNIETZSCHE membayangkan filsafat sebagai praktik membentuk kehidupan--sebagai perjuangan dan kegagalan serta gelombang-pasang energi ekstatik--yang mengubahnya dari malaise idealisme melalui ribuan malam-malam gelap menuju pencapaian kesehatan yang bersemangat.<br /><br />Senada dengan Nietzsche, Gramsci pernah mengatakan bahwa 'filsafat yang sejati bukan merupakan cabang kajian yang terisolasi, tetapi dalam dirinya sendiri mengandung seluruh anasir fundamental yang dibutuhkan untuk mengonstruksi konsepsi tentang dunia yang total dan integral dan segala hal yang dibutuhkan untuk mewujudkan organisasi masyarakat politik yang integral dalam kehidupan manusia'. (Gramsci, "Selections from Prison Notebooks", 1933). Oleh karenanya, politik Gramsci mengarahkan dia pada filsafat, dan filsafatnya sepenuhnya bersifat politis. Dengan kata lain, Gramsci melihat filsafat sebagai pendidikan politik, dan politik sebagai arena untuk menerapkan pengetahuan filosofis.<br /><br />Gramsci sepenuh hati sepakat dengan Sartre bahwa apa yang dibutuhkan adalah 'sebuah teori yang meletakkan pengetahuan di dalam dunia-- dan yang menentukannya dalam negativitasnya. Dan harus dipahami bahwa mengetahui bukanlah pengetahuan tentang ide-ide, tetapi pengetahuan praktis tentang segala hal'. (Sartre, "Search for a Method", 1963).<br /><br />**<br /><br />GAGASAN mengenai kaitan antara filsafat dan politik sebenarnya sudah bisa ditemukan dalam pemikiran Plato yang memahami filsafat dan politik dalam terma-terma yang sama; tujuannya adalah untuk merasionalisasikan tatanan politik menurut hasil-hasil permenungan filosofis dan untuk melembagakan pencarian pengetahuan filosofis sebagai prinsip utama tatanan politik. Pemikiran ini juga dilanjutkan oleh Aristoteles yang memandang politik sepenuhnya sebagai praksis, yang banyak bergantung pada kebiasaan-kebiasaan yang baik dan pemikiran yang jernih.<br /><br />Pemikiran ini kemudian dilanjutkan oleh Karl Marx yang memandang bahwa seluruh filsafat sejati bersifat autodidak: manusia yang bekerja, berproduksi, dan berpikir adalah pendidikan bagi diri mereka sendiri melalui berbagai praksis yang mereka lakukan. Marx memandang bahwa praksis individu berada dalam hubungan dialektis dengan sejarah: melalui praksis, manusia secara kolektif menciptakan sejarah mereka, yang kemudian membatasi dan mensyaratkan praksis.<br /><br />Persoalan filsafat dan pendidikan, dalam pemikiran Marx, kadang-kadang direduksi menjadi persoalan-persoalan instrumental yang bisa dipecahkan melalui rasionalitas teknis dan organisasional, dan 'sekolah buruh' dilengkapi dengan konsepsi-konsepsi mengenai pendidikan proletarian yang hingga tingkat tertentu bersandar pada 'para pendidik luar'. Setidaknya ada dua konsepsi Marx yang terkenal menyangkut persoalan ini.<br /><br />Yang pertama, mungkin bisa disebut dengan therapeutic image, karena peran pendidik di sini adalah bertindak sebagai semacam terapis tidak langsung yang, dalam membangunkan dunia dari mimpi-mimpinya, hanya memfasilitasi, tetapi tidak memaksakan praktis baru yang lebih tepat. Yang kedua disebut directive image di mana kaum intelektual borjuis yang memainkan peran aktif dan edukatif berusaha membangkitkan kesadaran kritis di kalangan kaum proletariat.<br /><br />Dalam kondisi seperti ini, jelas bahwa peran filsafat sangat penting untuk memunculkan kesadaran yang lebih mendalam tentang realitas kehidupan yang kita hadapi. Selama ini, bangsa kita terjebak dalam pola-pikir--meminjam istilah Jameson--depthlessness sebagai akibat dari terlalu silaunya kita dengan penampakan dan bentuk, tetapi sering mengabaikan substansi dan hakikat sesuatu. Oleh karenanya, ada baiknya kita merenungkan kembali gagasan-gagsan dari para pemikir di atas perihal filsafat sebagai pendidikan politik, mengingat politik tanpa dilandasi pemikiran yang jernih dan permenungan mendalam tentang realitas kehidupan yang kita hadapi hanya akan melahirkan kebijakan-kebijakan yang jauh dari memperhatikan aspirasi dan kepentingan rakyat.<br /><br />Ketika Gramsci--dengan mengutip Sartre--menyatakan bahwa knowing is not knowing of ideas but a practical knowing of things. Setidaknya di sini terdapat tiga konsep kunci mengenai manusia, pengetahuan, dan dunia. Mengatakan bahwa manusia adalah ansambel hubungan-hubungan sosial bukan berarti menindas kategori subjek konkret atau pribadi. Intinya adalah memahami subjek konkret yang 'mengetahui, berkehendak, menghormati, dan menciptakan' melalui 'hubungan-hubungan aktif' dengan subjek-subjek konkret lainnya dan dunia. Gramsci menekankan bahwa di antara hubungan-hubungan ini, individualitas mungkin adalah yang paling penting. Ini memberinya basis ontologis untuk memandang kebebasan manusia sebagai tergantung baik pada individualitas maupun pada kolektivitas yang ditempatkan secara tepat.<br /><br />Di sini kita melihat bahwa manusia sebagai individu memiliki kemerdekaan untuk melakukan apa saja, tetapi di sisi lain, ia pun harus mempertimbangkan posisinya di antara individu-individu lain yang juga memiliki hak sama. Dengan demikian, penempatan secara proporsional individualitas dan kolektivitas akan melahirkan kehidupan sosial yang lebih mengedepankan asas keadilan dan kerja sama dengan tidak mengorbankan orang lain secara semena-semena.<br /><br />Manusia juga memasuki hubungan dengan dunia alami secara aktif, dengan cara bekerja dan teknik. Bagi Gramsci, dunia ini tidak riil secara objektif, tetapi secara aktif dimunculkan oleh subjek-subjek manusia. Pada saat yang sama, kategori mengenai 'dunia' tidak selalu identik dengan kategori tentang objektifikasi manusia; Gramsci tidak menyangkal eksistensi realitas material yang independen, atau apa yang disebut Marx sebagai natural substratum. Apropriasi terhadap dunia dalam objektifikasi manusia adalah proses mediasi kompleks yang dibimbing oleh kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan manusia.<br /><br />Manusia mengetahui fenomena bukan melalui pilihan semena-mena, tetapi sebagai 'kualitas-kualitas' yang telah diisolasi sebagai akibat dari kepentingan-kepentingan praktisnya dan kepentingan-kepentingan ilmiahnya. Gramsci memandang kepentingan-kepentingan ini bukan sebagai entitas-entitas yang terpisah secara analitis, tetapi sebagai aspek-aspek yang saling menembus (interprenetrating aspects) dari nexus subjek dan dunia yang terpadu.<br /><br />Oleh karenanya, gambaran umum tentang kehidupan manusia yang muncul dalam reaopropriasi Gramsci terhadap Marx adalah bahwa individu-individu konkret secara aktif mentransformasikan dunia alami dalam sebuah proses kolektif kerja sosial yang dibimbing oleh kepentingan-kepentingan praktis dan ilmiah bersama. Manusia adalah pembentuk, sekaligus dibentuk oleh, dunia.<br /><br />Dari pembedaan kepentingan ini, Gramsci kemudian mengklasifikasikan kaum intelektual menjadi dua kelompok. Yang pertama adalah intelektual tradisional semacam guru, ulama, dan para administrator yang secara terus-menerus melakukan hal yang sama dari generasi ke generasi, yang sebagian besar (atau seluruh kerjanya) didasarkan pada kepentingan ilmiah; dan kedua adalah intelektual organik, yang dipandang Gramsci sebagai kalangan yang berhubungan langsung dengan kelas atau perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan mereka untuk berbagai kepentingan, serta untuk memperbesar kekuasaan dan kontrol. Intelektual organik inilah yang kemudian membawa angin perubahan dalam masyarakat karena mereka bekerja berdasarkan kepentingan praktis. Dan ke arah mana perubahan itu--perbaikan dan keruntuhan--banyak tergantung pada para politisi dan/atau pengusaha yang menggunakan jasa intelektual untuk kepentingannya, selain otonomi atau kemandirian seorang intelektual untuk menerima atau menolak 'pesanan' tertentu.<br /><br />**<br /><br />UPAYA untuk mengaitkan filsafat dengan politik dan transformasi sosial dalam masyarakat juga terdapat dalam pemikiran tokoh-tokoh teori kritis yang, menurut Theodor Adorno dan Max Horkheimer dalam Dialectic of Enlightenment (1972), membedakan dirinya dari teori 'tradisional' dengan mengklaim sebagai teori yang memiliki 'maksud praktis'. Dalam hal ini, teori kritis menemukan inspirasinya dalam "Theses on Feurbach" kesebelas-nya Marx yang terkenal: Selama ini, para filsuf hanya menginterpretasikan dunia, dengan beragam cara; padahal yang lebih penting adalah bagaimana mengubah-nya.<br /><br />Teori kritis merupakan kritik terhadap kapitalisme, apropriasinya atas nilai-nilai kolektif, dan komodifikasinya atas segala aspek masyarakat modern. Ia memberikan pemahaman yang lebih baik atas kondisi-kondisi sosial sekarang, bagaimana kondisi-kondisi ini berubah, bagaimana kondisi-kondisi ini ditransformasikan, bagaimana kondisi-kondisi ini berinteraksi satu sama lain, hukum-hukum apa yang mengatur transformasi mereka, dan bagaimana kondisi-kondisi itu mempertahankan keabsahannya. Tugas yang kompleks ini dicapai melalui pendekatan multi-disiplin yang memadukan berbagai perspektif yang berasal dari banyak bidang kajian yang berbeda. Bidang-bidang ini termasuk kajian ekonomi, sejarah, filsafat, politik, psikologi, dan sosiologi. Namun, tidak berarti bahwa teori kritis hanya terbatas pada bidang-bidang ini. Bertentangan dengan kepercayaan banyak ilmuwan, teori kritis pada hakikatnya bersifat swa-refleksif dan dikendalikan nilai. Tujuan akhir dari teori kritis adalah mentransformasikan masyarakat sekarang menjadi masyarakat yang adil, rasional, manusiawi, dan damai. Teori kritis memiliki beberapa tugas mendasar, tetapi tidak terbatas hanya pada tugas-tugas ini, yang sama pentingnya dalam situasi historis sekarang. Sebagian tugas dari teori kritis antara lain:<br /><br />* Mempromosikan pendidikan yang diversified bagi seluruh individu dengan maksud untuk menghindarkan mereka dari spesialisasi yang berlebihan. Ini akan menciptakan individu-individu dengan fakultas-fakultas mental yang kuat yang akan mampu berpikir secara kritis mengenai kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari.<br />* Menciptakan keseimbangan sosial antara otonomi personal individu dan solidaritas universal kolektif.<br />* Mempromosikan revolusi melawan segala bentuk fasisme dan nasionalisme buta.<br />* Mempromosikan revolusi melawan segala bentuk diskriminasi, termasuk diskriminasi yang berdasarkan jenis kelamin, orientasi seksual, ras, dan kepercayaan agama, dan<br />* Mempertahankan nilai-nilai moral yang baik yang mempromosikan solidaritas dan membantu menciptakan sebuah masyarakat yang adil, manusiawi, rasional, dan damai.<br /><br />**<br /><br />SEBAGAI penutup, saya akan mengutip pandangan Paulo Freire mengenai pentingnya pendidikan sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran politik, dengan harapan kita bisa bercermin dari pemikiran-pemikiran ini guna memperbaiki baik sistem pendidikan kita maupun tatanan politik bangsa kita menuju bangsa yang lebih berkeadilan dan demokratis.<br /><br />Seperti ditulis oleh Peter L. Berger dalam "Pyramids of Sacrifice" (1974), pada permulaan tahun 1960-an, sebelum kaum militer melancarkan kudeta, Paulo Freire dan teman-teman sekerjanya melakukan percobaan dengan sebuah metode baru dalam pendidikan membaca dan menulis di kawasan Timur Laut Brazil. Gagasan dasar dalam pendekatan baru tersebut sederhana: Mengajar membaca dan menulis bukanlah kegiatan yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari kegiatan lebih besar untuk memperluas cakrawala dari orang-orang yang sebelumnya buta huruf. Salah satu segi yag penting dari kegiatan ini bersifat politis. Orang-orang buta huruf itu belajar membaca dan menulis melalui pembahasan berbagai topik--yang disebut Freire sebagai generative themes--yang menyangkut kehidupan sosial yang mereka alami sehari-hari. Bagi kaum proletar yang menjalani proses pemiskinan di kawasan Timur Laut tersebut, hal ini terutama berarti perampasan, pengisapan, dan penindasan. Tujuan pendidikan adalah menggabungkan 'alfabetisasi' dengan kesengajaan menanamkan kesadaran tentang fakta-fakta penindasan, dan juga pemahaman atas semua kekuatan (ekonomi, politik, struktur sosial) yang dianggap sebagai penyebab timbulnya fakta-fakta penindasan ini. Namun, Freire terutama berkepentingan untuk memupuk perkembangan kesadaran politik tersebut ketimbang pemberantasan buta huruf itu sendiri. Jadi, pada intinya, metodenya adalah metode pendidikan politik--lebih tepat, metode pendidikan untuk aktivitas politik.<br /><br />Tujuan yang pada intinya politis inilah, lebih daripada pembahasan, pembaruan teknis dalam pendidikan membaca dan menulis, yang menimbulkan minat terhadap metode Freire di seluruh dunia. Ia menyebut metodenya sebagai concientizacao--secara harfiah berarti 'menyadarkan'. Istilah itu menjadi terkenal di dunia internasional--sebagai concientizacion di Amerika Latin yang berbahasa Spanyol, sebagai Bewusstmachung di kalangan kiri Jerman, dan sebagai consciousness raising di Amerika Serikat. Dalam pemakaian istilah itu yang biasa sekarang ini, kaitan pendidikannya yang asli dikesampingkan. Namun, 'peningkatan kesadaran' dipandang sebagai metode untuk mengajar kelompok tertindas apa pun juga agar memahami kondisinya dan (dan kesatuan antara teori dan praksis) untuk menggiatkan mereka secara politis demi mengubah kondisi mereka secara revolusioner.<br /><br />"Pedagogy of the Oppressed"-nya (1970) Freire juga memusatkan perhatian pada a transformed consciousness semacam ini, tetapi ia didedikasikan untuk pemberdayaan kaum tertindas (para petani miskin di Amerika Tengah) melalui berbagai macam metode, termasuk self-directed dan pendidikan yang tepat. Ia juga merujuk pada kesadaran palsu dari para penindas, dan menekankan kebutuhan untuk mengarahkan penindas agar mau melihat bagaimana 'reifikasi' telah mengakibatkan dehumanisasi baik terhadap penindas maupun yang ditindas. Konsen utama Freire terletak pada upaya transformasi sosial para oligarki politis masyarakat Amerika Latin dengan memberi pendidikan baik kepada penindas maupun yang ditindas melalui swa-refleksi kritis (conscientisation) mengenai situasi sosial-politik yang mereka hadapi untuk kemudian mengubahnya menjadi situasi yang lebih baik, lebih adil, dan lebih manusiawi. (Oleh CHUSNUL MURTAFIIN).Bobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-37890606507566758422009-01-15T19:41:00.003+07:002009-01-15T19:58:56.448+07:00Liberalisme dan Perjumpaan Antariman<span style="font-weight:bold;">Fondasionalisme dalam Liberalisme dan Konservatisme</span><br /><br />Isu besar Jurnal Penuntun edisi ini adalah perjumpaan antariman dalam bingkai benturan konservatisme dan liberalisme. Tema ini menarik dan malah belakangan makin menggeser gencarnya perdebatan kedua kutub dalam isu perjumpaan iman dan ilmu pengetahuan. Akan tetapi, gagasan utama saya dalam soal besar ini adalah bahwa sebenarnya benturan yang terjadi antara konservatisme dan liberalisme pada hakikatnya bersifat semu saja. Tak lain hal ini disebabkan karena sementara satu sama lain mengklaim diri paling absah, dari dalam sangkar mereka masing-masing, keduanya sebenarnya berada di dalam sebuah sangkar yang sama yang jauh lebih besar. Singkatnya, baik konservatisme maupun liberalisme sama-sama terjatuh pada kesalahan yang sama. Sangkar besar itu oleh banyak filsuf ilmu pengetahuan disebut fondasionalisme.<br /><br />Tak bisa dipungkiri bahwa Rene Descartes (1596-1650) adalah orang pertama yang meletakkan dasar bagi fondasionalisme dalam teologi modern, yang akhirnya melambari seluruh pemikiran konservatisme dan liberalisme. Dengan fondasionalisme yang dimaksud adalah sebuah teori pengetahuan yang, dengan memakai metafora bangunan, memahami bahwa setiap keyakinan berdasarkan sebuah fondasi yang tidak terganggu gugat lagi. Singkatnya, musti ada sebuah titik aksiomatis yang tidak sirkular sifatnya, yang tidak memerlukan pembenaran lagi, namun yang melandasi seluruh bangunan pemikiran di atasnya. Kebenaran (truth) dengan demikian muncul jika terjadi persesuaian antara sebuah gagasan dengan fondasi di bawahnya (Adiprasetya 2002: 16-19; Murphy 1996).<br /><br />Berkenaan dengan perseteruan konservatisme dan liberalisme, maka sementara yang pertama menempatkan Kitab Suci (scripture) sebagai dasar pijakan teologis, yang kedua mengambil pengalaman manusiawi (human experience) sebagai fondasinya. Nancey Murphy dengan cemerlang kemudian melebarkan perbedaan bentuk fondasionalisme kedua kubu dengan menunjukkan implikasinya pada persoalan epistemologi, pemahaman mengenai bahasa, serta pemahaman mengenai karya ilahi. Untuk meringkasnya, saya berhutang pada tabel yang dibuatnya (Murphy 1996: 80).<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Pengetahuan<span style="font-style:italic;"></span></span>. Dalam hal pengetahuan, dengan meminjam pemikiran Wallace Matson, Murphy menunjukkan bahwa epistemologi liberal bersifat inside-out (dari dalam ke luar), yaitu ketika karakter internal manusia menjadi fondasi bagi kebenaran yang diperjuangkannya. Schleiermacher, bapak liberalisme modern, menyatakan hal ini dengan jelas ketika ia menulis, “There is an inner experience to which they may all be traced, they rest upon a given, and apart from this they could not have arisen by deduction or synthesis from universally recognized propositions” (Schleiermacher 1960: 67). Pengalaman batin (inner experience) itulah yang menjadi fondasi (”a given”) bagi keyakinan iman. Sebaliknya, konservatisme secara epistemologis bersifat outide-in, dari luar ke dalam, yaitu ketika Kitab Suci yang diberikan dari luar, dari Allah, menjadi sumber otoritas bagi keyakinan dan pemahaman kristiani.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Bahasa<span style="font-style:italic;"></span></span>. Penekanan yang kuat pada Kitab Suci sebagai fondasi membuat kaum konservatif tidak bisa tidak memahami bahasa religius dalam pengertian yang proporsionalistis. Apa yang dimaksud di sini adalah bahwa bahasa (teologis, biblis atau dogmatis) bertugas untuk merepresentasi kenyataan, menggambarkan secara objektif apa yang Allah lakukan bagi manusia dan dunia. Maka, bahasa apa pun yang muncul harus berkesesuaian dengan fondasi yang diakui, yaitu Kitab Suci. Sebaliknya, kaum liberal memahami bahasa religius harus bersifat ekspresif, yaitu mengungkapkan secara kreatif pengalaman manusia bersama Tuhannya.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Tindakan Allah<span style="font-style:italic;"></span></span>. Kaum konservatif mengakui keterlibatan Allah dalam kosmos sebagai sebuah intervensi eksternal. Allah bisa saja “melanggar” hukum alam demi tujuan-tujuan khusus. Akan tetapi tujuan intervensi Allah tentap saja tercatat dalam Kitab Suci sebagai fondasi iman. Kisah inkarnasi Yesus menjadi contoh par excellent di sini. Sebaliknya, kaum liberal melihat tindakan Allah dalam dunia secara imanen, selalui jalannya sejarah dunia yang teratur.<br /><br />Survei ringkas di atas sebenarnya dimaksudkan penulis untuk menunjukkan bahwa sekalipun keduanya berhadapan secara frontal, namun tetap dalam ruang yang sama: fondasionalisme. Keduanya tidak dapat keluar dari fondasi yang melambarui seluruh bangunan teologisnya. Fondasi itu, meminjam istilah para pemikir postmodern, telah menjadi Kisah Agung yang memaksa seluruh kisah-kisah kecil takluk padanya.<br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Fondasionalisme dalam Teologi Agama-agama.</span><br /><br />Kini saatnya kita melihat bagaimana kedua kubu ini berbicara soal kenyataan pluralitas agama-agama. Saya tetap akan mempergunakan skematisasi kasar yang pernah dibuat oleh Alan Race, ketika ia membedakan adanya tiga model utama teologi agama-agama sepanjang sejarah kekristenan: eksklusivime, inklusivisme dan pluralisme (Race 1983; Adiprasetya 2002: 47-88). Dengan segera kita bisa melihat bahwa secara umum konservatisme tearah pada teologi agama-agama yang lebih eksklusivistis sifatnya, sedang liberalisme mengambil posisi pluralistis. Sementara kajian khusus mengenai inklusivisme akan diberikan belakangan, kali ini saya akan mempergunakan pembedaan yang diberikan Murphy di atas dan sedapat mungkin memperjelasnya dalam perdebatan antara eksklusivisme dan pluralisme (dan nantinya tentu inklusivisme juga).<br /><br />Eksklusivisme secara mendasar menegaskan bahwa karena Kitab Suci menegaskan keunikan dan finalitas Yesus Kristus (Yoh. 14:6; Kis. 4:12). Tugas teologi kristen kemudian adalah mendeskripsikan secara proporsional berita keselamatan secara sistematis. Dan inilah tugas dogmatika kristen yang berujung pada misi. Bagi mereka, jawaban apa pun yang diberikan oleh agama-agama lain tidak memadai untuk membawa manusia pada keselamatan. Kristus secara unik merupakan bukti intervensi Allah ke dalam sejarah manusia yang diwarnai dengan dosa dan kejahatan.<br /><br />Di lain pihak, pluralisme yang dianut oleh sebagian besar kaum liberal menekankan pentingnya pengalaman religius (religious experience) manusia; pengalaman religius yang batiniah itu absah pada dirinya sendiri dan kemudian terungkapkan lewat keberagamaan seseorang. Karena itu, kepelbagaian agama yang secara real dijumpai sesungguhnya hanyalah ekspresi dari The Ultimate yang sama, entah hendak disebut dengan nama apapun. One God many names. Jika dalam eksklusivisme Kristus menjadi fondasi keselamatan umat manusia, maka dalam pluralisme Allahlah yang menjadi fondasi; dan karenanya mereka berwatak teosentris. Imanentisme yang lazim dipahami oleh liberalisme juga sedikit banyak muncul dalam pluralisme, ketika hendak dikatakan bahwa Allah pun bekerja secara langsung di dalam agama-agama lain di luar kekristenan.<br /><br />Inklusivisme secara umum merupakan usaha menerobos keterkungkungan iman kristen dari agama-agama lain, sambil tetap mengakui keunikan dan finalitas Yesus Kristus. Dengan Karl Rahner sebagai maestronya, kelompok inklusivis memahami bahwa karya Kristus juga berlangsung di dalam agama-agama lain, sekalipun tidak disadari sama sekali. Jadi, Kristus tetaplah final dan satu-satunya. Maka, sekalipun inklusivisme sepintas bersifat terbuka pada karya Allah dalam agama-agama lain, ia tetap dapat dipandang sebagai varian lain dari eksklusivisme.<br /><br />Jadi, terlepas dari sengitnya perdebatan teologis antar pendukung ketiga model di atas - eksklusivisme, inklusivisme dan pluralisme - ketiganya sebenarnya sepakat pada satu hal yang sama: adanya satu fondasi tunggal yang menjadi prinsip keyakinan. Jika pada eksklusivisme dan inklusivisme, fondasi tunggal itu adalah Kristus, maka pada pluralisme ia adalah Allah. Singkatnya, ketiga model di atas sebenarnya merupakan “anak asuh” dari induk yang sama: fondasionalisme. Dengan cara berbeda, bisa juga dikatakan bahwa perbedaan ketiga model tersebut hanya terletak pada pilihan: satu jalan atau banyak jalan. Namun ketiganya tetap mengakui hanya ada satu tujuan akhir saja (Heim 1995).<br /><br />Lalu, adakah pilihan keempat? Atau tepatnya, adakah pilihan kedua, sebuah teologi agama-agama yang non-fondasionalistis? Banyak usulan sebenarnya mulai diperdengarkan, mulai dari Mark Heim, David Tracy, hingga para pemikir postliberal. Secara khusus paper ini akan membahas usulan yang diajukan oleh kelompok postliberal, sebagaimana yang secara signifikan diajukan oleh George Lindbeck.<br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Postliberalisme sebagai Jalan Ketiga: Partikularisme dan Intratekstualitas.</span><br /><br />Istilah postliberalisme sebenarnya bisa menunjuk siapa saja, yang pada prinsip berusaha menggeliat dari pemikiran liberalisme. Misalnya, sudah sejak 1962, Kenneth Cauthen memunculkan istilah ini untuk menunjuk pada teolog-teolog yang secara kategoris tidak mudah dikelompokkan pada pemikiran liberal, seperti Paul Tillich, Niebuhr bersaudara, Karl Barth dan sebagainya (Cauthen 1962). Namun apa yang dimaksud oleh Cauthen dengan postliberalisme di sini sebenarnya hanya merupakan variasi atau juga penerusan ide dari liberalisme yang diawali oleh Schleiermacher. Atau dalam kalimatnya sendiri,<br /><br />… Neo-ortodoksi, yang berada di pusat teologi post-liberal, merupakan sebuah perkembangan di dalam arus utama pemikiran Protestan modern yang sudah bereaksi secara tajam atas fitur-fitur fundamental tertentu dari tahap liberal gerakan ini sekaligus memelihara hal-hal lainnya. Harus dikatakan bahwa neo-ortodoksi merupakan sebuah fase baru dalam tradisi tersebut yang dimulai sejak Schleiermacher … Jadi, di satu sisi, neo-ortodoksi merupakan sebuah penolakan atas liberalisme … Di sisi lain, neo-ortodoksi merupakan sebuah kelanjutan dari liberalisme baik di dalam metode dan isi yang bergantung pada pemahaman liberal (Cauthen 1962: 254-255).<br /><br />Jelasnya, bagi Cauthen, post-liberalisme disamakan dengan neo-ortodoksi dan gerakan ini tidak secara tegas menjadi lawan dari liberalisme, jika tidak malah menjadi penerusnya. Awalan post- di sini kemudian dipahami sebagai kelanjutan.<br /><br />Akan tetapi apa yang dimaksud dengan postliberalisme dalam paper ini justru menunjuk pada sebuah gerakan lain yang menjadikan awalan post- bukan sebagai kelanjutan dari, namun lebih sebagai kritik atas, liberalisme; sembari tentu juga kritik atas konservatisme. Pada arah yang lebih filosofis menjadi jelas kiranya bahwa postliberalisme berjalan beriring dengan postmodernisme yang juga menjadi kritik frontal atas modernisme.<br /><br />Postliberalisme sebagai sebuah arus pemikiran banyak dikaitkan dengan mazhab Yale, dari mana sebagian besar pemikirnya berasal dan berkarya. Gary Dorrien memaparkan muasal postliberalisme dengan menyebutkan nama dua teolog asal Yale sebagai pencetusnya, Hans Frei dan George Lindbeck (Dorrien 2001). Kemudian bersama dengan mereka berdua, pemikiran postliberal diteruskan oleh kolega-kolega mereka, seperti James J. Buckley, J. A. DiNoia, Garrett Green, Stanley Hauerwas, George Hunsinger, Bruce D. Marshall, William Placher, George Stroup, Ronald Thiemann dan David Yeago. Di samping mereka, berbagai teolog dari berbagai latar belakang ikut memperkuat basis pemikiran postliberal, seperti: pemikir injili-ekumenis Stanley Grenz dan Gabriel Fackre, teolog Baptis James William McClendon Jr. serta Rowan Williams dan David Ford dari Inggris.<br /><br />Buku Frei, The Eclipse of Biblical Narrative (1974) yang muncul tepat sepuluh tahun sebelum buku monumental George Lindbeck, The Nature of Doctrine (1984), mengamati bahwa pendekatan kelompok konservatif dan liberal atas Kitab Suci menanggalkan kewibawaan Kitab Suci dengan cara menempatkan makna pengajaran biblis ke dalam beberapa doktrin atau pandangan dunia yang diperlakukan lebih fondasional ketimbang Kitab Suci itu sendiri.<br /><br />George Lindbeck meneruskan kritik Frei atas kedua kubu dengan caranya sendiri. Lindbeck menolak cara berpikir yang dikembangkan baik oleh konservatisme maupun liberalisme. Menurutnya, teologi modern didominasi oleh cara berpikir yang entah “kognitif-proporsional” (sebagaimana muncul dalam konservatisme atau preliberalisme) atau “eksperiensial-ekspresif” (sebagaimana muncul dalam liberalisme). Cara berpikir pertama memahami jika sekali sebuah doktrin benar maka selama ia akan benar dan jika sekali ia salah maka selamanya akan tetap salah. Akibatnya dua atau lebih doktrin yang berseberangan selamanya tidak bisa diharmonisasikan dan harus dipilih salah satu sebagai yang benar (dan sisanya sudah barang tentu salah). Sebaliknya, cara berpikir kedua meyakini bahwa perbedaan doktriner yang ada sebenarnya hanya merupakan pengalaman dan ekspresi dari makna yang satu dan yang sama.<br /><br />Dengan kepekaan postmodern, Lindbeck mengusulkan opsi ketiga yang disebutnya sebagai pendekatan “kultural-linguistik,” yang dengan segera menuntun kita pada dugaan bahwa Lindbeck amat termotivasi oleh dan berhutang pada antropologi kultural Clifford Geertz (sisi “kultural”) dan analisis bahasa Ludwig Wittgenstein (sisi “linguistik”). Dengan mengusulkan ini, tidak berarti Lindbeck mengabaikan pentingnya dimensi kognitif dan pengalaman dari agama sebagaimana ditekankan oleh kedua model sebelumnya. Namun, dalam model ini agama lebih dipahami mirip dengan bahasa yang membentuk dan menentukan pengalaman, dan bukan sebaliknya.<br /><br />Sebuah agama dapat dipadang sebagai sebentuk kerangka kerja kultural dan/atau linguistik atau medium yang membentuk keseluruhan kehidupan dan pemikiran … Seperti sebuah kebudayaan atau bahasa, ia merupakan sebuah gejala komunal yang membentuk subjetivitas dari pribadi-pribadi lebih daripada pertama-tama menjadi sebuah manifestasi dari subjektivitas tersebut … Sebuah agama di atas segalanya merupakan sebuah kata eksternal, sebuah verbum externum, yang membentuk diri dan dunia, lebih dari sebuah ekspresi atau tematisasi dari sebuah diri yang sudah ada sebelumnya atau dari pengalaman yang dikonsepsi sebelumnya (Lindbeck 1984: 33-34).<br /><br />Dari rumusan ini menjadi jelas bahwa Lindbeck mengarahkan kritik tajamnya pada liberalisme yang cenderung memahami agama(-agama) sekedar sebagai ekspresi atau pengalaman yang terkonsepsikan. Lebih jauh lagi, Lindbeck makin menajamkan kritiknya dengan menyatakan bahwa model yang diusulkannya secara langsung mempertanyakan pemahaman liberal bahwa terdapat,<br /><br />sebuah pengalaman batin akan Allah yang sama bagi semua manusia dan semua agama. Tidak dapat muncul inti eksperiensial karena … pengalaman-pengalaman yang dibentuk dimunculkan oleh agama-agama sama beragamnya dengan skema-skema penafsiran yang mereka wujudkan. Penganut agama-agama yang berlainan tidak secara beragam mentematisasikan pengalaman yang sama; lebih dari itu, mereka memiliki pengalaman yang berlainan (Lindbeck 1984: 40).<br /><br />Dengan mengatakan itu, Lindbeck ingin menegaskan bahwa setiap agama pada dirinya bersifat partikular, singular. Setiap agama memiliki “permainan bahasa,” untuk meminjam istilah Wittgenstein, yang berlainan. Dengan demikian teologi selalu bersifat intratekstual, untuk membedakannya dengan ekstratesktualitas yang dipahami oleh liberalisme maupun konservatisme, di mana makna religius diletakkan di luar teks atau sistem semiotik, entah di dalam kenyataan objektif yang ditunjukkannya secara proporsional (dalam kasus konservatisme) atau di dalam pengalaman yang disimbolkannya (dalam kasus liberalisme) (Lindbeck 1984: 114).<br /><br />Alhasil, sebuah agama tidak bisa dinilai dengan “permainan bahasa” yang dimiliki agama lain. Dengan demikian Lindbeck memasukkan dirinya ke dalam jajaran pemikir filsafat pengetahuan yang dimulai sejak Thomas Kuhn, yang menegaskan perlunya prinsip incommensurability (ke-tidak-saling-mengukur-an) dan incompatibility (ke-tidak-saling-selaras-an) (Bernstein 1993).<br /><br />Saya lantas ingat ilustrasi menarik yang diberikan seorang teman perihal tiga paradigma berbeda dalam geometri. Ketiganya ditawarkan oleh Euclides, Lobachevski dan Rieman.<br /><br />Dampak ketiga model ini besar sekali. Jika sekali kita memakai model Euclides maka untuk perumusan geometris selanjutnya kita harus memakai model yang sama. Ketiganya “bisa-dibandingkan” (comparable), seperti yang dimunculkan lewat tabel di atas, namun “tidak-saling-selaras” (incompatible) dan “tidak-saling-mengukur” (incommensurable).<br /><br />Dengan pengertian yang kurang lebih sama Lindbeck memberi contoh bahwa karena Nirvana yang diajarkan dalam Buddhisme tidak muncul dalam agama-agama Barat tidak otomatis seseorang bisa berkata bahwa konsep Nirvana benar atau salah; karena Nirvana adalah bagian interatekstual dari kultur dan/atau bahasa Buddhisme.<br /><br />Partikularisme - atau saya lebih cenderung menyebutnya singularisme - semacam ini jelas berseberangan dengan pluralisme, apalagi eksklusivisme (dan inklusivisme). Sementara dua yang terakhir memakai sebuah kenyataan objektif tunggal, “finalitas Yesus Kristus,” untuk mengukur agama-agama lain, yang pertama mengabsorbsi seluruh agama yang ada ke dalam satu tema besar utama yang bernama “Allah” atau “The Ultimate.”<br /><br />Lalu bagaimana pemahaman “kultural-linguistik” ini muncul dalam berbagai isu perjumpaan antariman? Lindbeck sendiri berusaha menelusuri dua isu utama yang sering muncul dalam rangka dialog antariman: isu relasi antariman itu sendiri dan isu keselamatan pemeluk agama lain. Di sini kita nanti akan melihat bahwa konsepsi “kultural-linguistik” Lindbeck yang menarik ini ternyata dalam praktiknya kurang dimanfaatkan sendiri oleh Lindbeck dan justru mengandung beberapa ironi dan kontradiksi. Penyempurnaan justru dilanjutkan oleh banyak penerusnya.<br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Perjumpaan Antariman.</span><br /><br />Dalam hal yang pertama, perjumpaan antariman, Lindbeck menyatakan adanya enam kemungkinan perjumpaan yang bisa terjadi (Lindbeck 1984: 52-55):<br />Perjumpaan dari yang tak lengkap menuju yang lengkap, dari janji menuju pemenuhan, seperti dalam kasus relasi dari Yudaisme ke kekristenan.<br />Beberapa aspek dari beberapa agama mungkin bertujuan pada pengalaman yang sama atau serupa, sebagaimana yang diusulkan oleh model “eksperiensial-ekspresif.” Misalnya, paparan Meister Eckhart dan Shankara tentang kesatuan mistis tampaknya menunjuk pada kenyataan eksperiensial yang serupa, sekalipun yang satu meletakkan di jalan menuju Yerusalem dan yang dalam dalam peta kosmik Vedanta Hinduisme. Perbedaan ini membuat konsekuensi praksisnya juga berbeda.<br />Agama-agama dapat juga saling melengkapi sebagai hasil perjumpaan. Kontemplasi Buddhis bisa melengkapi konsep aksi kasih Kristen, demikian sebaliknya.<br />Pertentangan langsung, seperti ketika kekristenan berjumpa dengan Nazisme atau Satanime.<br />Perjumpaan dari yang inkoheren menuju yang koheren. Misalnya, perjumpaan antara seorang Buddhis yang otentik dengan seorang Kristen yang otentik membuat mereka berdua lebih dekat ketimbang dengan sesama dari agama masing-masing.<br />Kebanyakan agama dapat dibandingkan dalam lebih dari satu aspek di atas.<br /><br />Melalui enam kemungkinan hasil perjumpaan ini, Lindbeck kemudian meyakini bahwa model “kultural-linguistik” tetap dapat berperan di dalamnya, namun secara khas. Ia menunjukkan bahwa tetap saja dapat dimunculkan “dasar-dasar teologis bagi dialog, yang beragam dari satu agama ke agama lain, yang tidak mengandaikan bahwa agama-agama memiliki sebuah inti eksperiensial yang sama” (Lindbeck 1984: 54; italic dari saya). Sepintas Lindbeck terjebak kembali pada pencarian dasar bersama, common ground, sebagaimana diperjuangkan oleh para pluralis. Namun maksud akhirnya tak lain adalah agar, “Orang-orang Kristen … memiliki sebuah tanggung jawab untuk menolong gerakan atau agama lain melakukan sumbangan khusus mereka sendiri, yang mungkin saja berlainan dengan sumbangan kristiani …” (Lindbeck 1984: 54).<br /><br />Di sini menjadi jelas bahwa Lindbeck kurang berani mengimplementasikan partikularisme yang diusulkannya sendiri. Atau, bisa pula dipahami, bahwa Lindbeck berusaha keras agar partikularisme intratekstual yang diusulkannya tidak terseret ke dalam isolasionisme radikal (Tilley 1995: 165).<br /><br />Beberapa pemikir potliberal angkatan kedua, seperti Placher misalnya, berada pada poisisi yang sama. Placher tetap mengusulkan perlunya sebuah “ad hoc apologetics” - kesempatan sementara untuk memberi dan menerima kesaksian. Ia berkata,<br /><br />Apa yang kita perlukan adalah dasar bersama yang kebetulan ada (italic dari saya) di antara tradisi-tradisi partikular yang berbeda. Dengan ‘ad hod apologetics’ … (dimaksudkan) bahwa kita harus mengizinkan dasar bersama yang kita miliki dengan sebuah partner percakapan menetapkan langkah awal bagi percakapan tertentu, tidak untuk mencari aturan-aturan universal apapun atau asumsi-asumsi bagi percakapan manusiawi secara umum” (Placher 1989: 167-168). <br /><br />Singkatnya, intratekstualitas tetap harus dilanjutkan dengan intertekstualitas. Hanya saja tidak menjadi jelas apa yang harus menjadi “dasar bersama” di sini? Apakah ia sama dengan ide noumenal tunggal tentang “Allah” atau “The Ultimate” sebagaimana dipahami oleh kaum pluralis? Agaknya pertanyaan ini memperoleh jawabannya dengan mempertemukan potsliberalisme dengan apa yang menjadi keprihatinan dari teologi pembebasan dari dunia ketiga. Dan hal ini yang sesungguhnya dikerjakan oleh Paul F. Knitter melalui rute pluralismenya. Knitter banyak berbeda dengan rekan-rekan pluralisnya yang lain (Smith, Hick, dkk.) ketika ia berdialog dengan makna liberatif dari agama-agama. Dan perjumpaannya ini yang membuat pemikirannya perlahan-lahan dapat keluar dari jebakan fondasionalisme.<br /><br />Saya membayangkan bahwa percakapan antara postliberalisme dan teologi pembebasan juga akan menggiring ke arah yang kurang lebih sama. Maka, dasar bersama (common ground) yang perlu dipertahankan bukan lagi tujuan agamawi tunggal bernama “Allah” itu, namun lebih pada keprihatinan bersama pada penderitaan manusia dan seluruh ciptaan yang ada; bukan lagi pada “ortodoksi-pluralistis”, namun pada “ortopraksis-postliberalistis,” praksis di bumi yang satu dan sama dalam partikularitas masing-masing agama yang menanggapinya realitas tersebut. Kedua istilah tersebut tentu saja masih tentatif, namun semoga dapat menjelaskan apa yang ingin saya maksudkan, yaitu bahwa dasar bersama perjumpaan antariman bukan pada ide tentang Allah yang sama sekalipun dengan ekspresi (baca: nama) yang berbeda-beda, akan tetapi pada bumi yang menderita yang satu dan sama yang direspon dalam praksis secara berbeda oleh masing-masing agama. Atau dengan memakai istilah Schillebeeckx, extra mundum nulla salus, di luar dunia tidak ada keselamatan (Schillebeeckx 1990: 5-15).<br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Keselamatan Pemeluk Agama Lain.<br /></span><br />Lagi-lagi berhadapan dengan isu keselamatan agama-agama lain, kemungkinan postliberal yang diajukan oleh Lindbeck terasa kurang berani. Memang Lindbeck memulai pembahasannya dengan mengajukan kritik terhadap ketiga model teologi agama-agama yang ada, namun kemudian ia mengajukan usulannya sendiri, yang tetap dalam bingkai tradisi kristiani. Ia mengusulkan perlunya sebuah soteriologi yang disebutnya “prospective fides ex auditu explanation of the salvation of the non-Christians” (Lindbeck 1984: 57; italic oleh Lindbeck). Pandangannya ini kemudian diteruskan oleh para postliberal lain, seperti Joseph A. DiNoia, yang kemudian menggabungkannya dengan ide Purgatorium dalam tradisi Katolik. Dengan “keselamatan prospektif” dimaksudkan sebagai kesempatan yang tersedia bagi pemeluk agama lain untuk menerima keselamatan di dalam Kristus setelah kematian (DiNoia 1992: 94-108). Lindbeck menambahkan bahwa keselamatan prospektus ini tetap bukan berciri anonim seperti dalam usulan Karl Rahner (Rahner 1964: 131), namun harus muncul secara eksplisit, ex auditu, dari pendengaran akan Injil (Rm 10:17; Lindbeck 1984: 57).<br /><br />Memang dengan segera muncul dugaan keras bahwa konsep keselamatan prospektif ini sebenarnya menjadi sebuah “inklusivisme yang tertunda” pada momen eskatologis. Dan dugaan ini beralasan mengingat akhirnya Christus solus itulah yang menjadi tema utama, menjadi fondasi untuk mengabsorbsi pemeluk agama lain, yang sudah barang tentu tidak menempatkan Kristus sebagai referensi utama imannya. Dan di sinilah ironi utama postliberalisme. Namun demikian, bisa dipahami bahwa usulan postliberalisme ini justru ingin tetap mempertahankan premis dasar kekristenan tradisional yang bertumpu pada keselamatan di dalam dan melalui Kristus saja.<br /><br />Saya pribadi lebih mendukung pendapat tahap awal S. Mark Heim yang melalui bukunya, Salvations (Heim 1995), menyatakan bahwa kita harus melihat bukan pada sebuah keselamatan yang tunggal, namun keselamatan-keselamatan yang mejemuk. Persoalan keselamatan dalam perjumpaan antariman bukanlah satu jalan atau banyak jalan menuju satu tujuan keselamatan, namun banyak jalan menuju banyak tujuan keselamatan. Singkatnya, pertanyaan apakah seorang Buddhis dapat masuk ke sorga sama naifnya dengan apakah seorang Kristen dapat masuk ke Nirvana. Keduanya terhisab dalam “permainan bahasa” masing-masing agama dan tidak mungkin dinilai dari “permainan bahasa” pihak lain. Pernyataan bahwa seorang Buddhis tidak dapat masuk ke sorga menjadi tidak penting bagi orang Buddhis tersebut, karena perhatian dan tujuan akhirnya bukanlah sorga melainnya Nirvana; dan untuk itu ia harus melalui jalan yang ditunjukkan oleh Dharma Buddha, bukan melalui Kristus. Sekali ia tertarik dan mempercayai bahwa tujuan akhirnya adalah keselamatan yang diajarkan oleh kekristenan, maka ia harus melalui Kristus sebagai sati-satunya jalan menuju keselamatan dalam “permainan bahasa” Kristen).<br /><br />Hanya saja, Heim sendiri kemudian juga menggeser pemikirannya ketika dalam buku terakhirnya, The Depth of the Riches (Heim 2001), kemudian ia menyebutkan bahwa banyaknya keselamatan itu disubordinasikan pada Allah Tritunggal, yang tunggal sekaligus majemuk. Jadi, pada Heim tahap akhir kita menjumpai sebuah inklusivisme yang trinitosentristis. Agaknya Heim, seperti para postliberal, tetap merasa perlu untuk memandang kenyataan pluralitas dari kacamata kekristenan.<br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Kesimpulan: Agenda yang Belum Terselesaikan.</span><br /><br />Sebagai kata simpul bisa dikatakan bahwa di satu pihak, postliberalisme, dalam keterkaitannya dengan semangat postmodern, telah berhasil menelanjangi tendensi fondasionalisme yang muncul dalam teologi modern, baik sebagaimana muncul dalam liberalisme maupun konservatisme. Fondasionalisme yang sama terlihat dengan jelas dalam tiga paradigma teologi agama-agama yang lazim dipromosikan oleh konservatisme (yaitu eksklusivisme) maupun liberalisme (yaitu pluralisme, sekaligus inklusivisme yang pada dasarnya merupakan bentuk lain eksklusivisme yang sedikit terbuka.<br /><br />Melalui model “kultural-linguistik” George Lindbeck menunjukkan bahwa setiap agama memiliki “permainan bahasa”-nya sendiri dan tidak bisa diukur dan dipersandingkan dengan mudah dengan agama-agama lain. Tidak ada common ground metafisikal-eksternal ataupun eksperiensial-internal yang bisa dipertahankan sebagai fondasi kebersamaan. Atau dengan bahasa Knitter, “The religious or cultural neighborhood, for the postliberals, consists of backyards; there is no ‘common’ which all the households share” (Knitter 1995: 52).<br /><br />Akan tetapi, sebagaimana muncul dalam tulisan Lindbeck, arahan potsliberal tersebut ternyata tidak cukup radikal untuk menjawab persoalan-persoalan tertentu dalam wacana perjumpaan antariman. Konsep “keselamatan prospektif” yang diusulkan, misalnya, di satu sisi berusaha mempertahankan makna keselamatan Christus solus yang dipercayai orang-orang Kristen, namun di sisi lain, ternyata masih menunjukkan “sisa-sisa” fondasionalisme, sebagaimana muncul juga dalam model inklusivisme.<br /><br />Akhirnya, postliberalisme tetap saja memerlukan sebuah “good neighbor policy” (Knitter 1995: 51-53), sebuah titik temu bersama antariman. Saya mengusulkan sebuah dialog antara postliberalisme dan teologi pembebasan untuk menegaskan bahwa titik-temu tersebut bukan dicari pada gagasan-gagasan fondasionalistis seperti pada pluralisme, namun pada realitas kemanusiaan dan seluruh ciptaan yang menderita. Singkatnya, kita perlu mencari, bukan sebuah “ortodoksi-pluralistis”, namun lebih sebuah “ortopraksis-postliberalistis.”<br /><br />Lebih dari itu, postliberalisme masih mewariskan pada kita sebuah agenda yang belum terselesaikan dan yang saya yakin tetap akan terus menjadi isu utama teologi agama-agama untuk dekade-dekade mendatang, yaitu bagaimana tetap mempertahankan keunikan kristiani sambil makin mampu terbuka pada kepelbagaian antariman; bagaimana secara otentik sekaligus menjadi faithful dan interfaithful!<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Daftar Pustaka </span><br /><br />Adiprasetya, Joas., Mencari Dasar Bersama: Etik Global dalam Kajian Postmodernisme dan Pluralisme Agama. Jakarta: BPK Gunung Mulia & UPI STT Jakarta, 2002. (Artikel ini bersumber dari tulisan Joas Adiprasetya).<br />Murphy, Nancey. Beyond Liberalism and Fundamentalism: How Modern and Postmodern Philosophy Set the Theological Agenda. Valley Forge, Pennsylvania: Trinity Press International, 1996.<br />Schleiermacher, Friedrich. The Christian Faith. Ed. H.R. Mackintosh & J.S. Steward. Edinburgh: T.&T. Clarck, 1960.<br />Race, Alan. Christians and Religious Pluralism; Patterns in the Christian Theology of Religions. London: SCM Press, 1983.<br />Heim, S. Mark. Salvations: Truth and Difference in Religion. New York, Maryknoll: Orbis Books, 1995.<br />Cauthen, Kenneth. The Impact of American Religious Liberalism. New York & Evanston: Harper & Row, Publ., 1962.<br />Dorrien, Gary. “The Origin of Postliberalism.” Dlm. The Christian Century, July 4-11, 2001. Versi online dapat diperoleh di http://www.religion-online.org/cgi-bin/relsearchd.dll/showarticle?item_id=2116.<br />Frei, Hans. The Eclipse of Biblical Narrative: A Study in Eighteenth and Nineteenth Century Hermeneutics. New Haven & London: Yale University Press, 1974.<br />George Lindbeck, The Nature of Doctrine: Religion and Theology in A Postliberal Age. London: SPCK, 1984.<br />Bernstein, Richard J. Beyond Objectivism and Relativism: Science, Hermeneutics, and Praxis. Philadelphia: University of Pennsylvania Press, 1983.<br />Tilley, Terrence W. et all. Postmodern Theology: The Challenge of Religious Diversity. New York, Maryknoll: Orbis Books, 1995.<br />Placher, William. Unapologetic Theology: A Christian Voice in a Pluralistic Conversation. Louisville: Westminster/John Knox Press, 1989.<br />DiNoia, Joseph A. The Diversity of Religions: A Christian Perspective. Washington, D.C.: Catholic University of America, 1992.<br />Rahner, Karl. Theological Investigations, vol. 5. London: Darton, Logman & Todd & New York, Seabury Press, 1964.<br />Heim, S. Mark. The Depth of the Riches: A Trinitarian Theology of Religious Ends. Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans Publishing, 2001.<br />Knitter, Paul F. One Earth Many Religions; Multifaith Dialogue & Global Responsibility. New York, Maryknoll: Orbis Books, 1995.Bobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-89197641975253978692008-11-23T08:24:00.002+07:002008-11-23T08:28:40.573+07:00Pernikahan Yang BerhasilI. PERINGATAN KEPADA SUAMI-ISTERI<br /><br />Dalam Alkitab kita belajar bahwa Allah hanya menciptakan dua buah lembaga dalam dunia ini. Yang pertama adalah lembaga keluarga dan yang kedua adalah lembaga gereja. Pada waktu menciptakan kedua lembaga ini Allah menyatakan kehendaknya dan memberikan peraturannya agar kedua lembaga ini berjalan sesuai dengan rencana-Nya ini. Di samping menyatakan kehendak dan memberikan aturan-Nya, Allah juga menganugerahkan Roh Kudus-Nya yang memberi kuasa dan kemampuan (empowering) kepada manusia untuk menjalankan kedua lembaga itu sebaik-baiknya.<br />Karena Allah sangat mencintai manusia dan menetapkan lembaga-lembaga ini untuk pemeliharaan manusia (baik secara jasmani maupun secara rohani), Ia juga memberi peringatan-peringatan-Nya agar manusia tidak merusak kedua lembaga ini. Kita akan melihat beberapa contoh peringatan-Nya kepada manusia, baik kepada suami maupun kepada isteri.<br /><br />Peringatan Kepada Suami:<br />Maleakhi 2:13-16 Dan inilah yang kedua yang kamu lakukan; Kamu menutupi mezbah TUHAN dengan air mata, dengan tangisan dan rintihan, oleh karena Ia tidak lagi berpaling kepada persembahan dan tidak berkenan menerimanya dari tanganmu. Dan kamu bertanya: "Oleh karena apa?" Oleh sebab TUHAN telah menjadi saksi antara engkau dan isteri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal dialah teman sekutumu dan isteri seperjanjianmu. Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya. Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel -- juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman TUHAN semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat! <br />Pada ayat-ayat dalam Maleakhi di atas digambarkan perlakuan dan hukuman yang diberikan Allah kepada suami-suami yang melanggar kehendak-Nya. Suami-suami biasanya sukar menangis. Di sini tampak seorang suami yang menangis, meratap dan merintih sedemikian rupa hingga airmatanya membasahi dan menutupi mezbah Tuhan. Mengapa hal itu sampai terjadi? Dijawab: Karena Tuhan tidak mau lagi menerima persembahan mereka. Ia bahkan tidak mau berpaling atau menoleh kepada persembahan itu.<br />Ketika ditanyakan penyebabnya, Allah menjawab bahwa Ia menyaksikan sendiri pernikahan suami itu dengan isterinya. Ia melihat bahwa suami itu telah tidak setia kepada isterinya.<br />Biasanya pada suatu upacara pernikahan kita melihat seorang suami dan isteri yang baru menikah menanda-tangani surat pernikahan mereka. Pendeta yang menikahkan mereka juga ikut menanda-tangani surat itu, demikian juga dua orang saksi. Dari ayat-ayat di atas kita membaca bahwa pada saat pernikahan sepasang muda-mudi, Allah sendiri menjadi saksi (acting as a witness). Ia menjadi saksi walaupun tidak tampak membubuhkan tanda tangan-Nya!<br />Peringatan Allah ini juga berlaku bagi para suami masa kini. Pada waktu menikah kita mengucapkan janji nikah yang antara lain berbunyi demikian:<br />“... aku akan memeliharamu dalam keadaan susah dan senang, kaya dan miskin, sakit dan sehat, meninggalkan semuanya dan setia kepadamu sampai maut menceraikan kita ...”<br />Janji nikah ini dengan jelas menyatakan bahwa kita akan setia kepada isteri kita sampai salah satu mati, sampai diceraikan oleh maut.<br />Ternyata janji ini sering sudah kita langgar. Kita sudah tidak setia kepada isteri masa muda kita (isteri yang kita dapatkan pada waktu kita masih muda, 25, 27 atau 30 tahun, misalnya). Karena pelanggaran terhadap janji ini Allah tidak mau menerima persembahan kita yang menyebabkan kita menangis parah.<br />Mungkin kita berkata bahwa pada waktu menikah dulu kita belum seorang Kristen hingga tidak mengucapkan janji nikah seperti di atas. Mungkin memang tidak, tetapi sejak menjadi seorang Kristen kita telah banyak menyaksikan upacara pemberkatan nikah di gereja dan mendengar janji itu diucapkan. Janji nikah itu dibuat berdasarkan kehendak Allah dan berlaku untuk tiap pasangan suami-isteri. Kesetiaan dan kasih antara suami-isteri dalam pernikahan merupakan kehendak Allah bahkan juga untuk tiap pasang suami-isteri yang bukan Kristen! Pengkhianatan dalam pernikahan sangat tidak dikehendaki Allah.<br />Dalam ayat-ayat di atas dengan tegas Allah juga menyatakan sikapnya terhadap perceraian: “Aku membenci perceraian.” Karena sikap Allah terhadap perceraian yang seperti inilah maka Gereja juga selayaknya membenci perceraian. Gereja tidak pernah dibenarkan menganjurkan perceraian sebagai jalan keluar untuk mengatasi konflik dalam pernikahan. Sebagai suami-isteri kita juga sebaiknya tidak gampang mengeluarkan kata-kata, “Kalau begitu kita cerai saja” dan tidak menggunakan cerai sebagai ultimatum.<br />Ayat-ayat di atas juga menyatakan bahwa Allah membenci orang yang “menutupi pakaiannya dengan kekerasan.” Allah tidak menghendaki seorang suami menggunakan kekerasan (main tampar, main pukul) terhadap isteri dan anak-anaknya.<br />Apakah Allah serius dengan peringatan-Nya dalam perikop di atas? Apa celakanya, apa ruginya kalau Allah tidak mau menerima persembahan kita?<br />Dalam I Petrus 3:7 Allah juga memberi peringatan yang serupa:<br />Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.<br />Tampak di sini satu lagi peringatan Allah kepada kita para suami. Kita diperintahkan untuk hidup bijaksana dan menghormati isteri kita yang adalah “kaum yang lebih lemah” (pukulan dan tamparan suami biasanya lebih keras daripada tamparan isteri karena memang suami lebih berotot daripada isteri).<br />Justru untuk isteri yang lebih lemah inilah Allah memberikan suatu perlindungan khusus. Ia memberi peringatan yang keras terhadap para suami yang memperlakukan isterinya dengan sewenang-wenang, melecehkannya serta tidak menghormatinya: SUPAYA DOAMU JANGAN TERHALANG. Bila kita melanggar peringatan Allah ini, Ia tidak akan mendengar doa kita. Doa kita seakan-akan hanya mengenai plafon rumah kita dan kemudian terpantul kembali ke bawah.<br />Seriuskah peringatan Allah ini? Bersungguh-sungguhkah Allah ketika memperingatkan seperti ini?<br />Suatu ketika sepasang suami-isteri muda datang kepada penulis untuk konseling. Mereka belum lama menikah (mungkin baru lima tahun). Putri mereka yang kecil baru berumur kira-kira dua tahun. Mereka mempunyai sebuah perusahaan yang tidak begitu besar tetapi juga tidak terlalu kecil. Dari pembicaraan tampak bahwa sang suami mempunyai kebiasaan suka mengkritik isterinya. Isterinya selalu dipersalahkannya untuk apapun yang tidak memuaskannya dalam rumah tangga. Putri mereka yang masih kecil itu sering pilek atau batuk, tetapi tiap kali batuk isterinya selalu kena makiannya dan sekali-kali tangannya melayang menampar. Bila sudah agak sore dan putrinya belum mandi, sang isteri kena marah lagi, walau sang suami sendiri tidak mau ikut turun tangan memandikan anak mereka.<br />Tentunya menikah dengan suami seperti ini tidak akan membawa kebahagiaan. Kapan isterinya merasa tenang? Bila suaminya pergi bekerja pukul delapan pagi. Pada waktu itu sang isteri bisa menikmati kaset-kaset rohani. Tetapi bila waktu telah mendekati pukul lima sore, ia mulai cemas. Setelah suaminya pulang ia merasa takut karena akan kena marah lagi.<br />Mendengar penjelasan mereka seperti ini penulis membuka ayat-ayat di atas untuk memperingatkan sang suami. Bila ia tidak mau berubah dengan memperlakukan isterinya secara bijaksana, menghormatinya serta menanggalkan “pakaian kekerasannya,” Allah tidak akan mau mendengarkan doa-doa dan permintaannya. Jawab suami itu, “Ya, ya, saya akan coba.”<br />Tidak lama setelah itu, hanya beberapa hari sesudahnya, suatu malam penulis menerima telepon dari suami ini. Nadanya menandakan kecemasan. Ia berkata, “Tolong bapak pendeta berdoa untuk usaha saya. Tangan kanan saya, orang yang saya percayai pada saat ini, sedang kabur. Ia pergi dengan membawa uang perusahaan saya sebesar hampir tiga ratus juta rupiah. Tolong bantu doa agar ia kembali atau ditemukan.” Bagi penulis, uang sejumlah itu besar sekali, bagi suami ini, tiga ratus juta merupakan jumlah yang cukup besar. Apa yang harus penulis lakukan mengenai permintaan doa ini? Sebagai pendeta, penulis mendoakan kasus ini melalui telepon.<br />Beberapa hari setelah itu, suami ini menelepon lagi. Ia mengatakan bahwa orang kepercayaannya itu benar-benar menghilang. Tempat pemondokannya telah kosong dan ia pergi tanpa memberi tahu alamat barunya. Suami ini berkata, “Tiap bulan saja bunga yang harus saya bayar di bank cukup besar. Sekarang saya kehilangan hampir 300 juta dan tiap bulan saya harus tetap membayar bunga untuk 300 juta ini ...”<br />Seriuskah Allah dengan peringatan-Nya? Tentu saja! Walaupun seorang pendeta membantu seorang yang melanggar firman-Nya dengan berdoa, firman itu (supaya doamu jangan terhalang) akan tetap digenapi. Allah tidak akan membatalkan kehendak-Nya hanya karena seorang pendeta membantu berdoa sedangkan suami ini masih tetap dengan pola hidupnya yang tidak menghormati isterinya dan memperlakukan isterinya secara sewenang-wenang. Segala doa seorang suami tetap tidak akan didengar Allah selama ia tetap melanggar firman Allah! Ia akan menjadi makanan empuk bagi orang-orang yang berniat menipunya. Allah tidak akan melindunginya.<br />Terhadap seorang yang mencengkeram orang lain (misalnya suami terhadap isteri), apa yang harus dilakukan Allah untuk melepaskan cengkraman seperti itu? Apa yang akan dilakukan seorang bapak bila anak lelakinya yang besar menarik-narik rambut adik perempuannya serta tidak mau melepaskannya walaupun adik itu telah menangis?<br />Suatu ketika seorang bapak mendatangi penulis setelah penulis berkhotbah tentang hal di atas. Ia menanyakan apa yang harus dilakukan Allah untuk melepaskan cengkraman suami terhadap isterinya seperti itu? Penulis menanyakan balik, kira-kira apa yang harus dilakukan Allah dan apakah ia mempunyai pengalaman dalam hal itu.<br />Bapak ini kemudian menceritakan kasusnya sendiri. Ia mengakui bahwa ia dahulu juga adalah seorang suami yang kasar dan selalu mempersalahkan dan mengkritik isterinya. Walau ia sudah seorang Kristen, entah mengapa ia selalu suka marah-marah terhadap isterinya. Ia selalu menekan isterinya. Isterinya banyak mengalami stres. Apapun yang dilakukan isterinya selalu dicelanya.<br />Pada waktu itu ia adalah seorang yang sangat kaya. Usahanya ialah jual-beli emas, bukannya membuka toko emas, tetapi melihat harga emas dan melakukan transaksi, kadang-kadang hanya melalui telepon atau surat saja.<br />Oleh Allah ia dibiarkan sampai bangkrut. Semua uangnya habis. Setelah semua miliknya dijual, ia masih mempunyai hutang yang besar, sampai mendekati setengah milyar rupiah. Ia dan keluarganya terpaksa harus kontrak sebuah rumah kecil. Ia hanya berdiam diri di kamar di belakang. Ia takut keluar rumah karena takut dikejar para kreditornya atau tukang pukul mereka. Bila telepon berdering, ia menjadi berdebar-debar karena takut dimaki-maki orang yang tidak dapat dibayar kembali hutangnya.<br />Karena dulu kaya sekali dan setelah itu jatuh dalam hutang yang besar, hatinya terasa sakit sekali. Kalau sakitnya tidak tertahankan, ia membentur-benturkan kepalanya di tembok hingga berdarah. Bagi seorang normal tentunya hal itu tampak sebagai tindakan yang aneh dan bodoh tetapi ia mengatakan bahwa walaupun kepalanya sakit, rasa sakit di hatinya jauh melebihi sakit di kepalanya dan untuk meringankan rasa sakit di hati, ia membenturkan kepalanya itu. Suatu saat, ia bercerita, ia melihat sebuah obeng di meja. Ia berpikir, betapa enaknya kalau ia berani mengambil obeng itu dan menusuk jantungnya sendiri. Ia sudah sering memikirkan untuk bunuh diri karena rasa sakit dan hilangnya harga diri yang begitu parah.<br />Ia tentunya tidak sampai bunuh diri. Allah akhirnya menolongnya. Ketika bertemu dengan penulis, ia adalah seorang yang biasa saja, tidak kaya.<br />Memang Allah serius sekali memberikan peringatan-Nya dan kita akan babak belur bila ingin melawan Allah yang mengasihi kita dan menginginkan kita menjadi seperti Anak-Nya, Yesus Kristus. Tindakan pasif Allah seperti dalam kasus pertama di atas (Allah berdiam diri dan tidak mendengar doa kita) sudah parah sekali akibatnya bagi kita. Apalagi bila Allah aktif mendisiplin kita dengan menghajar dan menyesah kita (karena cinta-Nya pada kita juga) seperti dalam Ibrani 12:5-11.<br />Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih oleh-Nya.<br /><br />Peringatan Kepada Isteri:<br />Tetapi tidak semua isteri lebih lemah dibandingkan suaminya. Banyak juga isteri yang lebih kuat daripada suaminya. Ada juga isteri-isteri yang kecil mungil tetapi mempunyai mulut yang begitu tajam sehingga menundukkan suaminya. Suaminya mungkin tinggi besar dan galak di perusahaannya tetapi begitu sampai di rumah ia menjadi lemah, tidak berdaya dan merasa kecil di hadapan isterinya.<br />Suatu ketika seorang ibu yang bertubuh besar datang ke kantor penulis untuk konsultasi (untuk memudahkan pembahasan dalam buku ini, penulis memberi nama secara acak saja: ibu Tulus). Mendengar percakapannya sebentar saja penulis sudah tahu bahwa ia sangat dominan. Suaranya keras dan ia tidak segan-segan menggunakan kata-kata makian. Ia marah kepada suaminya yang telah mengkhianatinya dengan mempunyai seorang isteri muda. “Saya baru tahu saya sudah kecolongan selama dua tahun. Ia bahkan sudah mempunyai anak dengan perempuan itu.”<br />Setelah mendengarkannya cukup lama dan ia mulai reda emosinya, penulis bertanya, “Apa andil ibu hingga suami kabur seperti ini?”<br />“Ya tidak tahu. Suami saya orangnya sangat lemah. Kalau di rumah ia seperti tikus. Ia tidak bisa mengambil keputusan, diam saja. Itu sebabnya saya bisa sampai kecolongan selama dua tahun ini. Saya tidak menyangka ia berani dengan perempuan lain.”<br />“Mungkin suami ibu seorang yang lemah, tetapi pertanyaan saya tetap: ‘Apa andil ibu hingga suami kabur seperti ini?’ ”<br />“Tidak tahu. Tetapi bukankah ia hidup dalam perzinahan? Bukankah ia hidup dalam dosa? Memang ia dulu sering ke gereja, tetapi akhir-akhir ini ia tidak mau lagi.” Ibu ini mengomel lagi.<br />“Memang suami ibu mungkin hidup dalam perzinahan, dalam dosa dan tidak diperkenan Allah, tetapi pertanyaan saya tetap: ‘Apa andil ibu hingga suami kabur seperti itu?’ ” “Yah, saya tidak tahu.”<br />“Oke, kalau memang tidak tahu, lain kali bila ibu datang ke sini, tolong bawa salah seorang anak ibu. Saya akan menanyakan beberapa hal kepadanya.”<br />Pada saat pertemuan berikutnya, ibu Tulus benar-benar membawa anaknya perempuan berusia kira-kira 12 tahun. Penulis meminta ibu ini keluar meninggalkan kami berdua. Ternyata anak ini berani berbicara. Ketika ditanyakan kira-kira mengapa sampai ayahnya kabur seperti itu, ia menjawab, “Wah, payah oom. Kalau saya jadi papa, saya sudah kabur dulu-dulu.”<br />“Mengapa begitu. Bagaimana hubungan papa dan mama?”<br />“Susah, oom. Di rumah, Mama kalau panggil papa ‘si bego, si bego.’ Mama cerewet sekali orangnya”<br />Mendengar dua jawaban di atas, tentunya kita sudah dapat menduga bagaimana kira-kira hubungan antara ibu ini dengan suaminya. Tampak jelas bahwa sang isteri lebih dominan dari suaminya. Kita juga dapat memperkirakan kehendak Allah yang mana yang dilanggar dalam pernikahan ini hingga terjadi hubungan yang buruk seperti itu.<br />Setelah anak itu keluar dan ibu Tulus masuk kembali, penulis menanyakan lagi pertanyaan yang sama: Apa andil ibu ini hingga suaminya kabur seperti itu. Tentunya ia juga sudah memikirkan jawabannya selama ini. Ia menjawab, “Jangan-jangan saya terlalu galak.”<br />“Ya, ibu suka memaki suami, bego-begoin dia? Selalu membuat ia stres, tertekan dan kehilangan harga dirinya sebagai lelaki?” Ia mengangguk.<br />Penulis kemudian membayangkan hubungan mereka seperti ini, “Bila sebelah kiri saya adalah ibu, saya adalah bapak. Hubungan ibu dan bapak adalah hubungan yang resmi, yang legal, yang direstui jemaat dan hubungan yang dikehendaki Allah. Bahkan mereka yang di luar jemaatpun tahu bahwa hubungan ini yang baik.<br />Sebaliknya di sebelah kanan saya adalah si isteri muda. Hubungan bapak dan isteri mudanya bukanlah hubungan yang direstui, baik oleh jemaat Tuhan, maupun oleh Tuhan. Bahkan orang di luar jemaatpun tahu hubungan ini adalah hubungan yang tidak dapat dibenarkan. Bila bapak membutuhkan sesuatu, tentunya seharusnya ia berpaling ke kiri, ke isterinya. Tetapi mengapa ia malah berpaling ke kanan? Apa yang ada pada ibu yang tidak ada pada isteri mudanya, sebaliknya apa yang ada pada isteri muda itu yang tidak ada pada ibu?”<br />Ibu Tulus menjawab lagi, “Mungkin saya terlalu galak, ya?”<br />Penulis meneruskan, “Pengalaman apa yang didapat bapak bila ia pergi ke kiri, kepada isterinya, untuk mendapatkan kebutuhannya? Menyakitkan atau menyenangkan?”<br />“Menyakitkan,” jawabnya.<br />“Mungkin ia baru berbicara satu kalimat, ibu sudah memberondongnya dengan sepuluh kalimat, ditambah dengan kata-kata kasar pula. Sebaliknya apa pengalamannya bila ia pergi ke rumah isteri mudanya? Mungkin ia akan mendapat kopi dan pisang goreng. Ia akan mendengar kata-kata manis dan sanjungan. Mungkin juga (maaf, tetapi ini realita) ia mendapat paha, kepalanya di elus-elus dan ubannya dicabuti dengan kasih sayang. Bila ini situasinya, mana yang ia pilih, mendekati isteri tuanya atau isteri mudanya?” Ibu ini diam.<br />Adalah suatu fakta bahwa makhluk hidup biasanya akan menghindari pengalaman yang menyakitkan atau mematikan dan mengulang pengalaman yang indah dan menyenangkan. Bahkan pada binatang yang jauh lebih rendah dari manusiapun, seperti cacing atau tikus, sudah ada naluri itu. Contohnya sebuah percobaan dengan tikus:<br />Kita masukkan seekor tikus ke dalam sebuah sangkar kawat yang sudah dihubungkan dengan sebuah kabel ke sumber aliran listrik. Aliran yang diberikan kecil saja dan tidak mematikan tetapi agak menyakitkan dan tidak enak bagi tikus tersebut. Kita kemudian menyalakan sebuah lampu merah dan beberapa detik kemudian listrik dinyalakan pula. Tikus yang kesakitan itu akan melompat-lompat dalam sangkarnya tetapi tidak dapat melarikan diri. Di salah satu sisi sangkar itu kita letakkan sebuah papan kayu kecil. Bila secara tidak sengaja tikus itu melompat ke atas papan itu, ia tidak merasa sakit lagi.<br />Lampu kemudian dimatikan dan aliran listrik dihentikan. Tikus itu turun kembali ke bawah. Tidak lama setelah itu lampu dinyalakan lagi dan beberapa detik kemudian arus listrik diberikan. Tikus itu melompat-lompat dan secara tidak sengaja ia berpijak pada papan kayu itu. Ia terhindar lagi dari rasa sakit. Lampu merah dimatikan dan arus listrik dihentikan.<br />Tikus itu akan cepat sekali belajar menghindar dari pengalaman yang tidak menyenangkan. Setelah beberapa kali percobaan seperti ini bila kemudian lampu merah dinyalakan, sebelum aliran listrik diberikan ia sudah cepat-cepat melompat ke papan kayu.<br />Seperti itu juga, pengalaman yang menyakitkan dalam hubungan pernikahan akan menyebabkan seorang mudah sekali tergoda untuk melarikan diri dari hubungan itu. Memang bila seorang pria (ataupun wanita) lari dari hubungan yang benar dan menjalin hubungan yang berdosa, ia melanggar kehendak Allah. Ia pasti akan mengalami akibat yang buruk dari perbuatan dosanya.<br />Seorang yang masih teguh imannya akan menghindari hubungan yang berdosa itu karena ia tahu rasa bersalah yang besar akan dialaminya walaupun mungkin dorongan dan tarikan kearah itu besar sekali. Dorongan timbul karena rasa sakit dalam hubungannya dengan pasangannya dan tarikan ada karena rasa nikmat dalam hubungan affairnya. Ia tahu bahwa ia akan berhadapan dengan Bapa Sorgawinya yang tidak akan memperkenan perbuatannya. Seperti telah dibahas di atas, Allah yang mengasihinya tidak akan “berpaling kepada persembahannya.” Doa-doanya akan terhalang dan bahkan bila perlu Allah akan menghajarnya. Ia tahu konsekuensi perbuatannya akan pahit sekali kelak.<br />Rasa bersalah dan rasa takut akan Allah tidak akan begitu besar pada seorang yang kurang dewasa imannya hingga ia lebih mudah terlibat dalam hubungan yang berdosa itu. Remnya “blong.” Rem yang seharusnya menghalanginya berbuat dosa kurang “pakem” (kurang kuat) bila ia tidak bertuhankan Kristus dan Roh Kudus tidak ada dalam hidupnya.<br />Seorang suami Kristen yang terlibat dalam sebuah affair, seharusnya tahu ia terlibat dalam hubungan yang berdosa dan sadar akan perbuatannya yang tidak benar itu. Ia tahu bahwa ia sedang hidup dalam dosa dan kegelapan. Bila seorang bertanya kepadanya mengapa hal itu dilakukannya, jawabannya mungkin di luar dugaan kita. Orang banyak mungkin mengira bahwa “Memang dia orang brengsek. Overseks barangkali.” Memang ada banyak orang yang mempunyai dorongan seks yang menggebu-gebu yang menyebabkan mereka nyeleweng. Ada juga orang-orang yang mempunyai pandangan yang salah (misbelief, lihat buku “Mengatasi Masalah Hidup,” pasal IX) seperti: “Rugi hanya menikmati seorang perempuan seumur hidup.” Orang yang mempunyai misbelief seperti ini tidak akan pernah puas dengan seorang isteri saja.<br />Tetapi ada juga suami-suami yang tulus--tidak mempunyai masalah dalam seksualitasnya dan juga tidak mempunyai misbelief seperti di atas--yang nyeleweng. Bila ditanya, mereka menjawab: “Isteri saya sudah tidak mengerti saya lagi,” atau “Isteri saya sangat pencemburu, saya tersiksa dengan tuduhannya nyeleweng terus menerus. Ini sudah berjalan lima belas tahun,” ataupun “Isteri saya selalu menghina dan membuat saya terus stres. Ia selalu berteriak-teriak menuntut uang lebih banyak lagi. Saya sudah bekerja semaksimal saya tetapi masih dirasanya kurang juga. Hubungan kami sangat menyakitkan. Saya tidak tahan lagi hidup dengannya.”<br />Kadang-kadang kita melihat suatu hal yang terasa “janggal” seperti ini: seorang suami mempunyai seorang isteri yang cantik, mungil, langsing seperti seorang bintang film sedangkan isteri mudanya jauh lebih tua dari isteri tuanya, lebih gemuk, lebih jelek. Orang-orang yang tidak mengerti akan mengatakan, “Bodohnya bapak itu. Punya isteri seperti bintang film ditinggalkan untuk isteri muda jelek seperti itu!” Mungkin sukar dimengerti tetapi pasti ada dinamika yang menyebabkannya masuk akal. Mungkin seperti ini:<br />Bila ada seekor anjing pudel Perancis (French poodle) yang bulunya digunting indah sekali, dimandikan dengan sabun wangi, dikeringkan dengan handuk, diberi minyak wangi dan pita merah, tetapi tiap kali kita ingin membelainya tangan kita digigitnya, apakah kita ingin membelai-belai anjing itu? Tentunya tidak. Sebaliknya bila ada seekor anjing kampung yang kulitnya banyak lukanya, kurus kering dan tulang iganya kelihatan menonjol, tetapi bila kita membelainya ia kegirangan dan ekornya dikibas-kibaskan; bila kita beri ia makan ia girang sekali dan menunjukkan terima kasihnya dengan melonjak-lonjak. Anjing mana yang akan kita belai-belai? Tentunya bukan si anjing pudel Perancis.<br />Ilustrasi seperti ini dapat menerangkan hal yang kelihatannya saja tidak masuk di akal seperti di atas. Tentunya walaupun ada dinamika yang menyebabkan perbuatan itu masuk akal, firman Allah tidak dapat membenarkan perbuatan itu. Orang itu tetap hidup dalam dosa dan dosa tidak mungkin diperkenan Allah.<br />Mengetahui bahwa ibu itu seorang Kristen yang sudah lama dan seharusnya sudah mengenal Firman Allah, penulis kemudian menanyakan padanya demikian, “Kira-kira Firman Allah mana yang ibu langgar dalam situasi ini?”<br />Ia menjawab, “Barangkali Efesus 5?”<br />“Ya, Efesus 5:22 yang berkata ‘Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan’ ”<br />“Apakah saya harus tunduk kepada suami saya yang lemah sekali itu seperti saya tunduk kepada Kristus?”<br />“Ya, memang itulah kehendak Allah, bukan kata-kata atau perintah saya.”<br />Bila rasa sakit itu menjadi terlalu besar pada orang beriman atau orang yang sudah bertekad untuk tidak nyeleweng, ia mungkin akan “keluar” dari rumahnya. Firman Allah telah memperingatkan hal seperti itu juga. Firman Allah telah memprediksi hal apa yang akan terjadi. Dalam Amsal 21:9, 19 dikatakan:<br />Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah dari pada diam serumah dengan perempuan yang suka bertengkar.<br />Lebih baik tinggal di padang gurun dari pada tinggal dengan perempuan yang suka bertengkar dan pemarah. <br />Pada zaman Alkitab, rumah-rumah di Israel mempunyai atap yang datar. Tinggal di dalam rumah pada pagi hari masih nyaman karena belum terlalu panas, tetapi pada siang dan sore tidak tertahankan karena tentunya pada waktu itu belum ada AC. Pada sore hari, walau matahari sudah mulai menurun, udara dalam rumah masih sangat panas hingga orang-orang naik ke atas atap yang datar itu untuk “cari angin.”<br />Ayat 9 mengatakan bahwa bagi seorang suami lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah daripada diam dalam rumah dengan isteri yang suka bertengkar. Dalam ayat 19 malah dikatakan bagi suami itu lebih baik tinggal di padang gurun yang kering, gersang dan panas daripada tinggal dengan isterinya yang pemarah dan suka bertengkar.<br />Tentunya di bumi Indonesia yang subur ini sukar mencari padang gurun untuk “melarikan diri.” Karena rumah-rumah kita mempunyai atap segitiga, sukar juga bagi para suami untuk bertengger di atasnya. Tetapi peringatan dan prediksi firman Allah akan tetap berlaku dan akan digenapi. Para suami mungkin akan melarikan diri di kantor mereka atau di klub-klub dan di bar-bar ataupun di rumah-rumah “pacar” mereka.<br />Banyak pria di kota-kota besar seperti Jakarta menjadi “workaholic,” seorang pecandu kerja. Mereka bekerja “gila-gilaan” tanpa mengenal waktu. Ada yang berangkat ke kantor pukul 7.00 pagi dan belum pulang pukul 7.00 malam. Dua belas jam kerja. Ada yang baru pulang pukul 10.00 malam atau lebih, lima belas jam bekerja tiap harinya! Memang ada pria-pria yang menjadikan Mamon (uang) sebagai tuhan mereka, tetapi ada banyak yang menjadi pecandu kerja seperti itu karena tidak tahan akan situasi rumah tangga mereka, karena banyaknya masalah dalam pernikahan atau keluarga mereka.<br />Misalkan ada seorang pegawai di suatu kantor, seorang suami yang mempunyai isteri yang pemarah atau sering mengajak bertengkar. Ia menjadi pecandu kerja. Setelah kantornya tutup pukul lima sore, ia akan meminta kepada atasannya untuk kerja lembur karena kalau pulang ke rumah “akan diajak bertengkar oleh isteri.” Atasannya memberi pekerjaan untuk mengetik atau memasukkan data-data penting di komputer sampai pukul 9.00 atau 10.00 malam. Ia pulang ke rumah dan hanya tinggal mandi, makan malam, nonton TV sebentar dan langsung tidur. Demikian dilakukannya esok dan seterusnya untuk menghindari pertengkaran di rumah.<br />Pada suatu hari misalnya, ada pesta di kantornya. Pesta selesai pukul 3.00 siang dan kantor tutup untuk hari itu. Pegawai-pegawai lain langsung pulang. Seharusnya ia juga pulang. Tetapi untuk menghindari isteri yang pemarah di rumah, ia meminta pekerjaan pada atasannya. Atasannya menjawab, “Hari ini pesta di kantor. Tidak ada kerja lembur. Yang lain pulang, anda juga pulang.” Kata karyawan itu di hatinya, “Yah, masih pagi. Pulang sekarang pasti akan bertengkar lagi di rumah, pasti akan diomeli lagi oleh isteri.” Dengan motornya ia berputar-putar di pertokoan. Lama berkeliling ia menjadi haus dan di pinggir jalan tidak ada yang menjual minuman dingin.<br />Ia kemudian melihat sebuah bar. “Orang Kristen tidak boleh minum-minum di bar,” hati nuraninya mengingatkan. “Tetapi saya tidak minum minuman keras, saya hanya pesan coca cola saja, masa tidak boleh.” Akhirnya ia masuk dan memesan segelas coca cola. Sang pelayan wanita datang membawa minuman pesanannya. Karena bar masih kosong, hari masih sore dan belum banyak langganan datang, sang pelayan menemani si suami ini ngobrol. Mereka berbicara dan bercanda.<br />Tiba-tiba timbul dalam pikiran si suami, “Enak juga berbicara dengan wanita muda ini. Omongan kita nyambung. Lain sekali dengan yang di rumah. Di rumah sudah nggak nyambung. Saya baru bicara satu kalimat saja, dia sudah masuk sepuluh kalimat. Kata-katanya kasar pula. Di sini kata-katanya baik.”<br />“Di rumah saya sudah di lecehkan. Kalau saya bicara malah diledek. Di sini kalau saya bicara, ia selalu memperhatikan dengan matanya yang gede, bikin gemes.”<br />“Bila saya cerita lucu ia tertawa renyah atau senyum manis. Lain dengan yang di rumah, kalau saya ajak bercanda dan bercerita lucu, ia cemberut saja. Betapa bahagianya kalau yang di depan ini menggantikan yang di rumah.”<br />Pria seperti di atas dikatakan “vulnerable,” rentan, mudah tergoda dan jatuh. Seperti dibahas dengan percobaan tikus di atas, secara psikologis seorang akan cenderung menghindari pengalaman-pengalaman yang menyakitkan dan menginginkan lagi pengalaman-pengalaman yang menyenangkan.<br />Suami di atas akan mengingat pengalamannya yang menyenangkan dengan si pelayan di bar itu. Bila suatu saat situasi di rumah sudah tidak tertahankan lagi, atau ia sedang “iseng,” ia akan pergi ke bar tadi atau menghubungi si pelayan untuk bertemu dan berkencan. Bila si pelayan memang sedang mencari situasi yang lebih mantap dalam hidupnya dan memang juga tertarik kepada suami itu, hubungan mereka akan terjalin.<br />Suami yang rentan seperti ini digambarkan bagai seorang yang sedang mempunyai luka yang pedih. Ia membutuhkan seorang yang mau memberinya salep yang menyejukkan dan menyembuhkan. Tetapi apa yang didapatnya bila ia pergi kepada isterinya? Isterinya malah mengucurinya dengan jeruk nipis yang menyebabkan lukanya lebih pedih lagi. Dalam keadaan seperti itu suami ini akan mudah jatuh kepada seorang wanita yang mau memberinya salep itu. Memang berbahagialah seorang suami bila isterinya mau memberinya salep bila ia membutuhkannya.<br />Ibu Tulus kemudian bertanya kepada penulis, “Kalau sudah begini, bagaimana pak pendeta?”<br />Penulis balik bertanya, ”Kalau sudah begini bagaimana? Apa maunya ibu?”<br />“Saya ingin suami saya balik, meninggalkan isteri mudanya dan pulang kepada saya dan anak-anak.”<br />“Sungguh-sungguh? Misalkan seluruh komisi wanita di gereja mau berdoa dan berpuasa bagi ibu agar suami bertobat dan Roh Kudus mendengarkan doa para wanita itu. Misalkan Roh Kudus bersedia mengembalikan suami ibu tetapi dengan satu syarat: Ibu tunduk kepada suami seperti dalam Efesus 5:22.”<br />“Bagi Roh Kudus ada 1001 cara yang dapat dilakukan-Nya untuk mengembalikan suami ibu. Mungkin ayah dari si isteri muda jatuh sakit parah di NTT, isteri muda itu pulang membawa anaknya dan tidak kembali ke Jakarta. Atau isteri muda itu bertemu seorang pemuda yang mencintainya dan menikahinya. Mungkin isteri muda itu sakit dan kemudian meninggal. Bapak kemudian bertobat, dan sesuai dengan Firman Allah, ia diampuni, dikuduskan putih bersih seperti salju dari ujung rambut sampai telapak kakinya, dan dilupakan Allah dosanya. Bapak kemudian pulang ke rumah dengan seorang anak kecil.<br />Bagaimana bila Roh Kudus siap melakukan hal itu, hanya saja dengan satu syarat: ibu sudah berubah. Ibu tidak lagi suka melecehkan dan memaki suami dan ibu tunduk kepadanya seperti Efesus 5:22. Ibu menghormatinya seperti janji nikah ibu dahulu. Bila Roh Kudus menantang ibu, apakah ibu sudah dapat berubah dalam satu bulan ini agar Roh Kudus dapat membawa suami balik?”<br />Ibu Tulus cepat menjawab, “Belum bisa pak pendeta. Berubah kan sulit.”<br />“Bagaimana kalau tiga bulan?”<br />“Mungkin belum bisa juga. Saya memangnya galak seperti ini sejak kanak-kanak. Bahkan abang-abang saya pun tidak berani pada saya. Saya maki-maki kalau mereka berani pada saya.”<br />“Kalau enam bulan?” Ibu Tulus terdiam, tidak menjawab.<br />Sungguh berbahagia seorang suami bila isterinya mau tunduk kepadanya, bila isterinya adalah seorang yang sabar dan memiliki ketenangan yang dalam, bila isterinya dapat menyediakan baginya sebuah rumah tangga yang sejuk dan menyenangkan, tidak panas dan penuh pertengkaran. Ia akan kerasan tinggal di rumah, gairah kerjanya di kantor akan meningkat. Ia akan lebih kreatif dan pada waktunya ingin cepat pulang kepada isteri yang mengasihinya. Ia akan menjadi suami yang jauh lebih menyenangkan.<br />Kita melihat bahwa Allah sungguh-sungguh menginginkan keberhasilan lembaga keluarga yang diciptakan-Nya. Ia memberi kepada kita peringatan-peringatan yang tidak boleh kita langgar. Kita akan banyak menderita bila kita melanggar kehendak-Nya.<br />Tentunya ada banyak lagi kehendak Allah bagi suami dan isteri yang bila dilanggar merupakan tindakan berdosa dan akan menimbulkan konflik dan penderitaan. Ada banyak tanggung jawab yang harus dilakukan yang bila tidak dilakukan akan menyebabkan hubungan yang bermasalah. Contohnya misalnya: malas, tidak mau bekerja mencari nafkah atau tidak mau mengusahakan kebersihan rumah, tidak peduli terhadap kesejahteraan anak, memboroskan keuangan keluarga, mempunyai kebiasaan buruk seperti berjudi, mabuk dan memakai obat bius, main perempuan (atau lelaki), cemburu dan curiga terus menerus, mendendam dan tidak mau mengampuni. Tingkah laku berdosa seperti ini tentu saja akan merusak lembaga keluarga yang diciptakan Allah.<br /> <br /><br />II. HARGA PERNIKAHAN HARMONIS<br /><br />Sering anggota jemaat bertanya tentang pernikahan yang bahagia atau harmonis. Mereka bertanya tentang bagaimana mempertahankan cinta mereka terhadap pasangan. Keluhannya adalah dengan berjalannya waktu, cinta mereka berkurang dan bahkan hilang. Memang ketika sedang berpacaran ataupun baru menikah, rasanya cinta kepada pasangan menggebu-gebu. Baru saling remas tangan saja “stroom”nya sudah tinggi. Setelah menikah “stroom” itu mulai menurun. Lima tahun menikah sudah menurun banyak. Sepuluh tahun lebih banyak lagi. Lima belas dan duapuluh tahun rasanya sudah tidak ada gairah lagi. Yang tinggal adalah rasa bosan dan kejenuhan. Sekarang sudah melihat segalanya dan melakukan segalanya dan tidak ada “stroom” lagi. Rasanya cinta sudah pudar ...<br />Pertanyaannya adalah: cinta macam apakah itu yang akan pudar dengan berjalannya waktu? Inilah contoh cinta eros yang telah kita bahas. Inilah cinta yang banyak dinyanyikan di radio dan TV. Inilah “cinta monyet” atau “puppy love” (cinta anak anjing). Cinta ini indah tetapi tidak akan mampu menopang suatu pernikahan dan keluarga. Tentunya cinta ini juga kita usahakan untuk tidak hilang sama sekali seperti kita sudah bahas dalam pasal VI.<br />Selain adanya kasih eros yang secara alami akan memudar, pernikahan yang bahagia ditandai dengan kasih agape. Kasih inilah yang harus selalu tumbuh dalam suatu pernikahan. Dengan berjalannya waktu, pasangan suami-isteri menjadi lebih dewasa dan matang dalam iman mereka. Juga kasih agape mereka akan menjadi matang dan dewasa.<br />Contoh kasih agape yang dinyatakan dalam tindakan kasih yang nyata tampak pada perumpamaan “Orang Samaria yang Murah Hati” dalam Lukas 10:30-35.<br />Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. <br />Tampak dalam perumpamaan ini tindakan kasih orang Samaria itu. Ketika si iman dan orang Lewi dihadapkan pada orang sebangsanya yang sedang celaka, mereka tidak mengulurkan tangan untuk menolongnya. Mungkin ada alasan yang cukup kuat dan masuk akal mengapa mereka tidak menolong orang yang celaka tersebut.<br />Hambatan Pertama: alasan keselamatan. Tempat orang yang dirampok itu mungkin adalah tempat yang rawan. Si imam dan orang Lewi mungkin berpikir: “Bila saya berlama-lama menolong orang itu, para perampok mungkin akan keluar dari persembunyian mereka dan merampok serta memukuli saya. Resiko untuk menolong orang Yahudi itu terlalu besar. Nanti pasti ada satu rombongan orang lain yang lewat jalan ini. Biarlah mereka itu yang menolongnya. Lebih aman dan lebih mudah”<br />Hambatan Kedua: alasan religius. Pada masa itu bait Allah tempat mereka berbakti hanya ada satu saja di Yerusalem, sedangkan para imam dan orang Lewi ada banyak sekali. Kesempatan seorang imam atau seorang Lewi untuk melayani di Bait Allah sedikit sekali. Mungkin saja seorang Lewi atau imam hanya boleh melayani, misalkan setahun sekali saja.<br />Bila mereka menolong orang yang celaka itu, mereka membutuhkan paling sedikit satu malam. Bagaimana bila mereka terlambat sampai di Yerusalem? Mereka akan kehilangan kesempatan untuk melayani di Bait Allah selama satu tahun. Tempat mereka akan digantikan oleh orang lain dan mereka akan rugi besar.<br />Hambatan Ketiga: juga alasan religius. Ada peraturan dalam Alkitab tentang penyucian orang yang najis karena menyentuh mayat yang harus dilakukan selama tujuh hari dalam Bil. 19:11, 12<br />Orang yang kena kepada mayat, ia najis tujuh hari lamanya. Ia harus menghapus dosa dari dirinya dengan air itu pada hari yang ketiga, dan pada hari yang ketujuh ia tahir. Tetapi jika pada hari yang ketiga ia tidak menghapus dosa dari dirinya, maka tidaklah ia tahir pada hari yang ketujuh. <br />Memang pada saat itu orang Yahudi yang dirampok itu masih setengah mati, tetapi apa yang terjadi bila sementara dirawat ia mati. Tentunya si imam atau orang Lewi itu akan najis selama tujuh hari. Mereka tidak akan diperkenan untuk melayani Allah di Bait Suci.<br />Hambatan Keempat: harga pengurbanan. Terlalu mahal harga untuk menolong orang yang celaka itu.<br />Sama seperti itu juga si orang Samaria mempunyai paling tidak 4 alasan mengapa ia seharusnya tidak menolong orang Yahudi tersebut.<br />Hambatan Pertama: juga alasan keselamatan. Orang Samaria ini juga harus mengambil resiko untuk dirampok bila ia ingin menolong orang yang celaka itu.<br />Hambatan Kedua: kerugian finansiil. Untuk menolong orang yang celaka itu, mungkin si orang Samaria harus menderita kerugian. Mungkin ia seorang pengusaha (ia tidak dapat berlama-lama di tempat penginapan untuk merawat si sakit). Dengan menolong orang itu ia akan kehilangan satu hari yang mungkin merugikan bisnisnya (tidak dapat memenuhi janji bisnis?).<br />Hambatan Ketiga: pengurbanan. Ia juga harus berkurban besar untuk menolong orang Yahudi itu. Pertama ia harus membersihkan luka-luka si sakit dengan minyak dan anggur, kemudian membalut luka-lukanya. Setelah itu ia menaikkan si sakit ke atas keledainya, menjaganya agar tidak jatuh sedangkan ia sendiri harus berjalan kaki selama beberapa kilometer sampai mereka mendapatkan sebuah rumah penginapan.<br />Tentunya pada waktu itu belum ada rumah sakit. Ia harus merawat sendiri si sakit. Tengah malam jika si sakit mengerang atau haus atau lapar ia harus merawatnya. Malam itu tidurnya mungkin tidak lelap. Pagi hari setelah keadaan si sakit tidak kritis lagi dan karena urusan bisnisnya, si orang Samaria barulah dapat meninggalkan penginapan itu.<br />Ia juga harus membayar ongkos penginapan, perawatan dan belanja untuk si sakit serta menjanjikan akan kembali ke penginapan itu untuk membayar kekurangan ongkos perawatan. Memang untuk menolong si sakit secara tuntas, pengurbanannya besar yang menyebabkan si imam dan orang Lewi tidak mau melakukannya.<br />Hambatan Keempat: suku musuh. Ternyata orang yang hendak ditolongnya dari suku yang memusuhi bangsanya. Orang Yahudi menganggap hina orang Samaria. Mereka dianggap sudah tidak murni lagi keturunan Abraham. Pengurbanan yang dilakukan si orang Samaria adalah pengurbanan kepada musuh.<br />Dengan perumpamaan ini Kristus menunjukkan contoh kasih agape yang memerlukan pengorbanan yang besar. Si orang Samaria itu harus mengalahkan keempat hambatan itu untuk bisa menolong si Yahudi.<br />Berbeda dengan eros yang dilandasi oleh emosi, kasih agape yang matang dilandasi oleh kehendak (will). Seorang harus mengatakan “Aku menghendaki untuk mengasihi. aku menghendaki untuk menolong.”<br />Berbeda dengan eros yang sering dilakukan dengan menggebu-gebu, kasih agape yang matang ini dilakukan dengan kepala dingin. Kasih ini mempertimbangkan segala harganya dan walaupun harganya mahal, mengambil keputusan untuk membayar harga tersebut.<br />Dalam Wahyu 2:4 Jemaat di Efesus dicela karena telah meninggalkan kasih mula-mula (first love) mereka kepada Allah:<br />Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.<br />Namun perlu diperhatikan resep yang diberikan Allah dalam ayat 5:<br />Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.<br />Di sini kita, para pendeta, sering salah. Kita menganjurkan jemaat untuk kembali kepada kasih mula-mula itu. Hal ini ternyata tidaklah mungkin dan kita menyebabkan frustrasi pada jemaat. Kita sendiri juga tidak mampu mengembalikan kasih yang mula-mula itu dalam diri kita.<br />Memang kehendak Allah tidaklah demikian. Kita diminta untuk melakukan lagi “apa yang semula engkau lakukan.” Yang diperintahkan kepada kita adalah bertindak, melakukan lagi apa yang dulu kita lakukan ketika kita masih merasakan kasih yang semula. Ini yang dapat dan harus kita lakukan. Dan ternyata banyak orang Kristen yang dewasa telah melakukan jauh lebih banyak dari apa yang mereka lakukan pada waktu mereka masih merasakan kasih mula-mula itu. Seperti si orang Samaria.<br />Kristus juga melakukan tindakan kasih yang nyata dan luar biasa di taman Getsemani (Lukas 22:41-44):<br />Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kataNya: "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya. Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. <br />Ini adalah contoh kasih agape yang luar biasa. Kasih ini kasih dewasa dan matang. Hanya seorang yang telah dewasa dan matang yang mau dan mampu membayar harga mengasihi seperti ini.<br />Kasih ini tidak berlandaskan emosi. Yesus tidak bersiul-siul menghadapi salib. Dikatakan bahwa ia “sangat ketakutan.” Kecemasan yang dirasakan-Nya sangat tinggi hingga “peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.”<br />Kasih ini memperhitungkan harganya dan dengan kesadaran dan kepala dingin mengambil keputusan untuk membayar harga tersebut. Dari keinginan-Nya sendiri Kristus tidak menghendaki meminum cawan penderitaan itu tetapi karena kasih-Nya kepada manusia, untuk menyelamatkan manusia, Ia memutuskan untuk menyelaraskan kehendak-Nya dengan kehendak Bapa-Nya dan naik ke salib. Itu adalah contoh agape yang paling puncak.<br />Jadi kasih agape antara suami-isteri adalah kasih yang didasarkan pada kehendak, bukan perasaan/emosi. Kasih ini menghitung harga pengurbanan yang besar dan mengambil keputusan untuk membayar harga pengurbanan itu. Kasih seperti ini hanya bisa dilakukan oleh seorang yang telah matang dan dewasa dalam kepribadian dan kerohanian, bukan mereka yang masih kekanak-kanakan.<br />Seorang bapak dan suami adalah seorang pegawai negeri yang tidak terlalu tinggi jabatannya. Ia pulang pergi ke kantornya dengan menggunakan sepeda motor.<br />Pada suatu pagi pukul enam, seperti biasanya ia bangun untuk bekerja, tetapi hujan turun deras sekali. Ia mulai segan bangun, “Selimutnya masih hangat, air mandinya dingin dan nafsu makannya belum ada untuk sarapan. Enaknya tetap tidur saja.” Tetapi karena ia tahu bahwa isteri dan anaknya membutuhkannya untuk bangun dan bekerja, ia bangun, mandi dan sarapan juga, walau dengan ogah-ogahan. Setelah itu ia mendorong sepeda motornya keluar, melihat hujan masih rintik-rintik. Ia menggerutu, “Wah hujannya masih lama nih,” tetapi tetap memakai baju hujannya dan naik motornya ke kantor.<br />Bagaimana tindakan bapak ini? Apakah ia mengasihi keluarganya? Tentu saja. Ini adalah contoh pengurbanan Agape: melakukan yang harus dilakukan walau harganya mahal.<br />Seorang isteri yang mempunyai Cinderella Complex, mungkin tidak bisa menerima tindakan suami yang menggerutu. “Kalau sungguh cinta tidak perlu menggerutu. Kalau ada menggerutunya bukan cinta. Cinta harus dilakukan dengan senang hati.” Ini tentunya tidak tepat.<br />Bila suami itu seorang yang kurang dewasa dan kurang bertanggung jawab, ia mungkin terus menutupi kepalanya dengan selimut setelah mengetahui di luar hujan deras. Mendekati jam kerja kantor ia berkata kepada isterinya, “Tolong telepon boss. Katakan kepada boss bahwa suamimu sedang meriang. Tidak bisa masuk kantor hari ini.”<br />Anak seorang ibu terkena demam berdarah. Ia segera dibawa ke rumah sakit. Ketika ibu ini hendak pulang, jururawat di rumah sakit melarangnya pulang. Anaknya harus dijaga malam itu di bangsal rumah sakit dimana banyak anak lain yang juga terkena demam berdarah. Tentunya tidak enak menjaga anak di rumah sakit semalaman. Ibu itu hanya bisa tidur dengan kepala diletakkan di tempat tidur anaknya. Nyamuk banyak dan udara panas.<br />Penjagaan ini dilakukan selama tiga malam sampai masa kritis anak itu lewat. Pada hari ketiga itu ibu itu merasa lelah sekali. Ia menggerutu, “Lelah sekali jaga malam seperti ini. Rasanya saya mau sakit flu.”<br />Apakah ibu ini melakukan tindakan agape? Tentu saja. Ini adalah tindakan agape walaupun ada gerutu keluar dari mulutnya. Memang jauh lebih enak tidur di rumah di kamar yang ber-AC, di kasur spring bed yang empuk dan tanpa gangguan nyamuk. Tetapi karena cintanya kepada anaknya yang sedang sakit parah, ia rela melakukan pengorbanan itu.<br /><br />Ketika seorang bertanya kepada saya tentang apa rahasianya mempunyai pernikahan yang harmonis, saya menjawab sebagai berikut:<br />1. Tambah banyak suami dan isteri melakukan tindakan-tindakan kasih, tambah bahagia dan tambah harmonis hubungan mereka.<br />2. Tetapi begitu mereka tidak mau melakukan tindakan-tindakan kasih, hubungan mereka akan mengalami stagnasi (macet, mandeg) dan mulai merosot kebahagiaannya.<br />3. Sebaliknya tambah banyak mereka melakukan tindakan-tindakan kebencian (memaki, memukul, melecehkan, dll.) hubungan mereka akan merosot cepat.<br />Prinsip di atas berlaku untuk semua pasangan: pasangan muda, pasangan menengah dan pasangan yang sudah tua juga. Jadi, ingin memiliki hubungan yang harmonis dan berbahagia? Lakukanlah sebanyak-banyaknya tindakan kasih. Prinsip ini tidak ada jalan pintasnya.<br /><br />Walaupun sepasang suami-isteri telah menikah dengan berbahagia selama empat puluh tahun dan mereka sudah menjadi kakek-nenek, begitu mereka mulai melanggar prinsip di atas, hubungan mereka akan mulai merosot. Begitu mereka mulai melakukan tindakan-tindakan kebencian begitu mulai menyakitkan hubungan mereka.<br />Seorang juga tidak dapat berpikir: Asal saya aktif dalam pelayanan, menjadi singer atau pemimpin pujian di gereja, pasti pernikahan saya bahagia. Ini tidak benar, sebab begitu ia dan pasangannya mulai melanggar prinsip di atas, mulai merosot juga hubungan mereka.<br />Tidak benar juga berpikir: “Kalau saya jadi pendeta pasti pernikahan saya berbahagia,” atau “Kalau saya menikah dengan seorang pendeta, saya akan berbahagia.” Ternyata banyak pendeta yang tidak berbahagia dalam pernikahan mereka.<br />Mengapa masa berpacaran, terasa berbahagia sekali? Karena ada banyak tindakan kasih antara sepasang muda mudi itu.<br />“Kamu ke kampus pukul berapa besok?<br />“Wah, pagi sekali. Sebelum kuliah kami akan rapat senat dulu. Jam enam saya sudah harus berangkat dari rumah.”<br />“Tunggu di rumah ya, nanti saya antar ke kampus.” Jam 5.30 pagi si pemuda sudah menunggu untuk mengantarkan gadisnya ke kampus.<br />“Nanti pulang jam berapa dari kampus?”<br />“Wah, nanti malam ada praktek di laboratorium. Bisa-bisa pulang jam 8.00 malam.”<br />“Jangan pulang sendiri. Tidak aman bagi seorang wanita pulang malam sendirian di Jakarta.” Pukul 7.30 si pemuda sudah menunggu di kampus.<br />“Haus ya, mau kopi atau teh, atau dibelikan coca cola ya?”<br />Tidak heran masa berpacaran adalah masa bahagia. Keduanya banyak melakukan tindakan kasih. Sayangnya begitu hubungan mereka diberkati di gereja begitu mereka melanggar prinsip di atas mengenai hubungan yang harmonis dan berbahagia.<br />Masing-masing mulai berpikir: “Nggak usah ya. Sekarang tidak perlu berbuat seperti dulu lagi. Toh dia sudah milikku.” Ini adalah kesalahan besar banyak suami-isteri. Begitu menikah mereka langsung melanggar prinsip di atas yang dulu sudah mereka lakukan secara trampil dan ahli. Mereka mulai kehilangan keharmonisan dalam hubungan mereka.<br />“Penjual roti tadi tidak mampir. Tolong belikan roti di toko untuk anak-anak.”<br />“Panas ah, ogah,” walaupun toko roti hanya satu blok dari rumah.<br />“Besok anak-anak tidak ada roti untuk sekolah.”<br />“Kasih saja uang, biar jajan di sekolah.”<br />Dulu ketika berpacaran sang pemuda bolak-balik tiga atau empat kali seminggu dari Bekasi ke Jakarta Barat. Setelah menikah, ogah untuk berjalan satu blok saja dari rumah. Bagaimana suami ini—dan banyak suami-isteri lain—mengharapkan kebahagiaan dalam pernikahan bila ia tidak mau tetap membayar harga keharmonisan itu dengan tindakan agape? Mustahil!<br />Suatu saat saya membimbing sebuah kelompok kecil yang terdiri dari tujuh pasang suami-isteri, jadi dengan saya sendiri kami berlima belas. Kami bertemu selama dua belas minggu, seminggu sekali di rumah salah seorang anggota kelompok. Tujuan pertemuan hanya satu: bagaimana mempunyai pernikahan yang bahagia.<br />Dalam pertemuan-pertemuan itu saya memberikan masukkan yang kemudian dibahas bersama, ada tanya jawab dan diskusi kasus dalam kelompok kecil, ada role playing, dll. Tiap kali sebelum suatu pertemuan berakhir saya memberi suami-isteri itu suatu pekerjaan rumah (PR), yaitu suatu tindakan kasih yang harus dilakukan suami dan isteri paling tidak selama seminggu, kalau bisa sepanjang pernikahan mereka.<br />Saya katakan kepada peserta kelompok bahwa minggu depan saya akan mengecek apakah PR mereka sudah dilakukan. Pada pertemuan berikutnya saya sungguh-sungguh mengeceknya.<br />Saya dapatkan bahwa suami-isteri yang sungguh-sungguh melakukan PR yang diberikan, hubungan mereka menjadi lebih baik dan mulai meningkat. Sebaliknya ada juga suami-isteri yang tidak bersungguh-sungguh melakukan PR mereka. Hubungan mereka tetap mandeg.<br /><br />Pada suatu pertemuan saya mengadakan kegiatan seperti ini: Kami membuat dua buah lingkaran dari kursi-kursi, satu besar dan satu kecil di dalamnya. Mula-mula para isteri duduk di kursi-kursi di lingkaran dalam dikelilingi para suami. Para isteri saya minta untuk meneruskan kalimat ini: “Saya merasa dicintai bila …”<br />Mula-mula para isteri itu ragu-ragu karena ada suami-suami mereka disana tetapi tambah lama mereka tambah berani. Tiap isteri paling sedikit menjawab satu kali. Tentunya ada banyak tertawa. Saya berkata kepada para suami untuk memperhatikan kata-kata para isteri tentang apa yang menyebabkan mereka merasa dikasihi, tetapi terutama kata-kata isteri mereka.<br />Setelah itu situasi dibalik dengan para suami duduk di kursi di lingkaran dalam dan para isteri di kursi luar. Kemudian saya minta para suami itu untuk menyelesaikan kalimat yang sama: “Saya merasa dicintai bila …” Ketawa lebih banyak lagi. Setiap jawaban suami-isteri itu saya catat.<br />Sebelum pertemuan itu berakhir, masing-masing saya beri selembar kertas dengan tulisan seperti ini:<br /><br />Dengan anugerah Allah saya akan ____________________________________________________ __________________________________________________________________________________________<br /> Tanda tangan: ___________________________<br /><br />Para anggota kelompok saya minta untuk menentukan dan menuliskan sendiri PR mereka setelah mendengar apa yang dikehendaki pasangannya.<br />Beberapa yang mereka tulis akan saya bahas sebagai contoh konkrit tindakan kasih agar pembaca buku ini dapat melihat apa yang saya maksudkan sebagai tindakan kasih dalam kehidupan sehari-hari.<br /><br />Seorang suami menulis demikian:<br />Saya akan membantu isteri saya menyiram tanaman di rumah seminggu sekali<br />Komitmen seperti ini tentunya tidak berlaku untuk semua pasangan suami-isteri. Contohnya dalam keluarga kami. Saya dan isteri saya tidak mempunyai hobi tanaman. Halaman depan dan belakang rumah kami gundul saja. Tetapi mungkin isteri dari pria ini senang sekali dengan tanaman. Bukan saja halaman depan dan belakang dipenuhi tanaman hidup yang penuh dengan bunga tetapi juga dalam rumah digantung pot-pot bunga hidup. Tentunya tanaman dalam rumah itu juga harus di siram secara berkala.<br />Misalkan suatu petang sang isteri sudah lelah sekali dan ia duduk di sofanya. Tiba-tiba ia melihat tanaman di pot-pot bunganya mulai kering tanahnya. Daun-daun mulai layu dan menguning. Karena sudah lelah ia berkata kepada suaminya, “Tolong dong, sirami pot-pot bunga itu.” Selama ini sang suami menjawab. “Enggak ah, itu kan proyekmu. Kamu yang sirami sendiri.” Mendengar itu sang isteri hanya diam saja sambil merasa jengkel sekali.<br />Sang suami sudah sadar dan mengambil komitmen seperti di atas. Misalnya pada suatu petang, tanpa diminta isterinya ia mengambil air se gayung dan mulai menyiram pot-pot bunga isterinya. Melihat tindakan suaminya, sang isteri menjadi senang dan mungkin membuatkan kopi susu dan menggoreng pisang. Jadi tindakan kasih suami itu adalah menyiram tanaman isterinya yang dibalas dengan kopi susu dan pisang goreng oleh isterinya. Keduanya melakukan tindakan kasih dan hubungan mereka naik setingkat.<br />Seorang suami lain menulis demikian:<br />Saya akan berhenti memberi komentar tentang wanita cantik<br />Ada isteri-isteri yang bersikap, “Peduli amat, emangnya gua pikiran,” bila suami mereka memuji wanita lain. Tetapi mungkin isteri pria ini tersinggung bila suaminya memuji wanita lain seperti: “Wah, cakep juga cewek itu,” atau “Aduh sexynya,” atau “Lihat langsingnya perempuan itu,” dll.<br />Selama ini suami itu mungkin membanggakan diri: “Pokoknya saya mau jujur, dalamnya hitam. Luarnya harus ngomong hitam. Dalamnya putih, luarnya harus putih. Saya tidak mau bohong. Peduli amat apa kata orang.” Apakah ini Alkitabiah?<br />Di dalam Efesus 4:15 diajarkan kepada kita: “tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih … (Speaking the truth in love—Berkata benar dalam kasih).“ Tidak diperintahkan kepada kita: Berkata benar. Tidak diajarkan hanya: “Speaking the truth” saja. Ada saringan yang dilupakan oleh suami tersebut yaitu saringan kasih. Tanpa saringan ini seorang bisa saja berbicara ceplas-ceplos, menyinggung ke sana, menyinggung ke sini.<br />Suami ini sadar akan kesalahannya yang suka menyinggung perasaan isterinya dan kemudian ia mengambil komitmen untuk memperbaiki dirinya. Tindakan kasih bagi suami ini adalah: plester mulutnya bila ia ingin memuji wanita lain.<br />Seorang isteri menulis demikian:<br />Saya tidak akan mengkritik ibunya lagi<br />Ini adalah kasus khusus. Ibu dari sang suami ternyata pernah mengalami stres yang berat yang tidak cukup rawat jalan. Ia harus dirawat selama kira-kira tiga bulan di rumah sakit jiwa, tetapi setelah itu sembuh sepenuhnya. Peristiwa ini terjadi sebelum sang suami menikah.<br />Tetapi sang isteri akhirnya tahu peristiwa tersebut dan menggunakan hal itu untuk “mengalahkan” suaminya bila sedang bertengkar. Memang bertambah lama kita menikah dengan pasangan kita, bertambah banyak kita mengetahui kelemahannya. Sayangnya bila kita bertengkar dengan pasangan kita, kita cenderung berbuat seperti “mites/pencet” semut, secara total ingin melumatkan lawan kita. Kita berusaha menggunakan kata-kata yang paling menyakitkan untuk menghabiskan lawan kita.<br />Selama ini sang isteri menggunakan kata-kata yang menyinggung rahasia keluarga suaminya, misalkan, “Mamanya edan, anaknya …” bila mendengar kata-kata seperti itu, sang suami akan meledak marahnya. Mungkin sang isteri merasa bangga bisa menang (“Jangan berani main-main dengan saya, kalah, nggak!”)<br />Tetapi siapa yang sebenarnya kalah? Sang suami yang disakiti hatinya seperti itu tentunya akan berusaha membalas dendam. Apakah pada malam itu ia mau bermesraan dengan isterinya? Tentunya tidak. Sepanjang malam ia hanya memberi isterinya punggungnya saja. Besok malam setelah pulang kantor, apakah ia mau segera pulang ke rumah? “Kok enak.” Sengaja ia akan pulang malam sampai pukul sepuluh atau sebelas malam main domino di rumah temannya: “Bila isteri marah-marah, ayo bertengkar lagi.”<br />Bila kemudian sang suami menerima “uang kejutan”—uang yang tidak disangka-sangka akan diterima, bukan gaji yang diketahui isteri berapa jumlah dan kapan akan diterimanya—apakah ia akan membaginya dengan isterinya? Misalkan ia menerima empat ratus ribu, seharusnya suami dan isteri itu masing-masing mendapat hak dua ratus ribu. “Kok enak, isteri yang menyakitkan hati diberi uang. Toh dia tidak tahu adanya uang ini.”<br />Tentunya dalam hal seperti itu, keduanya kalah dan hubungan mereka akan makin merosot. Ini sesuai dengan prinsip di atas: tambah banyak suami/isteri melakukan tindakan kebencian, tambah merosot hubungan mereka.<br />Baiknya sang isteri sudah sadar dan memutuskan untuk melakukan komitmen dengan plester mulutnya sendiri bila ingin menyinggung perasaan suaminya.<br />Seorang suami lain menulis:<br />Saya akan berkata "I love you" dengan mesra sebelum tidur kepada isteri saya<br />Seorang anggota jemaat memberi komentar, “Yah, pak pendeta, masa begitu. Kita kan orang Timur, masa ‘I luv yu, I luv yu-an? Kan orang Bule yang pinter romantis-romantisan: Honey, thank you, love? Malu ah, kalau harus begituan.”<br />Tetapi bila isteri kita membutuhkan kata-kata manis, bagaimana? Memang seorang pria, tidak membutuhkan banyak kata ‘I love you.’ Sekali-sekali bila isteri mengatakan demikian, ya enak juga, tetapi kebutuhan akan kata-kata mesra tidak terlalu besar. Seorang isteri lebih membutuhkannya.<br />“Yah, tapi kita kan tidak biasa, muka kita ditaruh dimana? Apalagi kalo bahasa Indonesia: ‘Aku cinta padamu’ Ih panjangnya, ngeri.”<br />“Bagaimana kalau diganti dengan ‘sayang,’ ‘Aku sayang padamu.’ Atau diganti dengan satu kata saja: ‘say.’ Panggil isteri minimum sehari sekali: ‘say.’”<br />“Ya masih gengsi juga.”<br />Betul, tetapi bukankah dalam Kristus kita sudah belajar menyalibkan gengsi kita juga?<br />Seorang isteri lain menulis:<br />Saya akan membangunkan suami saya tiap pagi dengan ciuman di pipi<br />Suaminya adalah seorang yang sangat senang nonton televisi. Kejadiannya sebelum krismon ’98, ‘99 dimana stasiun televisi bisa ada sampai pukul 3 atau 4 pagi. Tetapi suami ini biasanya tidak tidur sebelum semua stasiun tutup. Akibatnya tentunya ia susah bangun tidur pada pagi hari karena masih mengantuk.<br />Tetapi sang isteri tidak kira-kira bila membangunkan suaminya. Ia masuk kamar tidur, menarik selimut suaminya dengan kasar sambil berteriak, “Bangun, sudah siang!.”<br />Sang isteri kembali lagi ke dapur untuk masak bagi anak-anak mereka. Seperempat jam kemudian ia belum mendengar suaminya bangun dan ia menjadi tambah jengkel. Ia masuk kamar tidur, tarik lagi selimut suaminya, berteriak, “Bangun, malas” lalu keluar membanting pintu kamar tidur. Suaminya kaget dan bangun, tetapi dengan jantung berdebar-debar. Suasana hatinya (moodnya) sudah dirusak.<br />Apakah ia bisa civilized, bertingkah laku baik dan ramah? Tentunya tidak. Ia akan segan mengajak isterinya berbicara. Wajahnya ditekuk. Bila diajak berbicara, jawabnya hanyalah: “Hah,” “Heh,” atau “Terserah sono.”<br />Apakah ia mau memandang wajah isterinya di meja makan? Dengan suasana hati yang dirusak seperti itu tentunya tidak mau. “Mana KOMPASnya,” Lalu ia makan sambil membaca koran, menutupi wajah isterinya dengan koran pagi.<br />Sang isteri mulai sadar dan mengambil komitmen untuk melakukan tindakan kasih: “Membangunkan suaminya tiap pagi dengan ciuman di pipi. Atau tentunya kita sudah belajar dari TV untuk membangunkan suami kita dengan kopi.<br />“Yah pak pendeta, pak pendeta tidak tahu tiap pagi di rumah kami seperti kapal pecah. Saya harus cepat-cepat siapkan makanan. Setelah itu membangunkan kedua anak kami yang masih kecil-kecil, memandikan dan mengeringkan mereka, mengenakan pakaian sekolah pada mereka, dudukkan mereka di meja makan lalu memasukkan sebanyak-banyaknya nasi ke dalam perut mereka. Setelah itu mempersiapkan mereka untuk antar jemput ke sekolah. Masa harus membuat kopi untuk suami? Kan dia sudah gede?”<br />“Tetapi membuat kopi sekarang kan gampang. Sudah ada paket three in one, sudah ada kopi, krim dan gulanya. Tinggal disedu dengan air panas, diaduk lima menit sudah selesai. Lalu sementara suami masih tidur, letakkan kopi di dekat hidungnya. Agar ia bangun dengan suasana hati yang baik”<br />“Yah, tapi itu kan nambah kerjaan?”<br />“Benar sekali. Tindakan kasih berarti “nambah kerjaan.”<br />Inilah contoh-contoh membayar harga untuk mempunyai pernikahan yang berbahagia dan harmonis.<br />Setelah menikah lebih dari 11 tahun, pada suatu hari saya sedang berjalan-jalan santai dengan isteri saya di sebuah mal. Kami hanya berduaan saja. Tiba-tiba, tanpa sengaja, saya menaruh lengan saya di punggung isteri saya dan tangan saya memegang pundaknya. Apa respons isteri saya? Ia memegang tangan saya dan berkata, “Yah ini yang enak.”<br />Kami sudah menikah begitu lama dan saya baru tahu bahwa enak bagi isteri saya bila tangan saya melingkar di pundaknya. Setelah tahu itu sering saya sengaja, entah “in the mood” atau tidak untuk melingkarkan tangan saya di pundaknya (memang biasanya “in the mood.”)<br />Saya harap dengan beberapa contoh yang dijelaskan seperti di atas, pasangan-pasangan suami-isteri tahu apa yang saya maksudkan dengan tindakan kasih. Mereka kemudian dapat melakukannya sendiri dalam keunikan hubungan mereka masing-masing.Bobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-47354329911206107002008-11-23T08:19:00.002+07:002008-11-23T08:23:41.253+07:00Penyesuaian Dalam PernikahanDalam Kejadian pasal 1, setiap mengakhiri satu hari penciptaan, Allah melihat bahwa yang diciptakan-Nya itu baik. Beberapa kali hal itu dinyatakan dalam pasal ini (ayat 4, 9, 18, 25). Bahkan setelah menciptakan manusia sebagai mahkota ciptaan-Nya, menurut gambar dan rupa-Nya, Ia melihat bahwa yang diciptakan itu "sungguh amat baik" (Kej 1:31). Tetapi di Taman Eden itu Allah melihat sesuatu yang tidak baik dan mengatakan, "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia" (Kej 2:18). Ketidak-baikan itu karena manusia masih seorang diri saja.<br />Tentunya ayat ini tidak dapat digunakan untuk membuktikan bahwa keadaan menikah lebih mulia daripada keadaan tidak menikah. Sebaliknya, pernyataan Rasul Paulus dalam I Korintus 7:7 (Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku: tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu) juga tidak dapat digunakan untuk membuktikan bahwa keadaan tidak menikah lebih mulia daripada menikah. Seperti ayat di atas, Paulus dan juga Kristus mengajarkan bahwa setiap orang memiliki karunia dan panggilan yang berbeda-beda (Mat 19:12).<br />Untuk menghadapi setiap situasi hidup, kita memerlukan anugerah Allah. Supaya dapat hidup melajang dengan baik kita memerlukan anugerah Allah; demikian pula supaya dapat hidup dalam pernikahan dengan baik. Ada orang yang memang tidak mampu melajang seumur hidup sehingga ia menikah dan sebaliknya ada orang yang memang sebaiknya tidak menikah karena ia tidak mampu hidup dalam pernikahan dengan baik (misalnya orang yang cenderung menyebabkan penderitaan pada pasangannya dan merusak anak-anaknya).<br />Ada juga yang mampu hidup dengan baik, entah dalam keadaan melajang atau dalam keadaan menikah, tetapi sayangnya ada juga orang yang tidak dapat hidup dengan baik, entah ia menikah atau melajang. Memang ia memiliki kepribadian yang bermasalah.<br />Dalam Kejadian 2:18 kita melihat bahwa Allah sendiri yang membawa Hawa kepada Adam. Jadi, dengan iman kita juga dapat berkata bahwa Allah yang akan mempertemukan kita dengan seorang penolong yang tepat bagi kita. Memang sebagai seorang Kristen kita dapat menyerahkan diri kepada Allah agar Ia mengatur kita, termasuk pilihan teman hidup. Kita dapat yakin bahwa Dialah yang mempertemukan kita dengan suami/isteri kita. Dialah yang memberikan seorang yang baik dan tepat bagi kita.<br />Dalam hal ini kita harus berhati-hati dengan pemakaian kata-kata "Jodoh di tangan Tuhan.” Kata-kata ini tidak ada dalam Alkitab. Ini hanya populer di masyarakat, jadi ada kemungkinan ini adalah konsep yang salah dan kita tidak perlu mempromosikan atau meyakini konsep tersebut.<br />Pandangan Kristen tentang "jodoh" dan "takdir" juga tidak bersifat fatalis seperti pengertian sekuler atau beberapa agama lain. Kehidupan kita sepenuhnya ada di dalam tangan Tuhan yang melakukan semuanya itu demi kebaikan kita. Hal ini sangat berbeda dengan pandangan fatalis atau "Yang akan terjadi biarlah terjadi" (Que sera-sera).<br />Iman Kristen tidak akan berkata, "Kalau memang saya ditakdirkan beruntung, ya akan beruntung. Kalau tidak, ya terima saja," atau, "Bintang kita memang suram tahun ini, kita tidak dapat berbuat apa-apa." Kita juga tidak berkata, "Saya memang sudah dijodohkan dengan dia dan ditakdirkan tidak akan bahagia," atau "Saya sudah dijodohkan dengannya dan memang ditakdirkan bahagia; jadi, biar bagaimanapun 'nakalnya', akan tetap bahagia."<br />Bagi orang-orang Tionghoa Kristen, kita juga tidak berkata, "Memangnya saya 'ciong' dengannya, makanya selalu cekcok seperti ini." Kebahagiaan pernikahan kita juga tidak ada kaitannya dengan shio, she, hari nikah, pertanda sial, bintang dan sebangsanya. Iman Kristen percaya sepenuhnya bahwa Allah yang mengasihi akan mengatur segala sesuatu demi kebaikan orang-orang yang mengasihi Dia (Roma 8:28).<br />Allah adalah agape (1 Yohanes 4:8). Ia menghendaki, merencanakan, dan melaksanakan yang baik bagi kita, kekasih-Nya. Juga dalam hal pilihan teman hidup. Ia akan memberikan pasangan yang baik dan tepat bagi kita. Hanya dalam hal ini perlu kita menyadari bahwa yang baik bagi kita BUKAN berarti yang cantik, yang ganteng, yang kaya, yang sudah mantap karirnya, yang sudah memiliki kerohanian tinggi, yang sudah sangat dewasa, yang paling sabar, yang paling memahami kita dan sebagainya.<br />Yang baik bagi kita adalah yang tepat bagi kita dan kita baginya. Tidak semua kita adalah orang yang cantik atau ganteng. Sering juga kita dan pasangan kita bukan orang yang sabar, bukan yang sudah sepenuhnya dewasa, yang karirnya belum menentu, yang masih belum dapat mengendalikan emosinya. Justru dengan segala kekurangan yang ada pada kita, Allah yang maha tahu dan maha bijak mempersatukan kita dengan pasangan kita supaya bersama-sama kita menjadi dewasa sesuai dengan rencana-Nya.<br />Dalam pernikahan itulah--yang ada kecocokan dan ketidakcocokannya, yang ada penyesuaian dan ada konfliknya--makin lama kita makin menjadi dewasa. Memang pernikahan dengan segala gesekan dan benturan di dalamnya, menjadi alat yang ampuh dan efektif dalam tangan Allah untuk mendewasakan kita, untuk menjadikan kita seperti Kristus (Christ-like, Roma 8:29).<br />Mungkin bila dipasangkan dengan orang yang paling sabar di dunia, sifat kita yang sewenang-wenang justru tidak akan hilang. Mungkin dengan orang yang terlalu sabar justru tidak baik bagi kita. Allah yang mengetahui keadaan dan kebutuhan kita dengan tepat dapat mempertemukan kita dengan pasangan yang paling baik bagi kita.<br />Dalam Kejadian 2:18 Allah menjanjikan bagi kita seorang penolong yang sepadan dengan kita. Hawa diciptakan Allah untuk menjadi penolong Adam, bukan untuk menyainginya, menekannya, mengalahkannya, atau menindasnya. Tetapi sepadan tidak berarti sama. Jelas seorang pria tidak sama dengan seorang wanita. Secara fisik, baik dari luar ataupun dari dalam berbeda sekali. Fungsi alat-alat tubuh juga banyak berbeda. Secara psikis juga banyak berbeda.<br />Kesepadanan atau kecocokan itu dapat kita kiaskan antara anak kunci dengan induknya/kuncinya. Anak kunci sangat berbeda bentuknya dengan induknya. Tetapi agar mereka dapat berfungsi dengan baik, mereka harus pas satu dengan yang lain. Kalau tidak pas/cocok keduanya kehilangan kegunaannya. Hanya kalau pas, mereka dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Tetapi untuk menjadi pas diperlukan proses dan usaha.<br />Kalau misalnya anak kunci itu rusak atau patah, kita pergi ke tukang kunci. Pertama-tama harus dicari bentuk anak kunci yang kira-kira cocok. Setelah itu anak kunci harus dibentuk, dipotong dengan mesin potong, dan dihaluskan dengan sebuah kikir. Baru setelah melalui proses yang "menyakitkan" itu, anak kunci itu cocok dengan induknya. Dan mereka dapat berfungsi menurut "panggilan" mereka.<br />Pasangan yang diberikan Allah kepada kita, dan kita sendiri, harus juga melalui proses penyesuaian yang memerlukan usaha keras dan konflik yang "menyakitkan," agar dapat tercapai keharmonisan seperti yang dikehendaki Pencipta kita. Pasangan kita dan kita sendiri adalah bahan dasar yang sepadan. Melalui usaha keras dalam hubungan suami-isteri, kita dibentuk oleh Allah sehingga menjadi dewasa sesuai dengan kehendak-Nya (Ef 4:13-15). Kebahagiaan dalam keluarga TIDAK datang secara otomatis karena kita dijodohkan Allah, tetapi pada kita diberi potensi untuk bahagia. Dan dalam Kristus kita menerima Roh-Nya yang akan membantu kita dalam proses penyesuaian ini.<br /><br /><br />PENYESUAIAN DALAM PERNIKAHAN<br /><br />Coba kita pelajari usaha penyesuaian dalam pernikahan:<br />Pertama kita menarik sebuah garis yang kita sebut garis nol (lihat gambar 5a). Bila hubungan sepasang suami-isteri terletak di atas garis nol ini, maka mereka berbahagia. Makin jauh di atas garis nol (titik A), makin tinggi ting¬kat kebahagiaan mereka. Sebalik¬nya bila hubungan seorang dengan pasangannya terletak di bawah garis nol, itu berarti mereka tidak berbahagia. Makin jauh di bawah garis nol (titik D), makin tidak berbahagia pasangan itu.<br />Keadaan bahagia itu terjadi di mana ada keserasian, menjadi seperti yang dikehendaki Allah bagi kita, serta banyaknya emosi-emosi positif seperti kasih sayang, sabar, lemah lembut, tenang, damai. Sebaliknya ketidak-bahagiaan ditandai dengan konflik terus-menerus yang tidak terselesaikan dan banyaknya emosi-emosi negatif seperti: kemarahan, kesedihan, kepahitan, iri, cemburu, benci dan dendam untuk waktu yang lama.<br />Dalam pernikahan banyak hal yang dapat menyebabkan berkurangnya kebahagiaan, yang dalam gambar di atas dinyatakan dengan panah ke bawah, dan banyak pula yang menambah kebahagiaan (panah ke atas). Untuk menjelaskan penyesuaian dalam pernikahan, kita akan melihat contoh tentang beberapa faktor yang mungkin bersifat negatif (menurunkan penyesuaian dan mengurangi kebahagiaan) dan kemudian beberapa faktor yang bersifat positif (meningkatkan penyesuaian dan menambah kebahagiaan). Faktor-faktor ini bersifat relatif, artinya bagi satu pasangan sebuah faktor mungkin bersifat negatif, sedang bagi pasangan lain, hal yang sama justru bersifat positif.<br />Suami isteri merupakan dua orang yang mempunyai latar belakang yang berbeda. Mereka dibesarkan dalam keluarga yang berbeda dengan nilai, prioritas dan kebiasaan yang berbeda. Karena perbedaan-perbedaan ini maka di antara mereka, sedikit banyak akan ada konflik.<br />Pepatah “Asam di gunung, ikan di laut bertemu dalam belanga” menggambarkan perbedaan suami-isteri itu dalam pernikahan. Meskipun akhirnya bertemu di belanga dan di bawah olahan seorang koki dapat menjadi masakan yang enak, tetapi yang satu adalah asam dari gunung dan yang lain adalah ikan dari laut. Yang satu dari daerah tinggi, sejuk dan kering; yang lain dari daerah rendah, panas dan basah.<br />Contoh perbedaan yang mungkin dapat menimbulkan faktor negatif tampak pada gb. 5b.<br />Yang pertama ialah adanya perbedaan PENDIDIKAN yang besar. Perbedaan seperti ini mudah menjadi faktor negatif dalam penyesuaian suami-isteri.<br />Seorang isteri mungkin putus sekolah waktu di kelas 2 SMA, jadi ijazahnya adalah ijazah SMP, sedangkan suaminya adalah seorang ahli bedah. Mereka bertemu waktu suami masih mahasiswa tingkat pertama dan menikah sebelum ia lulus menjadi dokter. Sementara suaminya kuliah, isterinya bekerja.<br />Lingkungan suami adalah lingkungan intelektual medis di sebuah rumah sakit sehingga dalam aktivitas sosial mereka, isteri dapat merasa terasing. Kalau ada pesta di rumah sakit dan suami mengajak isterinya, si isteri mungkin akan merasa rendah diri di tengah para dokter dan jururawat. Mungkin ia berpikir, "Saya tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Kenapa mereka tiba-tiba tertawa. Kalau saya berbicara sedikit saja dengan jururawat-jururawat, akan ketahuan bodohnya saya ini."<br />Akibatnya, dalam pesta itu ia menyendiri saja duduk di pojok, dan hanya berbicara kalau diajak berbicara. Lama kelamaan suaminya mungkin akan menjadi malu karena isterinya. Akhirnya si isteri mungkin segan datang ke pesta-pesta di rumah sakit. Tentunya suami yang sendiri datang ke pesta-pesta bukan merupakan hal yang baik. Godaan perselingkuhan akan besar.<br />Selain itu perbedaan pendidikan yang besar menyebabkan perbedaan dalam cara berpikir, menalar, mengambil kesimpulan dan mengambil keputusan. Suami jengkel melihat cara isteri mengambil keputusan yang "kekanak-kanakan" dan isteri tidak mengerti cara suami mengambil keputusan.<br />Hal yang sama berlaku pula bila isteri yang pendidikannya jauh lebih tinggi dari suaminya. Suaminya yang akan menjadi minder. Itulah sebabnya pilihan calon suami bagi wanita-wanita yang sudah sarjana menjadi berkurang (pria yang berpendidikan lebih rendah akan minder mendekati wanita yang berpendidikan lebih tinggi).<br />Tidak adanya penyesuaian seperti ini dapat dikurangi bila pasangan yang berpendidikan formal lebih rendah memiliki kecerdasan yang cukup tinggi dan mau terus belajar dan membaca hingga ia dapat mengimbangi pendidikan pasangannya.<br />Perbedaan KEBIASAAN yang pasti ada antara sepasang suami-isteri, mungkin merupakan faktor negatif yang besar.<br />Seorang isteri dibesarkan dalam sebuah keluarga besar oleh seorang ibu yang perfectionist, yang menghendaki semuanya harus sempurna dan tepat. Karena itu, segala sesuatu di rumah harus berfungsi pada tempatnya. Sepatu-sepatu harus diletakkan di rak sepatu kalau tidak dipakai. Perabot-perabot harus selalu teratur, tetap letaknya dan rapi. Lantai bersih mengkilap. Setiap bangun tidur anak-anak harus segera membenahi tempat tidur masing-masing. Tempat tidur hanya digunakan untuk tidur, tidak boleh untuk tempat bermain, bergurau ataupun membaca. Pakaian-pakaian bersih dimasukkan dalam lemari masing-masing dan ada tempat tersendiri untuk pakaian kotor.<br />Sebaliknya suami adalah anak tunggal yang dimanjakan oleh ibunya. Waktu pulang sekolah dulu, sementara masuk rumah, bajunya yang basah oleh keringat dilepaskan dan diletakkannya di sofa depan. Ia melepaskan sepatu dan kaos kakinya di ruang tamu. Sementara itu, ia menceritakan pengalamannya hari itu kepada ibunya yang sedang mempersiapkan makan siangnya. Setelah itu, masih tanpa baju, ia duduk di meja makan, sambil ditemani ibunya yang telah rindu pada anaknya setelah ditinggal setengah hari. Ia tahu bahwa nanti ibu atau pembantunya yang akan mengumpulkan baju, sepatu, kaos kakinya, dan ibunya akan melakukannya dengan senang untuk anak tunggal ini.<br />Di tempat tidurnya anak tunggal ini sering belajar, mendengarkan CD-nya, ngobrol dengan teman-temannya dan sekali pernah mengadakan rujak party. Ia tidak pernah harus merapikan kamar tidurnya.<br />Setelah keduanya menikah, si isteri selalu mengomel kalau suami tidak menggantungkan pakaiannya di tempat semestinya. Ia menjadi perfectionist seperti ibunya dan menganggap cara ibunyalah yang paling baik, karena itulah satu-satunya cara yang diketahuinya. Ia marah kalau sehabis mandi suaminya meletakkan handuk basah di tempat tidur. Suatu saat tulang keringnya terantuk keras pada laci lemari yang oleh suaminya lupa didorong masuk seluruhnya. Ia sangat marah, melihat suaminya yang berpendidikan tinggi "tidak masuk akal.” "Selamanya dan di mana saja laci itu setelah selesai dipakai harus didorong masuk sepenuhnya." Sang suami menganggap isterinya tidak masuk akal.<br />Sebaliknya sang suami tidak dapat mengerti mengapa isterinya marah-marah kalau ia mengangkat anaknya dan bergelut dengannya di tempat tidur ("Jangan main di tempat tidur. Tempat tidur hanya untuk tidur. Namanya saja tempat tidur. Sudah sarjana masih belum mengerti juga.") Bantahannya: "Ini tempat tidur kita. Kita beli dengan hasil keringat kita sendiri. Mengapa tempat tidur hanya untuk tidur ? Mau kita bakar juga urusan kita. Penjualnya malah senang kita harus beli lagi."<br />Si suami juga merasa jengkel ketika berusaha mengajar isterinya untuk memencet tapal gigi/odol mereka dari ekornya, tetapi tidak pernah berhasil. Si isteri selalu memencet odol di leher atau perut. Memang si suami selalu melihat ayahnya memencet odol dari ekor. Kemudian setelah setengah habis, ayahnya menggunakan pangkal sikat gigi untuk menekan bagian yang telah kosong lalu secara rapi melipatnya ke depan. Dengan demikian tidak ada odol yang terbuang. "Mengapa memencet odol selalu di leher atau perutnya. Kenapa tidak di ekornya?.” Si isteri kemudian menjawab, "Ini odol kita sendiri, kita beli dengan hasil keringat kita sendiri. Mau dipencet di lehernya atau kita bakar juga urusan kita.'<br />Hal-hal seperti ini rasanya kecil, tetapi sering menjadi sumber konflik dan dapat menjadi pertengkaran yang tidak selesai-selesai. Dalam hal ini siapa yang harus kita salahkan? Siapa yang benar, siapa yang salah. Apakah ada bimbingan Firman Allah? Tidak ada. Memang tidak ada yang salah. Suami dan isteri itu mempunyai pendidikan dan latar belakang yang berbeda, kebiasaan-kebiasaan yang mereka lihat dan serap juga berbeda; sebab itu keyakinan mereka tentang “tingkah laku yang tepat” berbeda pula.<br />Kemungkinan faktor negatif lain dalam pernikahan ialah perbedaan SOSIAL EKONOMI keluarga asal mereka (lihat gb. 5b).<br />Perbedaan lingkungan sosial yang tajam, misalnya dari kalangan ningrat menikah dengan seorang dari kalangan buruh atau petani, dapat menyebabkan perbedaan nilai, etiket, dan etika; cara berbicara dan perbendaharaan kata mereka, cara menanggapi dan memecahkan suatu masalah hidup. Bahkan perbedaan cara makan pun ditentukan oleh perbedaan lingkungan sosial masa lampau seseorang.<br />Suatu ketika waktu masih menjadi mahasiswa di Kansas City, saya pernah diundang makan di rumah seorang teman gereja. Teman ini sebaya dengan saya dan waktu itu ia sudah menikah dan mempunyai seorang putra. Setelah makan kami masih duduk di sekitar meja makan sambil bercakap-cakap. Piring dan alat-alat makan lainnya belum disingkirkan. Sementara kami bercakap-cakap itu, tiba-tiba teman saya mengambil garpunya dan menggunakannya untuk menggaruk punggungnya. Melihat itu isterinya merasa malu dan marah padanya. Ia meminta maaf pada saya untuk perbuatan suaminya.<br />Bagaimana hal ini bisa terjadi? Mungkin teman saya itu dibesarkan oleh seorang bapak yang juga sering menggaruk dengan sendok, garpu atau pisau makan. Seorang anak yang dibesarkan oleh orangtua yang sering meludah di lantai atau di tanaman hias, atau membuang sampah di sebarang tempat, tidak akan merasa bersalah dan tidak akan merasa malu dilihat orang lain melakukan hal-hal yang sama juga.<br />Memang kita tidak lagi hidup di jaman Siti Nurbaya, di mana pernikahan antara dua orang dari kedudukan sosial yang berbeda tidak dikehendaki, tetapi kepribadian dan kebiasaan kita tidak lepas dari bentukan lingkungan hidup dan nilai-nilai orang penting, terutama orangtua, dalam hidup kita. Ini berlaku juga di masyarakat modern.<br />Seorang pendeta pernah bercerita kepada saya tentang temannya yang dari keluarga ningrat di Yogya. Pemuda ini belajar di Australia. Di sana ia menikah dengan seorang wanita kulit putih Australia. Setelah menyelesaikan studi, mereka kembali ke Indonesia dengan maksud menetap di sini. Ternyata tidak lama kemudian mereka harus kembali ke Australia dan menetap di sana.<br />Tidak ada kecocokan antara ibu dengan isteri pemuda ini. Salah satu penyebabnya ialah kebiasaan wanita kulit putih ini. Ia suka bertolak pinggang--bukan karena menantang dan tidak menghormati, tetapi karena suatu kebiasaan yang lazim baginya sebagai wanita barat, bahkan suatu pose yang menarik dalam dunia peragaan. Mertuanya yang melihat hal itu tidak dapat menerimanya. Bertolak pinggang adalah suatu hal yang tabu bagi mereka, terutama di kalangan ningrat.<br />Hal lain ialah cara duduknya. Pernah satu kali ibu mertua ini keluar dari kamarnya untuk duduk di ruang depan. Ia melihat menantunya sudah duduk di sana dengan celana pendek dan kaki yang di silang tegak lurus, juga suatu cara duduk yang lazim bagi wanita barat itu. Melihat hal ini, ibu itu diam-diam masuk lagi ke kamarnya sambil mengelus-elus dadanya.<br />Masih banyak perbedaan dan kebiasaan-kebiasaan lain yang menyebabkan wanita Australia itu tidak betah tinggal di Indonesia sehingga akhirnya mereka balik ke Australia.<br />Perbedaan nilai disebabkan oleh perbedaan sosial keluarga asal mereka, juga merupakan faktor yang peka dalam usaha penyesuaian dalam pernikahan. Mungkin perbedaan ini lebih tajam daripada perbedaan tata cara dan etiket. Perbedaan nilai ini juga dapat disebabkan karena perbedaan taraf ekonomi keluarga asal suami-isteri itu. Nilai-nilai menentukan tujuan hidup, filsafat hidup dan apa yang diutamakan dalam kehidupan sehari-hari seseorang. Hal ini tentunya mempengaruhi hirarki keluarga dan prioritas hidup.<br />Seorang yang dibesarkan dalam sebuah keluarga yang berlimpah dengan uang akan mempunyai nilai yang berbeda sekali terhadap uang dibandingkan dengan seorang dari keluarga yang ekonominya pas-pasan. Kekikiran dan keborosan suami/isteri sering menyebabkan konflik-konflik yang tajam dalam keluarga.<br />Demikian pula suami isteri yang berasal dari bangsa atau suku yang berbeda (lihat gb. 5b). Perbedaan BANGSA/SUKU BANGSA ini dapat menjadi faktor negatif yang besar. Dalam hal ini perlu saya tekankan bahwa saya tidak menentang perkawinan campuran bangsa atau suku bangsa, tetapi kita harus melihat faktor-faktor negatif yang mungkin timbul dalam perkawinan antar suku/bangsa secara realistis.<br />Setiap bangsa atau suku mempunyai temperamen atau sifat sendiri, dan hal itu mempengaruhi dan membentuk kepribadian tiap anggota suku/bangsa itu. Bila sepasang suami-isteri berasal dari suku/bangsa yang mempunyai temperamen, adat, kebudayaan dan kebiasaan yang sangat berbeda, maka mereka mungkin sekali mengalami kesulitan dalam penyesuaian.<br />Jikalau kita mengadakan konseling pra-nikah dengan sepasang muda-mudi yang akan menikah, kita wajib membicarakan semua hal yang kelak mungkin menjadi hambatan dalam usaha mereka menuju kebahagiaan keluarga. Kita membicarakan perbedaan latar belakang mereka dan kalau kita mengetahui mereka berasal dari bangsa atau suku sangat yang berbeda adat dan budayanya, kita perlu menyediakan waktu untuk membahas perbedaan itu.<br />Perbedaan temperamen, adat, dan kebudayaan bangsa/ suku yang besar mungkin menyebabkan faktor negatif yang besar pula sedangkan perbedaan yang kecil mungkin tidak akan begitu berpengaruh. Misalnya konflik dalam pernikahan dari seorang asal Jawa Timur dan Jawa Tengah mungkin tidak akan sebesar konflik pernikahan seorang dari suku Batak dengan seorang suku Jawa dari Solo. Konflik-konflik karena perbedaan suku/bangsa ini tentunya harus diatasi dengan kedewasaan suami-isteri itu juga. Meskipun kita hidup di negara Bhinneka Tunggal Ika, tetapi sumber konflik karena perbedaan adat dan budaya suku akan masih ada.<br />Perbedaan temperamen suku bangsa sering tidak tampak pada dua sejoli yang sedang mabuk eros. Tampaknya perbedaan ini bukan masalah yang besar. Setelah mereka menikah dan cemerlang eros tidak lagi menutupi mata mereka, barulah mereka melihat konflik-konflik besar karena perbedaan temperamen dan adat suku. Untuk mengatasi konflik-konflik ini diperlukan agape.<br />Ada beberapa buku yang telah membahas temperamen, kepribadian dan cara berpikir suku-suku bangsa dalam negara kita (misalnya sudah ada buku-buku tentang orang Jawa, Minangkabau, Bali, keturunan Tionghoa dan lain-lain). Sebagai konselor kita perlu mempelajari perbedaan-perbedaan temperamen ini untuk dapat memberi konseling pra-nikah dengan baik kepada pasangan yang berbeda suku.<br />Suatu sumber konflik lain yang tidak digambar pada gb. 5b ialah TUJUAN HIDUP. Perbedaan tujuan hidup yang tajam dapat menimbulkan konflik. Bahkan tujuan hidup yang sama tetapi tidak diselaraskan pun dapat menimbulkan konflik. Misalnya sepasang suami-isteri bintang film mempunyai tujuan yang sama: menjadi tenar. Bagi mereka, tujuan yang sama ini dapat menjadi persaingan yang tajam, apa lagi kalau sang isteri melesat jauh lebih tenar dari suami dan sang suami menjadi minder.<br />Hal yang mirip dapat terjadi pada sepasang suami-isteri yang sama-sama bekerja dan berusaha memajukan karir, tetapi pendapatan isteri jauh lebih tinggi daripada pendapatan suaminya. Keadaan ini mungkin menyebabkan suami merasa rendah diri dan tidak dibutuhkan lagi, sedangkan isteri tergoda untuk menjadi dominan, merasa lebih dari suaminya, tidak mau tunduk lagi kepadanya, ataupun mempunyai perasaan "tidak membutuhkan" suaminya lagi.<br />Konflik karena perbedaan tujuan hidup ini tampak pula kalau suami atau isteri lebih mementingkan karirnya daripada keluarganya, lebih mementingkan pelayanan kepada orang lain, gereja dan masyarakat daripada melayani dan mengasihi pasangan dan anak-anak mereka. Mungkin suami mempunyai suatu tujuan untuk menyerahkan diri bagi panggilan hidupnya, misalnya pelayanan sosial, atau pelayanan dalam ladang Tuhan, sedangkan isterinya tidak mempunyai panggilan hidup yang sama, tidak memahami suaminya, atau malahan mempunyai keinginan yang berlawanan.<br />Seorang dokter yang idealis mempunyai panggilan hidup untuk melayani masyarakat di daerah terpencil dan minus. Ia sangat dihormati oleh orang-orang di desanya. Ia merasa dirinya sangat terpenuhi hidupnya. Tidak demikian dengan isterinya, seorang anak kota, Jakarta, dari keluarga kaya. Ia mempunyai hobi bermain piano dan suka sekali shopping di mal. Ketika sedang berpacaran mereka tenggelam dalam cinta eros. Si gadis bangga dengan calon suaminya walaupun mendekati saat pernikahan mereka, gadis ini mulai merasa cemas dan was-was.<br />Selama dua, tiga tahun si isteri dapat memaksa dirinya untuk ikut berkorban, tinggal di desa tanpa listrik, piano dan mal. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari mereka tampak banyak konflik. Pada tahun ke empat si isteri merasa dirinya hampir menjadi gila. Ia kemudian memberi ultimatum kepada suaminya: kembali ke kota atau berpisah. Setahun kemudian mereka berpisah, isteri kembali ke kota dan suami tetap di daerah yang terpencil karena ia lebih memilih panggilan hidupnya daripada isterinya.<br />Dalam kasus seperti ini kita tidak dapat mudah mempersalahkan sang suami atau isteri. Kasus yang serupa sering terjadi pada seorang pendeta yang mempunyai isteri yang tidak dapat mengerti panggilan hidupnya. Konflik seperti ini bukan hanya terjadi pada pendeta yang bertugas di daerah yang gersang dan minus, tetapi juga di kota-kota besar. Isteri yang tidak merasakan "panggilan" sebagai seorang isteri pendeta, tidak akan dapat menyesuaikan dirinya dengan kehidupan yang mempunyai banyak batasan seperti itu. Dalam hal inipun kita tidak dapat menyalahkan salah satu pihak.<br />Pada pernikahan, ada satu hal lagi yang merupakan sumber konflik luar biasa, yaitu: PERBEDAAN AGAMA. Kalau kita dapat mengukur besar faktor-faktor negatif di atas, perbedaan agama jauh lebih besar daripada faktor negatif lainnya. Banyak agama yang menyadari hal ini sehingga melarang perkawinan campur agama.<br />Alkitab juga dengan tegas melarang hal ini. Di dalam Perjanjian Lama, Allah sudah memberikan petunjuk tentang hal ini dengan jelas dalam Kel. 34:16; Ul. 7:3, 4; Ezra pasal 10 dan Neh. 13:26, 27;. Tujuan dari larangan ini adalah pencegahan supaya umat Allah tidak menyembah berhala setelah mengambil suami/isteri asing. Kecenderungan untuk menyembah berhala ini sangat besar dalam pernikahan dengan pasangan yang masih menyembah berhala.<br />Larangan Allah bagi anak-anak-Nya untuk menikah dengan orang yang tidak bertuhankan Kristus seperti dalam Perjanjian Lama masih berlaku sampai sekarang. Di hadapan Allah nilai keselamatan kekal jauh lebih tinggi daripada seluruh isi dunia ini. "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?" (Mat. 16:26). Yang dimaksudkan dengan "seluruh dunia" termasuk seorang suami atau isteri, yang bagaimanapun tampan atau cantiknya, berkedudukan tinggi, kaya, dan "baik,” tetapi menyebabkan kita berpaling dari Kristus. Nyata sekali bahwa keselamatan kita lebih penting dan lebih utama daripada hubungan kita dengan seseorang.<br />Begitu kuatnya kebenaran ini sehingga Allah dalam firman-Nya mengizinkan perceraian bagi pernikahan yang mengancam keselamatan seseorang. "Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat..." (1 Kor. 7:15).<br />Kalau suami/isteri yang tidak beriman kepada Kristus memberi ultimatum kepada pasangan yang beriman seperti ini: “Tinggalkan Kristus atau engkau akan kuceraikan, pilih aku atau Kristusmu,” maka yang beriman boleh menerima perceraian itu. Tetapi bila yang tidak beriman mau tetap hidup dengan pasangannya yang beriman, maka yang beriman tidak boleh menceraikan yang tidak beriman. Jadi, perceraian tidak boleh datang dari pihak yang beriman kepada Kristus. Memang kalau seorang dipaksa untuk memilih antara Kristus atau pasangannya, diharapkan Kristus lebih penting baginya daripada apa pun atau siapa pun.<br />Perlu diingat bahwa I Korintus 7:12-16 menggambarkan situasi sepasang suami-isteri yang pada waktu menikah keduanya belum beriman, tetapi kemudian seorang di antaranya menjadi Kristen. Untuk orang-orang beriman yang belum menikah, berlaku perintah Allah untuk tidak menikah dengan orang yang tidak bertuhankan Kristen seperti dalam II Korintus 6:14,15 dan I Korintus 7:39.<br />"Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat dalam antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?"<br />"Isteri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya."<br />Sebuah faktor lain yang dapat menjadi faktor negatif dalam pernikahan ialah KEUANGAN. Keadaan keuangan yang selalu kurang dalam keluarga dapat melenyapkan kebahagiaan keluarga. Tentunya tidak adanya uang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan utama keluarga akan sangat mempengaruhi hubungan suami-isteri itu. Mereka mungkin sering merasa cemas, frustrasi, rendah diri, dan menderita dalam kemiskinan yang parah. Jadi, penghasilan keluarga juga banyak menentukan kebahagiaan suatu keluarga.<br />Penghasilan keluarga ini sangat erat hubungannya dengan pendidikan dan ketrampilan pencari nafkah dalam keluarga itu. Memang secara umum, ada kaitan antara kebahagiaan keluarga dengan pendidikan suami atau isteri dalam keluarga itu. Dari penelitian didapatkan bahwa pendidikan suami-isteri yang tinggi akan menyebabkan kebahagiaan pernikahan yang lebih tinggi pula dibandingkan dengan suami-isteri dengan pendidikan rendah.<br />Keadaan yang sebaliknya juga mungkin berlaku dimana kelimpahan uang yang luar biasa dapat menjadi faktor negatif suatu pernikahan. Dengan banyaknya uang, anak-anak dapat menjadi terlalu manja dan memiliki nilai-nilai buruk. Dengan berlimpahnya uang, keinginan untuk berdosa dapat timbul (misalnya hadirnya seorang PIL atau WIL—pria atau wanita idaman lain.)<br />Kembali kepada gb. 5b, kalau suami/isteri mempunyai faktor-faktor negatif besar seperti itu, dan misalnya kita dapat mengukur faktor-faktor negatif itu sebesar -50, maka dengan keadaan seperti itu, kemungkinan besar mereka tidak akan mempunyai pernikahan yang bahagia. Mereka mungkin akan bercerai, ataupun kalau tidak bercerai secara de jure (secara hukum), akan bercerai secara de facto (secara kenyataan).<br />Tetapi syukurlah, terutama bagi mereka yang dalam Kristus, karena ada faktor-faktor positif yang dapat mengimbangi faktor-faktor negatif itu. (lihat gb. 5c).<br /><br />Satu faktor positif yang utama ialah kasih AGAPE. Agape akan banyak sekali menutupi kekurangan-kekurangan yang disebabkan oleh faktor-faktor negatif yang di sebelah kiri. Di samping agape, kasih EROS dan kasih FILIA juga merupakan faktor-faktor positif dalam pernikahan meskipun tidak sebesar agape.<br />Setelah itu, MENGAMPUNI adalah suatu faktor yang sangat diperlukan dalam pernikahan. Dalam hubungan sehari-hari sebagai suami/isteri akan banyak sekali tampak kelemahan dan kesalahan pasangan kita. Kesalahan dan kelemahan itu akan nyata dalam cara bertindak, berpikir, ataupun sikapnya. Sebaliknya kelemahan dan kesalahan kita juga akan tampak oleh pasangan kita. Setelah mengetahui kesalahan dan kelemahan ini, kita dapat menyimpannya di hati kita sehingga kita menjadi kecewa, kehilangan penghargaan terhadapnya, menjadi pahit dan getir, benci dan mendendamnya.<br />Kita dapat juga bertindak lain, yaitu mengampuni serta melupakan kelemahan dan kesalahan-kesalahan itu. Dengan demikian kita akan terhindar dari kepahitan dan kegetiran. Dengan mengasihi dan mengampuninya, kita akan dapat menerima kelemahan-kelemahannya sebagaimana adanya.<br />Memang sukar mempunyai faktor mengampuni ini, tetapi suami/isteri yang memilikinya akan dapat mengatasi banyak problema pernikahan dan tidak memberi kesempatan timbulnya banyak sumber konflik. Banyak pernikahan hancur, atau paling sedikit tidak bahagia, karena tidak adanya faktor ini.<br />Sering dalam perselisihan, kita mendengar suami/isteri mengungkit-ungkit kembali kesalahan pasangannya yang dilakukan seminggu, sebulan, setahun yang lalu, bahkan kesalahan yang dilakukan waktu mereka masih berpacaran. Sakit hati masa lampau diungkit kembali yang tentu saja akan semakin membakar dan mengobarkan perselisihan antar mereka.<br />Dalam Matius 18:21-35 Yesus Kristus memerintahkan agar kita mengampuni seseorang bukan saja sekali, tiga kali, atau tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Siapa yang mungkin bersalah kepada kita sampai 70 x 7 x itu? Hampir tidak ada, kecuali pasangan hidup kita dan mungkin anak atau orangtua kita. Kita mendengar seseorang berkata, mungkin dengan bangga, "Saya ampuni suami saya sekali, dua kali, bahkan sampai tiga kali. Sesudah itu, jangan harap saya mengampuninya lagi." Yesus meminta jauh lebih dari tiga kali saja dari orang beriman, bagi warga negara Kerajaan Allah.<br />Kalau kita bersalah terhadap pasangan kita satu kali seminggu saja--ini sudah sedikit sekali--maka setahun sudah 52 kali dan dalam sepuluh tahun sudah lebih dari 70 x 7. Lalu apakah ia boleh mulai mendendam dan menceraikan kita setelah lebih dari sepuluh tahun menikah? Yesus masih memerintahkan mengampuni lebih dari itu: 70 x 7 x, masih kali lagi, seterusnya, sama seperti Bapa kita di Surga tanpa batas, tak henti-hentinya mengampuni kita.<br />Faktor positif lain ialah MINTA AMPUN. Sering seorang suami atau ayah merasa bahwa dengan meminta ampun jika ia melakukan suatu kesalahan akan menghilangkan penghargaan isteri dan anak-anaknya terhadap dirinya. Sebab itu ia tidak akan minta ampun meskipun anaknya, isterinya, dirinya, dan bahkan para pembantu di rumah tahu bahwa ia yang bersalah.<br />Pandangan ini keliru sekali. Ia malah akan kehilangan respek isteri dan anak-anaknya jika ia tidak mau mengaku salah bila ia bersalah dan bersikeras menjalankan kehendaknya. Kalau hal ini terus terjadi, maka bukan saja isteri dan anak-anaknya akan kehilangan penghargaan terhadapnya, mereka malah akan benci kepadanya.<br />Seorang ayah dalam keadaan lelah pulang dari pekerjaannya mendapatkan putranya yang sulung ribut berkelahi dengan adiknya. Ayah itu langsung memukul si sulung sehingga anak itu menangis dan lari masuk kamarnya. Kemudian dari isterinya ia mendengar bahwa sebenarnya yang bersalah dan yang memulai perselisihan itu adalah si adik.<br />Apa yang sekarang dilakukan oleh ayah itu? Kalau ia berkata. "Biar, pukulan itu untuk waktu-waktu yang lalu ketika ia nakal dan tidak dihukum," mungkin ia mulai menumbuhkan rasa "tidak adil" dan sakit hati yang lama-lama bisa menjadi benci dalam diri si sulung.<br />Sebaiknya ia masuk kamar anaknya dan berkata, "Nak, ampuni ayah. Tadi ayah tanpa memeriksa lebih dulu langsung memukul kamu. Kata mama kamu tidak bersalah." Si sulung akan bisa mengampuninya dan rasa hormatnya terhadap ayahnya tidak akan berkurang. Lebih dari itu ia akan belajar bahwa ayahnya bukan Allah yang tidak bisa berbuat salah, tetapi manusia biasa saja. Anak itu akan memasuki suatu tahap penting dalam pendewasaan seseorang: sadar bahwa ayahnya bukan “Allah” yang tidak bisa melakukan kesalahan tetapi ayahnya juga bukan “iblis” yang jahat dan selalu sewenang-wenang.<br />Karena dalam hubungan suami/isteri kita sering bersalah dan berdosa terhadap pasangan kita, maka kita tidak boleh segan-segan meminta maaf dan ampun kepadanya. Permintaan ampun ini akan banyak meredakan kepahitan, benci, dan dendam.<br />Faktor positif lain ialah KESETIAAN pada pasangan.<br />Sebelum menikah, pada masa akan menentukan calon teman hidup kita, kita sering bingung dan bertanya-tanya melihat banyaknya pilihan yang ada. Kalau kita seorang pria, mungkin kita berpikir, "Mana pilihan yang tepat? Nita cantik dan anggun, Sinta sexy dan populer, Maria rasanya sangat rohani dan aktif di gereja. Mana yang baik buat saya?" Kemudian kita berpikir, "Nanti kalau saya sudah menikah, problema godaan ini pasti tidak akan ada lagi. Setelah menikah, wanita-wanita lain tidak akan menarik lagi karena saya akan sangat mengasihi isteri saya."<br />Tetapi kenyataannya tidak demikian, karena setelah menikah wanita-wanita yang tadinya menarik itu akan tetap menarik: Nita tetap anggun dan cantik, Sinta tetap sexy, dan Maria tetap rohani. Meskipun kita mencintai pasangan kita, godaan-godaan itu tetap ada. Godaan ini akan lebih parah lagi kalau ada perselisihan yang mendalam dan kekecewaan terhadap pasangan. Timbul pikiran-pikiran: "Apakah saya tidak salah pilih? Kalau saya menikah dengan Maria yang sabar itu, mungkin tidak seperti ini. Apa waktu menikah dulu saya ada dalam kehendak Tuhan?"<br />Bila godaan akan tetap ada, apa yang menyebabkan seorang suami tetap pulang setiap petang kepada isterinya? Jawabannya ialah: Kesetiaan. Meskipun di kantornya ia dikelilingi oleh wanita-wanita muda yang cantik, apa yang menyebabkannya tetap setia kepada isterinya yang sudah tidak muda itu? Jawabannya ialah: Komitmennya untuk setia. Ini adalah unsur ketetapan hati dan ketetapan kehendak. Kesetiaan suami/isteri kepada pasangannya sangat membantu kestabilan suatu pernikahan.<br />Ada suatu pepatah dalam bahasa Inggris yang mengatakan "Grass is greener on the other side of the fence." (Rumput dibalik pagar tampaknya lebih hijau daripada rumput di halaman kita, lihat buku “Mengatasi Masalah Hidup,” ps. VII). Memang apa yang bukan milik kita kadang-kadang kelihatannya lebih menarik, lebih indah, lebih cantik, dan lebih memuaskan daripada apa yang kita miliki. Setelah menikah, ada pria dan wanita yang kelihatannya lebih menarik daripada pasangan kita. Membanding dengan orang lain, kadang-kadang kita merasa bahwa pasangan kita kalah jauh dengan mereka, terutama kalau kita sedang berada dalam masalah yang lama tak terselesaikan. Kita akan tergoda untuk berpikir, "Betapa nikmatnya kalau saya memiliki Sinta, sayang tidak."<br />Banyak orang yang kemudian mewujudkan pikiran itu. Tetapi banyak dari mereka yang kemudian merasa kecewa karena setelah apa yang bukan miliknya itu menjadi miliknya, ternyata kemudian tampak tidak menarik lagi. Setelah "rumput" di balik pagar halaman tetangga itu masuk dalam halaman kita, "rumput" itu kelihatannya tidak hijau segar lagi. Apa yang dulu menggiurkan, ternyata setelah didapat sekarang, tidak menggiurkan lagi. Malah karena sekarang harus membiayai dua rumah tangga, isteri muda yang ternyata banyak permintaan itu, kelihatan jelek dan menjadi beban seperti lintah yang telah melekat.<br />Sebagai pengikut-pengikut Kristus, tentunya kita harus melawan godaan-godaan ini. Usaha ini akan lebih mudah dilakukan kalau didasarkan iman kepada firman Allah dan bukan hanya ketetapan hati belaka. Pada permulaan pasal ini kita melihat bahwa Allah tidak memberikan kepada kita pasangan yang cantik, yang sabar, yang dewasa dalam iman, dan sebagainya, tetapi yang baik dan tepat bagi kita.<br />Roma 8:28 memberi keyakinan kepada kita bahwa bagi kita yang sudah menikah, Allah bekerja untuk kebaikan kita ketika kita dulu menikah. Peristiwa itu bukan suatu kebetulan, bukan suatu kesalahan, dan bukan suatu yang luput dari pengetahuan Allah. Allah yang mahatahu itu sudah mengetahuinya berjuta-juta tahun sebelumnya. Soalnya sekarang ialah, apakah kita membiarkan godaan-godaan menghancurkan kita, atau, apakah janji nikah dan komitmen kita waktu pernikahan kita diberkati tetap berlaku?<br />Pertanyaan kunci yang menentukan sikap, tingkah laku dan kata-kata kita ialah bagaimana pernikahan kita dapat menjadi kebaikan bagi kita dan pasangan kita, menjadikan kita dari hari ke hari semakin dewasa di dalam Kristus? Bagaimana seharusnya sikap kita menghadapi konflik dan gejolak pernikahan sehingga godaan-godaan itu tidak menghancurkan kita, tetapi malah membuat kita menjadi lebih sabar, lemah lembut, mengasihi, baik dan pandai menguasai diri?<br />Selanjutnya, DAMAI sejahtera dan KESABARAN juga merupakan unsur positif. Kalau suami-isteri itu mempunyai damai sejahtera yang ada dalam Kristus sendiri dan yang sudah dijanjikannya bagi anak-anak-Nya, maka pernikahan mereka tidak akan mudah goyah.<br />Yoh. 14:27 "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu, Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu"<br />Bila damai sejahtera yang ada dalam Kristus hadir dalam diri sepasang suami-isteri, mereka tidak akan mudah merasa frustrasi atau cemas menghadapi segala peristiwa dan ancaman dalam hidup. Mereka seperti air yang tenang dan tak mudah bergejolak. Mereka tahan menghadapi hantaman-hantaman dalam hidup dan tidak mudah panik. Kesabaran adalah sifat yang penting pula yang berhubungan dengan damai sejahtera.<br />Faktor positif lain dalam pernikahan ialah KELEMAH-LEMBUTAN. Masing-masing tidak kasar terhadap pasangannya. Mereka tidak menunjukkan kekerasan fisik dan ketajaman kata-kata yang menyakitkan, tetapi kesabaran dan kelemah-lembutan. Biasanya bila bertengkar, kita berusaha memilih kata-kata yang dapat menghantam setelak-telaknya dan menyebabkan rasa sakit yang sedalam-dalamnya. Setelah menikah bertahun-tahun, kita tahu kelemahan-kelemahan pasangan kita sehingga pilihan kata-kata kita bisa kejam sekali. Suami/isteri yang mempunyai kelemah-lembutan tidak akan memilih kata-kata yang menyakitkan, melukai, menghina, meremehkan, apalagi yang membunuh harga diri pasangannya.<br />Untuk ini perlu juga faktor positif PENGUASAAN DIRI. Suami/isteri dapat menguasai atau mengendalikan dirinya, baik dalam ucapan, perbuatan, pikiran, maupun keinginannya. Tangan tidak suka melayang untuk menyakiti, mulut dapat dikuasai, dan keinginan-keinginan dapat dikendalikan.<br />Bila sebelum menikah, misalnya, kita suka sekali akan sepeda motor dan setiap tahun berusaha menukarkan sepeda motor lama dengan model terbaru, maka setelah menikah, kita mungkin tidak selalu dapat menuruti keinginan itu. Suatu saat kita mungkin mengetahui bahwa atap rumah kita harus diganti seluruhnya karena sudah lapuk dan dimakan rayap. Kalau kita memperbaiki atap, kita tidak dapat mempunyai sepeda motor yang baru tahun ini. Kalau menukarkan sepeda motor, atap tidak dapat diganti. Mana yang kita pilih? Sepeda motor akan terlihat oleh banyak orang dan membanggakan sedangkan atap yang diganti tidak akan kelihatan indahnya. Bila kita sudah dewasa dan dapat menguasai diri kita, mungkin kita akan memilih atap yang harus diperbaiki.<br />Penguasaan diri ini juga perlu untuk hal-hal yang tampaknya remeh dan kecil, seperti pulang tepat pada waktunya, menahan kritik atau memberi pujian, menahan emosi, menggunakan uang serta waktu secara dewasa, dan lain-lain.<br />Kalau faktor-faktor positif dalam contoh di atas kita kumpulkan dan kalau kita dapat menilainya, misalnya sebanyak +130 sedangkan jumlah negatifnya sebanyak -50 (lihat gb. 5c), maka masih ada kelebihan +80. Dengan demikian letak penyesuaian suami-isteri itu masih jauh di atas garis nol, artinya mereka berbahagia dalam pernikahan mereka. Meskipun ada faktor-faktor negatif dalam hubungan mereka--dan dalam semua pernikahan pasti ada--faktor-faktor positif yang ada cukup besar untuk dapat mengatasi konflik-konflik karena beberapa faktor negatif di atas.<br />KESEMBILAN BUAH ROH<br />Jika kita melihat kembali faktor-faktor positif tadi: agape, kesetiaan, damai sejahtera, kesabaran, kelemah-lembutan, dan penguasaan diri, kita teringat sembilan buah Roh seperti tertulis dalam Galatia 5:22,23: "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri." Memang buah Roh inilah yang dapat mengatasi konflik dalam hubungan dengan sesama kita, tetapi bagaimana kita memperolehnya?<br />Dalam Yohanes 15:1-8 Yesus memberi perumpamaan Pokok Anggur yang Benar. Di situ diajarkan bahwa hanya jikalau kita, sebagai ranting-ranting-Nya, melekat pada Kristus, pokok anggur yang benar itu, maka kita dapat berbuah. Jika tidak, kita akan layu, kering, dan mandul. Memang hanya kalau kita ada dalam persekutuan dengan Kristus, kita akan mengeluarkan ke 9 buah Roh itu. Jika kita berada di luar Kristus, kesembilan buah Roh itu juga tidak ada di dalam kita.<br />Mungkin kita sudah pernah mengalami sendiri, adanya buah Roh itu jika kita mempunyai persekutuan yang erat dengan Kristus. Jika kita baru saja keluar dari kamar setelah suatu persekutuan yang indah dengan Allah di mana kita berkomunikasi dengan-Nya dalam doa dan firman-Nya lalu kita melihat pasangan kita, maka kita melihatnya dengan kasih, kita mudah mengampuni kesalahannya, mudah menerimanya, dan serasa ingin memeluknya. Semuanya terasa beres karena hati kita mempunyai damai sejahtera Kristus. Bila anak-anak kita sedang ramai bermain-main di lantai, kita ingin ikut bermain-main juga dengan mereka di lantai.<br />Tetapi, jika kita sudah lama tidak bersekutu dengan Allah, tidak ke gereja, tidak membaca firman Tuhan, tidak berdoa, tidak bersaat teduh; kemudian pada suatu siang kita pulang dari kantor dalam keadaan lelah dan marah karena atasan marah-marah, maka kita frustrasi dan mudah merasa iritasi. Setibanya di rumah, isteri yang salah sedikit saja akan kita bentak, kucing yang menggesek-gesekkan diri di kaki kita akan kita tendang, dan anak-anak kita yang ramai bermain di lantai akan kita hardik. Sebenarnya suasananya sama, anak-anak itu sama ramainya, tetapi hati kita yang berbeda; yang satu penuh dengan buah Roh karena ada persekutuan dengan Kristus, yang lain penuh dengan kemarahan, dendam, frustrasi, dan emosi.<br />Faktor-faktor positif yang disebut ke sembilan buah Roh hanya ada dalam Kristus. Tanpa adanya buah Roh dan faktor mengampuni serta minta ampun dalam Kristus, maka faktor positif yang ada pada gb. 5c hanyalah Eros dan Filia. Keduaya tidak cukup untuk mengatasi faktor-faktor negatif yang ada. Bahkan eros mungkin lenyap ditelan konflik-konflik hidup dan digantikan dengan kebencian. Contohnya adalah apa yang disebut "pernikahan Hollywood.”<br />Suatu saat mungkin kita membaca dalam suatu majalah film tentang aktris A dan aktor B yang kelihatannya begitu mesra datang bersama-sama ke pesta-pesta. Mulai timbul desas-desus tentang hubungan mereka, apakah mereka akan menikah? Benar juga, enam bulan kemudian mereka menikah dengan pesta besar-besaran. Banyak tamu bintang film tenar yang diundang. Surat-surat kabar menulis tentang pasangan yang serasi ini. Aktris yang cantik dan tenar dengan aktor yang tampan serta sukses. Pernikahan itu dipuji sebagai "pernikahan paling ideal dalam dasa warsa ini."<br />Tetapi setahun kemudian kita membaca bahwa si aktris, berlibur di Bahama sedang si aktor berlibur di Roma. Kita merasa heran, mengapa mereka seakan-akan memisahkan diri sejauh-jauhnya untuk berlibur? Enam bulan kemudian kita membaca bahwa mereka sudah menghadap pengadilan dan perceraian mereka sudah disahkan.<br />Mengapa terjadi kegagalan ini? Mereka kelihatannya begitu mesra dan cocok, tetapi mengapa pernikahan mereka tidak langgeng? Dulu mereka tampak romantis, eros tampak tinggi menggebu-gebu. Tetapi apakah eros yang tidak stabil itu dapat mengatasi segala macam konflik hidup ini?" Banyak memang pernikahan seperti ini, yang hanya didasarkan pada eros, yang akhirnya kandas. Pernikahan ini akan langgeng kalau di tengah-tengah konflik hidup yang tajam, suami-isteri itu sadar akan perlunya faktor-faktor positif lain selain eros untuk mengatasi konflik hidup.<br />Sayangnya ada orang yang sudah kawin cerai beberapa kali dan masih belum memahami hal itu. Setiap kali mereka akan menikah lagi, mereka berkata, "Ini dia. Dia adalah laki-laki/wanita idealku, idamanku. Dialah yang kucari-cari selama ini," dan tak lama setelah menikah mereka gagal lagi.<br />Di sini jelas bahwa memang masuk akal mengapa Allah memberikan syarat pertama bagi anak-anak-Nya yang akan memilih teman hidupnya: hanya dengan orang-orang yang beriman kepada Kristus. Alasannya ialah supaya iman kita tidak hanya tetap terpelihara dan tidak mendapat tantangan dari orang yang paling penting dalam hidup kita, tetapi juga demi kebahagiaan pernikahan kita. Justru karena Allah mengasihi kita umat-Nya, Ia membatasi pilihan teman hidup kita. Ia menghendaki kita berbahagia dan mempunyai hidup yang dipuaskan.<br />Orang-orang yang secara tetap mempunyai banyak faktor positif seperti diuraikan di atas sering juga disebut sebagai orang-orang yang sudah dewasa. Tentunya di sini bukan dewasa secara umur, tetapi dewasa dalam iman dan kepribadian.<br />Saya mengakui bahwa faktor-faktor positif di atas juga bisa diperoleh melalui disiplin pribadi, melatih pengendalian diri sehingga menyerupai apa yang disebut buah Roh Kudus. Tetapi sebetulnya hasilnya berbeda. Yang satu adalah buatan sendiri sedang yang lain adalah anugerah dan pemberian Allah. Yang satu adalah buah kedagingan, yang lain buah Roh Kudus. Yesus membedakan hal ini waktu Ia berkata, ”... apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu ..." (Yoh. 14:27). Buah pemberian dunia selalu ada ulatnya.<br />Dalam ceramah-ceramah kepada kelompok-kelompok pemuda dan remaja tentang memilih teman hidup, sering saya menekankan pentingnya syarat kedua ini yaitu: pilihlah pria/wanita yang sudah dewasa iman dan kepribadiannya. Kemungkinan kita akan berbahagia sangat lebih besar kalau menikah dengan seorang yang dewasa daripada dengan seorang yang masih kekanak-kanakan.<br />Mari kita berandai-andai: misalkan kelak dapat ditemukan sebuah alat kecil seperti kalkulator yang bila kita arahkan pada seseorang dan kita tekan salah satu tombolnya, alat ini akan menunjukkan sebuah angka yang menggambarkan tingkat kedewasaan kepribadian orang tersebut. Dengan alat yang dapat mengukur kedewasaan seorang seperti itu, sebaiknya bila kita ingin memilih teman hidup, kita memilih seorang yang angka kedewasaannya tinggi.<br />Misalnya bila kita arahkan alat itu pada seorang pemuda, ternyata ia memiliki angka kedewasaan yang tinggi: +80 (skala antara –100 dan +100, antara sangat tidak dewasa dan sangat dewasa). Pemuda ini seorang yang dewasa. Ia berbakti dan aktif dalam sebuah jemaat di komisi pemudanya dengan anggota 60 orang. Seandainya dalam komisi ini ada 20 pria dan 20 wanita yang aktif dalam pelayanan.<br />Untuk menentukan teman hidupnya pemuda itu ditutup matanya dengan saputangan, kemudian ke 20 wanita itu diatur berdiri melingkarinya. Setelah itu pemuda ini diputar. Kemudian secara acak, dengan mata masih tertutup rapat, ia "memilih"—dengan menjamah--seorang di antara ke 20 wanita itu dan mereka dinikahkan. Kemungkinan besar mereka akan berbahagia; kecuali kalau wanita itu sangat kekanak-kanakan dan memiliki kepribadian bermasalah. Pemuda yang dewasa itu akan dapat berbahagia dengan sebagian besar dari ke 20 wanita itu.<br />Sebaliknya bila pemuda itu tidak dewasa, misalnya hanya memiliki faktor positif +10, maka untuk sedikit berbahagia saja ia harus dipilihkan seorang yang paling dewasa dari ke 20 wanita itu. Apalagi bila nilainya -50: ia seorang pemabuk dan penjudi, atau ia seorang tanpa nilai moral yang baik, atau seorang yang suka “main perempuan,” atau seorang morfinis, dan sebagainya, maka akibatnya lebih parah lagi. Memang tidak akan berbahagia menikah dengan orang-orang semacam ini.<br />Sering dalam ceramah-ceramah kepada para remaja dan pemuda saya mengatakan demikian: ada orang-orang yang sebaiknya tidak menikah sebab bila mereka menikah, mereka akan menyebabkan penderitaan yang dalam pada pasangannya. Para pemuda/remaja itu kemudian bertanya:<br />“Apakah mereka kemudian tidak akan menikah?”<br />“Kebanyakan dari mereka akan menikah. Hanya saja jangan dengan anda. Amit-amit menikah dengan orang seperti itu”<br />Celakalah pria dan wanita yang terperangkap dalam suatu pernikahan dengan mereka yang nilai minusnya besar.<br />Sayangnya belum ada alat semacam kalkulator atau komputer kecil seperti itu. Bagaimana kalau begitu kita dapat melihat kedewasaan seseorang? Dalam buku “Berpacaran dan Memilih Teman Hidup” saya menganjurkan para muda/i membuka mata mereka lebar-lebar ketika berkenalan dan berpacaran. Jangan malah "buta,” seperti dalam “cinta itu buta.”<br />Sudah ada beberapa tes psikologi yang dapat mengukur bermacam aspek kepribadian seorang, seperti: kemungkinan masalah dalam kepribadian, pengenalan seorang akan emosinya, keuletan seorang menghadapi tantangan hidup, optimis-pesimis seorang, kedewasaannya, kemungkinan penyesuaian dengan orang pilihannya, dll. Test-test ini sudah dipakai dan sebaiknya dianjurkan oleh beberapa konselor dalam konseling pra-nikah.<br /><br />TIGA MASA DALAM PERNIKAHAN<br /><br />Norman Wright dan M. Inmon (1978), dalam "Preparing Youth for Dating, Courtship and Marriage," mengatakan bahwa ada tiga masa dalam pernikahan, yaitu Masa Bulan Madu, Masa Konflik, dan masa Dewasa <br /> <br />Masa Bulan Madu <br />Masa Konflik<br /> a. Fase Dilusi<br /> b. Fase Putus Asa <br />Masa Dewasa<br /><br />1. MASA BULAN MADU <br />Pada masa ini suami-isteri itu baru menikah dan digambarkan sebagai ada di surga ketujuh. Mereka belum turun ke dunia, belum melihat realita dan belum berhadapan dengan segala masalah pernikahan. Mereka belum sungguh-sungguh bergumul dengan tanggung jawab, usaha ke arah kedewasaan dan hubungan yang langgeng. Kalau mereka harus menceritakan pernikahan mereka, mereka menggunakan kata-kata seperti: sempurna, kita cocok sekali, jodoh dari Allah, surga dunia, dan sebagainya. Mereka memang masih terpukau oleh cinta berahi itu (eros), dan masing-masing mengidolakan pasangannya.<br />Masa ini relatif singkat dibandingkan kedua masa berikutnya. Ini bisa berlangsung setahun, enam bulan atau bisa singkat sekali, tiga bulan, sebulan, dua minggu. Bahkan tiga hari setelah pulang dari perjalanan berbulan madu ada yang mulai sadar bahwa kenyataan yang ada berbeda dengan fantasi masa remaja mereka. Waktu itu mereka memasuki masa berikutnya: masa Konflik.<br /><br />2. MASA KONFLIK <br />Masa ini dibagi dalam dua fase: Dilusi dan Putus Asa.<br />a. Fase Dilusi:<br />Pada fase ini mereka mulai sadar bahwa kenyataan hidup lain dengan yang ada dalam dongeng anak-anak. Pasangan yang diimpikan dulu sebelum menikah ternyata tidak seperti yang diharap-harapkan. Mereka merasa kecewa. Mereka merasa serba salah, frustrasi, dan kecewa yang tidak kunjung hilang. (“Cilaka, saya tidak tahu suami saya ternyata suka main pukul dan suka godain cewek.” “Wah, ternyata isteri saya cerewet sekali, judes, pemarah, dan cemburunya berlebihan.”)<br />Pada fase ini mereka berusaha keras untuk mendapatkan keinginan mereka. Mereka berusaha mengubah dan membentuk pasangannya agar menjadi seperti yang mereka kehendaki, seperti impian mereka.<br />Tetapi cepat atau lambat mereka akan sadar bahwa tidak mudah mengubah pasangan mereka. Mereka sadar bahwa tidak akan ada seorang peri dengan tongkat wasiatnya yang dapat membantu mereka menyulap dan mengubah pasangannya serta melenyapkan semua persoalan dalam sekejap mata. Sebaliknya, mereka sendiri tidak mau dan tidak bisa diubah sesuai dengan keinginan pasangan mereka sehingga pasangan itu juga akan kecewa. Akhirnya mereka mungkin masuk ke fase berikutnya (Putus Asa), atau sadar dan masuk ke masa berikutnya (masa Dewasa).<br /><br />b. Fase Putus Asa<br />Mereka mulai merasa putus asa karena tidak mendapatkan apa yang mereka idam-idamkan. Suami tidak akan pernah menjadi si pangeran tampan berkuda putih dan isteri tidak akan pernah menjadi secantik, semurni, atau sesabar Cinderella. Mereka sadar dan tahu bahwa pasangan mereka tidak akan berubah meskipun telah dirayu, diminta, ditangisi, atau dihina, diancam, diomeli, dicereweti, dipaksa, dan dikerasi ataupun diacuhkan dan didiamkan. Tambah diperlakukan demikian, pasangannya terasa tambah melawan, menentang dan keras.<br />Mereka mulai merasa putus asa dan timbullah kebencian. Mereka kehilangan rasa hormat dan mulai menghina. Mereka merasa terjebak, hidup dalam neraka di dunia, pahit, tanpa harapan secara mendalam. Mereka mungkin memikirkan perceraian meskipun hal ini membuat mereka takut; atau bahkan sudah memulai prosedur perceraian sampai benar-benar bercerai.<br />Ada pula yang dalam keputus-asaannya berpikir sebagai seorang martir. "Memangnya ini nasib jelek saya, ini salib saya, tetapi katanya tidak boleh cerai. Ya udah, saya akan menanggung ini seumur hidup"--tetapi sementara itu ia menyimpan kebencian dalam atau tetap bertengkar terus menerus. Sebaliknya, mereka juga bisa sadar dan memasuki masa berikutnya: masa dewasa.<br />Masa konflik ini bisa singkat sekali--tiga atau enam bulan ataupun setahun saja--dan karena kedua-duanya dewasa atau memiliki potensi menjadi dewasa, mereka langsung memasuki masa berikutnya. Kalau terjadi demikian, mungkin pasangan suami-isteri itu tidak sadar akan adanya masa konflik dalam pernikahan mereka (“Kami rasanya selalu berbahagia, tidak pernah konflik.”).<br />Tetapi masa konflik ini juga bisa lama--lima atau sepuluh tahun. Dalam situasi seperti ini seorang konselor perlu menyadarkan mereka akan ilusi mereka dan mengarahkan mereka ke kedewasaan.<br />Masa konflik ini juga bisa dibawa sampai akhir pernikahan itu, yaitu sampai mereka bercerai atau salah seorang meninggal. Ada pasangan-pasangan tua, kakek-nenek, yang tidak dapat hidup bersama meskipun mereka secara hukum belum bercerai. Mereka harus hidup terpisah karena kalau bertemu mereka pasti akan segera bertengkar, bahkan untuk hal-hal sepele dan rasanya tidak masuk akal.<br />Seorang nenek tinggal bersama cucunya di Surabaya sedangkan suaminya tinggal di Denpasar, Bali bersama cucu yang lain. Pada suatu saat ada pernikahan salah seorang cucu mereka di Surabaya. Si kakek dibawa ke Surabaya dan tinggal bersama lagi dengan isterinya. Satu bulan setelah segala upacara dan perayaan selesai, si nenek yang kemudian pindah dan tinggal di Denpasar.<br />Ketika salah seorang cucu ditanya mengapa kakek dan nenek itu berpisah lagi, cucu itu malu-malu bercerita: Pada suatu hari terjadi pertengkaran hebat antara kakek dan nenek itu. Nenek itu mengejar suaminya dengan golok. Setelah dilerai, mereka dipisahkan lagi. Ternyata si nenek mencemburui suaminya yang rambutnya sudah semuanya putih “bermain gila” dengan pembantu di rumah.<br />Beberapa bulan kemudian terdengar bahwa si nenek telah meninggal di Bali.<br />Tampak pada contoh di atas sepasang suami isteri yang setelah menikah memasuki masa Bulan Madu tetapi kemudian mereka memasuki masa Konflik. Mereka sempat memiliki beberapa anak tetapi tidak pernah sesungguhnya keluar dari masa Konflik itu sampai mereka mati.<br /><br />3. MASA DEWASA <br />Ini adalah masa yang menjadi tujuan pernikahan. Mereka dapat saling menerima pasangan mereka, meskipun tahu sedalam-dalamnya semua kelebihan dan kekurangan pasangannya. Mereka bahkan mengasihi karena melihat kekurangan-kekurangan itu juga. Mereka seakan-akan bertumbuh bersama dan bergandengan tangan menuju ke kedewasaan. Mereka rela berusaha keras untuk pertumbuhan masing-masing. Rela, bahkan bersuka-cita menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk kebahagiaan dan pertumbuhan pasangannya. Mereka merasakan kasih yang jauh lebih dalam daripada kasih bulan madu yang mereka anggap sebagai "cinta monyet.”<br />Mereka merasa tenang dan tenteram berdampingan dalam pernikahan. Mereka merasa aman dan tidak perlu bersandiwara. Mereka merasa bebas sebagaimana adanya karena diterima oleh pasangannya. Ada keyakinan kuat seperti ini: "Kami bersama-sama akan berhasil. Aku butuh dia dan aku dibutuhkannya. Aku mencintai dan aku dicintai." Hidup ini indah. Masa ini bisa dibawa terus sampai mereka tua dan meninggal.<br />Gambaran mereka adalah sepasang kakek-nenek yang duduk di serambi depan di kursi goyang mereka masing-masing sambil berpegangan tangan. Bila ada remaja-remaja yang lewat, mereka mungkin tertawa, “Lihat kakek-nenek porno itu. Udah tua dan keriput masa masih cinta. Cinta itu milik kami, anak muda.”<br />Bila kakek-nenek itu mendengar kata-kata itu, mungkin mereka berkata dalam hati, “Yah, itu sih cinta remaja, cinta yang belum di tes, cinta yang belum tahan menghadapi rumah yang terbakar, menghadapi di PHK, menghadapi kebangkrutan, menghadapi tugas berat membesarkan dan membimbing anak-anak hingga berhasil. Memang itu cinta indah tetapi belum tahan banting.”<br />Kita perlu mengetahui adanya masa-masa ini, supaya kita yang akan atau baru menikah tidak terkejut atau putus asa bila suatu saat memasuki masa konflik setelah masa bulan madu berakhir. Konflik yang kita alami adalah hal biasa, tidak unik, aneh, dan pernikahan kita bukan satu-satunya yang mengalami konflik dan masalah berat. Pengalaman pahit yang kita alami tidaklah aneh karena pernikahan-pernikahan lain juga mengalami hal yang serupa.<br />Dengan mengetahui adanya masa dewasa, timbullah pengharapan, karena ada suatu tujuan yang harus dicapai. Pernikahan-pernikahan yang bahagia, suami-isteri yang harus saling menyesuaikan diri dan ternyata mampu melakukannya, sudah ada sejak zaman purba dan akan tetap ada sampai milenium ke empat pun (bila Kristus belum datang kembali). Mereka selalu berinteraksi secara dinamis ke arah keserasian, penyesuaian dan kedewasaan.<br />Dengan memahami ketiga masa ini, keinginan untuk setiap hari bertumbuh dalam kedewasaan pun dapat dibangkitkan, dan kemauan untuk membayar harganya dilaksanakan--dengan tenaga, waktu, uang, perhatian.<br />Mengetahui hal ini kita dapat menilai dan mengoreksi pernikahan kita sendiri. Apakah kita masih terjebak dalam masa konflik atau sudah memasuki masa dewasa? Bila masih dalam masa konflik, sudah berapa lama kita berada dalam masa ini? Berapa lama lagi kita ingin tinggal dalam masa konflik ini?<br />Sebaliknya bila kita sudah dalam masa dewasa, apakah kita akan mundur lagi ke masa konflik karena kita melupakan faktor-faktor positif dalam penyesuaian pernikahan? Memang banyak pernikahan yang bolak-balik antara masa dewasa dan masa konflik. Setelah mendengar suatu ceramah, atau membaca suatu buku pernikahan, suami-isteri itu bertekad memperbaiki hubungan mereka. Mereka berhasil selama beberapa bulan tetapi setelah itu kembali jatuh ke dalam konflik yang mereka biarkan tidak terselesaikan dengan membolehkan benci, amarah, cemburu dan emosi negatif lainnya untuk menguasai hubungan mereka lagi.<br />Kemudian masing-masing pasangan perlu bertanya: berapa banyak waktu dan usaha yang rela saya korbankan untuk pertumbuhan pasangan saya dan untuk pertumbuhan diri saya sendiri melalui persekutuan dengan Kristus?<br />Bagi pembaca buku ini seharusnya sudah jelas bahwa kunci kebahagiaan dalam pernikahan Kristen ialah kerja dan usaha keras dalam Kristus. Jadi, kebahagiaan bukan tergantung pada jalannya bintang-bintang atau nasib dan "takdir," shio, she atau tanggal lahir yang di luar pilihan dan kehendak kita. Untuk mengasihi, mengampuni, menguasai diri, dan sebagainya kita harus mempunyai tekad dalam Kristus untuk melakukan hal-hal yang positif itu. Dengan demikian konsep yang kita bawa dari masa kanak-kanak, yang didapat dari dongeng penuh fantasi--bahwa setelah sang pangeran tampan bertemu dengan si gadis suci, keduanya akan hidup berbahagia selamanya--harus hilang.<br />Mungkin mereka yang masih suka akan fantasi tidak suka mendengar hal yang tidak romantis ini. Namun mereka yang dewasa dan hidup dalam kenyataan malah akan senang karena ada harapan untuk kebahagiaan. Mereka tahu bahwa kebahagiaan tidak tergantung dari faktor-faktor lain di luar kita, tetapi pada kemauan dan usaha kita dalam Kristus yang ditopang oleh Roh Kudus.Bobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-22394646146950762902008-11-23T08:13:00.002+07:002008-11-23T08:17:59.490+07:00Prinsip-Prinsip Pernikahan KristenUntuk mengadakan konseling dengan mereka yang mempunyai problema dalam pernikahan, seorang konselor Kristen harus mengetahui prinsip-prinsip Alkitab bagi keluarga. Bimbingan yang menyimpang dari prinsip-prinsip ini berarti tidak memberikan resep Allah bagi pernikahan sehingga hanya merupakan hasil buah pikiran dan penelitian manusia.<br /><br />Tentunya prinsip-prinsip yang ditulis dalam buku ini tidak mencakup semua prinsip Alkitab bagi pernikahan Kristen. Banyak prinsip lain yang telah dibukukan. Jadi untuk menjadi seorang konselor pernikahan Kristen tidaklah cukup hanya mempelajari buku ini saja. Buku ini juga tidak mengajarkan tehnik dan cara penggunaan prinsip-prinsip itu dalam konseling. Seorang konselor Kristen sebaiknya memakai buku ini sebagai bahan tambahan untuk memperdalam pengetahuan akan kehendak dan disain Allah bagi pernikahan Kristen.<br /><br />Prinsip-prinsip ini juga perlu diketahui oleh mereka yang akan menikah dan perlu diketahui serta diterapkan dalam hidup sehari-hari oleh pasangan suami-isteri untuk mencapai kebahagiaan dalam pernikahan mereka.<br /><br /><br />OTORITAS ALKITAB<br /><br />Sebelum kita membahas prinsip-prinsip itu, kita perlu membahas dahulu otoritas Allah untuk memberikan resep bagi pernikahan melalui Firman-Nya. Kita harus yakin bahwa firman Allah adalah pedoman yang paling tepat bagi pernikahan kita kalau kita ingin mempunyai pernikahan seperti yang direncanakan Allah.<br />Seorang konselor Kristen jauh lebih perlu mempunyai pengertian yang cukup tentang Alkitab daripada tentang psikologi. Lebih baik ia lulus dari sebuah Sekolah Tinggi Theologia yang alkitabiah daripada Fakultas Psikologi. Jadi lebih baik bagi seorang konselor Kristen untuk mempunyai landasan Alkitab yang kokoh dan agak lemah dalam psikologi daripada kokoh dalam psikologi tetapi lemah dalam Alkitab. Tentunya sangat menguntungkan bila seorang konselor Kristen kokoh dalam keduanya.<br />Yang dimaksudkan dengan pengertian Alkitab di sini bukannya pengetahuan otak saja, melainkan suatu iman yang hidup, keyakinan yang sungguh bahwa Alkitab adalah firman Allah untuk setiap manusia. Ia sendiri juga harus hidup sesuai dengan firman Allah dan yakin bahwa tanpa Alkitab sebagai pedoman hidup seseorang, hidup orang itu tidak akan sesungguhnya berbahagia, berkelimpahan (meskipun tentunya bukan dengan materi) dan penuh (fulfilled).<br /><br />Kita sering mendengar bahwa bagi seorang Kristen firman Allah adalah makanan bagi kita dan doa adalah nafas kita. Mengapa kita tidak dapat hidup tanpa firman Allah sama seperti kita tak dapat hidup tanpa makanan? Yesus menyatakan bahwa untuk mempunyai suatu hidup yang bermakna, kita memerlukan firman Allah. Dengan mengutip Perjanjian Lama Ia berkata bahwa roti saja tidak cukup. Manusia memerlukan firman Allah untuk hidup.<br />Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (Mat. 4:4).<br /><br />Perlu juga kita perhatikan bahwa Yesus mengakui perlunya makanan jasmani dalam hidup ini. Ia tidak berkata, "Manusia hidup bukan dari roti." Jadi, janganlah kita berkata, "Nah, Yesus sendiri berkata bahwa kita tidak hidup dari roti. Orang Kristen tidak perlu bekerja mencari nafkah." Pendapat ini bertentangan sekali dengan Matius 4:4 tadi karena dengan menghilangkan kata "saja,” maka arti ajaran Yesus itu berubah sama sekali. Pendapat ini juga bertentangan dengan II Tes. 3:10 dan I Timotius 5:8 yang mengajarkan bahwa jika kita tidak bekerja, kita tidak berhak makan dan jika kita tidak memelihara keluarga kita, kita murtad dan lebih buruk dari orang yang tak beriman.<br /><br />Pemeliharaan keluarga juga merupakan suatu prinsip bagi seorang Kristen: ia bertanggung jawab untuk kehidupan keluarga dan sanak saudaranya. Ia tidak boleh bermalas-malasan atau tidak peduli dalam mencari nafkah bagi keluarganya. Memang keberhasilan memelihara keluarga dalam kebutuhan materi dapat menaikkan harga diri seorang suami, sedangkan melalaikan tanggung jawab ini dapat berakibat buruk bagi keluarganya dan kepribadian sang suami itu sendiri.<br /><br />Yesus mengakui bahwa kita perlu makanan, tetapi Ia mengingatkan bahwa kita hidup tidak hanya dari makanan jasmani saja. Uang dan materi saja tidak cukup untuk memperoleh hidup yang bermakna. Sandang, pangan, dan papan yang berlimpah saja tidak cukup untuk hidup yang benar, penuh, dan berkelimpahan (Yoh. 10:10). Kita sering mendengar keluhan mereka yang berjuang untuk materi saja dan setelah memperolehnya, ternyata kebahagiaan tidak datang bersamanya.<br /><br />Ada orang yang sangat kecewa karena anak-anaknya tidak menghormati dan menghargainya, dan kalaupun mereka “tunduk” padanya, itu dilakukan bukan karena dirinya tetapi demi hartanya. Ia hanya bisa mengikat anak-anaknya dengan uangnya saja, "Kalau tidak menurut, jangan harap memperoleh warisan." Sungguh suatu kualitas hubungan yang menyedihkan bila "cinta" anak-anak harus diikat dengan harta.<br />Dan kalau ia sudah meninggal, anak-anaknya saling bermusuhan untuk memperebutkan harta yang ditinggalkannya. Memang hidup yang ditopang roti saja tidak memadai, malah dapat menjadi kutuk. Hidup akan benar bila ditopang oleh firman Allah dan roti.<br />Dalam II Samuel 22:31 dikatakan bahwa "Sabda Tuhan itu murni" atau lebih tepat "Sabda Allah itu teruji.” Sabda Allah sudah diuji, dicoba, dan ternyata tahan uji. Firman Allah tidak luntur, tidak salah, tidak gagal meskipun telah diuji coba, ditempa oleh beribu-ribu, bahkan berjuta-juta orang selama beribu-ribu tahun. Kebenaran Allah tetap "Ya dan Amin.” Yesus sendiri memberi jaminan bagi kita yang mau mendasarkan hidup kita pada Alkitab, firman Allah. Tentang hal itu Ia berkata bahwa:<br />Lebih mudah langit dan bumi lenyap daripada satu titik dari hukum Taurat batal" (Luk 16:17)<br />Karena kita mengakui Allah sebagai Pencipta kita, kita dapat menggantungkan hidup kita pada firman-Nya. Karena Ia yang menciptakan kita, maka Ia mengetahui keadaan kita sampai hal yang sekecil-kecilnya. Ia mengetahui setepat-tepatnya kebutuhan kita, sehingga kalau Ia memberi kita sebuah "buku petunjuk” (manual), kita dapat percaya kepada buku itu.<br />Bila kita membeli sebuah mobil, kita akan menerima sebuah buku petunjuk. Buku ini diterbitkan oleh pabrik mobil tadi, yang mendisain dan membuat mobil itu. Sebagai pembeli kita percaya kepada buku petunjuk yang dikeluarkan pabriknya. Kita tahu bahwa buku ini memang tepat untuk mobil yang kita beli. Para insinyur dan disainer itu mengetahui setepat-tepatnya keperluan mobil itu sehingga dapat mengeluarkan buku itu.<br />Misalnya kalau buku ini menganjurkan pemakaian bensin sebagai bahan bakar mobil kita, kita tidak dapat bertindak "semau gue" dengan mengisinya dengan air. Mobil itu pasti mogok. Kalau buku petunjuk menganjurkan suatu suku cadang tertentu, tentunya kita tidak dapat menggunakan suku cadang yang berbeda. Kita percaya kepada buku petunjuk itu karena kita percaya kepada pabrik mobil yang mengeluarkan buku petunjuk itu.<br />Kalau kita keras kepala dan tetap melanggar petunjuk tadi dengan mengisi tangki bensinnya dengan air, pegawai-pegawai pabrik mobil tidak perlu datang untuk merantai mobil kita atau memukuli kita supaya mobil kita itu tidak jalan. Dengan sendirinya mesin mobil itu tidak akan menyala. Tidak peduli apakah kita percaya atau tidak akan isi buku petunjuk itu, tidak peduli pernah melihat dan membaca buku petunjuk itu atau tidak, kalau kita tidak melakukan apa yang tertulis dalam buku itu, akibatnya akan kita rasakan.<br /><br />Hal yang serupa juga berlaku dalam hidup kita. Allah yang mendisain dan menciptakan kita. Dalam Mazmur 139:13-16 tertulis tentang penciptaan kita.<br />Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.<br /><br />Allah mengetahui kita sebelum kita lahir. Ia yang membentuk kita, seakan-akan menenun kita waktu kita masih dalam kandungan. Tak ada suatu pun dari diri kita yang tersembunyi dari pengetahuan-Nya. Semuanya sudah tertulis dalam kitab-Nya sebelum kita ini dibentuk dan menjadi manusia yang hidup. Itulah sebabnya Ia mengetahui keperluan kita setepat-tepatnya. Hanya Ia saja yang dapat memberi kita buku petunjuk (manual) untuk hidup ini, dan buku petunjuk itu adalah Alkitab.<br />Kembali kepada ilustrasi mobil di atas, seandainya rusak, meskipun mahal, masih dapat diganti. Tetapi siapa yang dapat mengganti hidup kita yang masing-masing kita hanya diberi satu?<br /><br />Kalau buku petunjuk hidup dari Allah mengatakan bahwa untuk mendapat hidup dan keselamatan kekal, kita harus menerima Kristus sebagai Tuhan dan Allah kita, bukankah sangat bodoh kalau kita berpendapat, "Itu tidak mungkin, tidak masuk akal, mana mungkin seorang yang hidupnya 2.000 tahun yang lalu dapat menyelamatkan kita sekarang? Untuk selamat, haruslah kita banyak berpuasa, banyak memberi sedekah, dan membangun sebuah gereja?" Kalau Allah dalam buku petunjuk-Nya berkata, "Jangan berzinah,” alangkah bodohnya kalau kita berkata, "Ah, hidup hanya sekali, sungguh rugi kalau keinginan tidak dituruti" dan kita kemudian hidup dalam perjinahan.<br />Sama seperti pegawai-pegawai pabrik mobil di atas tidak perlu merantai mobil kita dan memukuli kita, Allah juga tidak perlu mengirimkan petir-Nya untuk menyambar kita menjadi tumpukan arang pada saat kita melanggar firman-Nya. Dengan sendirinya kita tidak akan berbahagia dan mempunyai kehidupan yang terpuruk. Allah tidak perlu mencambuk kita. Dengan sendirinya keluarga kita akan berantakan, anak-anak kita akan marah dan membenci kita. Allah tidak perlu menghukum kita dan kita tidak dapat mempersalahkan Allah sebagai pembenci dan pendendam. Perzinahan kita akan menghancurkan diri kita sendiri dan keluarga kita.<br />Kalau kita pemabuk dan keluarga rusak, kalau kita pemarah dan keluarga tidak bahagia, selalu cekcok, dan diambang perceraian, janganlah kita berkata bahwa Allah membenci kita. Kalau kita pencemburu sekali, selalu iri hati, mencurigai suami/isteri atau orang-orang di sekitar kita, siapa yang bersalah kalau dalam hidup kita selalu ada pertengkaran dan tidak ada damai? Tentunya salah diri kita sendiri!<br />Jadi kalau kita tidak melakukan apa yang ditulis dalam firman Allah, tidak peduli apakah karena kita tidak percaya, tidak mengerti, ataupun tidak pernah membaca atau mendengarnya, ataupun karena jelas memberontak terhadap anjuran Alkitab, maka kita akan merasakan akibatnya yang pahit.<br /><br />Pada waktu putra saya masih enam bulan, pernah seorang bertanya, "Anak bapak sudah bisa apa?" Saya jawab, "Sudah bisa jatuh," karena beberapa hari sebelumnya ia baru saja jatuh dari tempat tidurnya.<br />Memang kami orangtuanya agak lengah menjaganya. Anak itu yang belum mengerti bahkan belum pernah mendengar tentang gaya tarik bumi, sudah kena akibatnya. Bila saya, yang tahu akan adanya hukum gaya tarik bumi itu--meskipun tidak mengerti seluruhnya cara bekerjanya--, melompat dari suatu gedung tingkat sepuluh, saya juga akan merasakan akibatnya (entah mati atau masuk rumah sakit dalam keadaan gawat). Juga bila seorang ahli fisika yang tahu dan mengerti sepenuhnya kerja gaya tarik bumi, melompat dari gedung tingkat sepuluh itu, ia akan mengalami akibatnya pula. Jadi, tidak peduli kita tahu atau tidak, mengerti atau tidak, bila kita melawannya, kita akan menerima akibatnya.<br /><br />Demikian juga dengan buku petunjuk hidup (manual) dari Allah yaitu Alkitab kita. Meskipun kita tak tahu adanya buku ini (tidak pernah melihat Alkitab), kalau kita melanggar isinya, kita akan menerima akibatnya. Kalau kita tahu adanya Alkitab tapi tidak tahu isinya (karena tidak mau membaca dan mempelajari isinya), sudah membacanya tapi tidak mengertinya, sudah mengerti tapi tak mau melakukan nasihatnya (karena memberontak), akibat hidup yang tidak sesuai dengan manual ini akan kita rasakan. Seperti juga gaya tarik bumi yang tidak pandang bulu (impersonal), manual hidup ini juga tidak pandang bulu. Alkitab dan petunjuk hidup dalamnya berlaku untuk orang Kristen dan orang yang non-Kristen, untuk semua orang.<br />Juga sudah kita lihat sifat kekekalan firman Allah. Walaupun langit dan bumi lenyap (dengan demikian lenyap juga gaya tarik bumi), firman Allah tetap berlaku. Firman-Nya berlaku lima ribu tahun yang lalu, hari ini dan akan tetap berlaku lima ribu tahun yang akan datang (bila Kristus belum datang kembali).<br />Jika kita masuk dalam ruang konseling dan sebentar saja mendengarkan apa yang dibicarakan di dalamnya, kita akan melihat dengan nyata bagaimana pelanggaran petunjuk Allah akan menyebabkan hidup seorang menderita dan tidak berjalan semestinya.<br /><br />Apa resepnya? Kembali kepada buku petunjuk Allah (back to the Bible). Datang pada Allah, bertobat, dan minta pertolongan-Nya untuk mengganti hidup kita yang lama dengan hidup baru. Kita harus mengganti cara/pola hidup kita yang salah dengan yang benar, mengganti kepahitan, kebencian, perjinahan, korupsi, dan lain-lain yang ada dalam hati kita (Markus 7:20-23) dengan damai, pengampunan, kasih, sukacita, kesucian (Galatia 5:19-23).<br />Siapa yang dapat mengubah kita? Tentunya sesuai dengan buku petunjuk Allah, yang dapat mengubah hidup kita hanya Allah. Hiduplah sesuai dengan petunjuk Alkitab, maka kita akan mengalami hidup yang damai dan bahagia dalam Kristus. Dan untuk dapat hidup sesuai dengan Firman Allah, seorang harus bertuhankan Kristus dan hidup dalam pimpinan Roh-Nya.<br /><br /><br /><br />Sumber:<br />Trisna, J.A, Pernikahan Kristen, Jakarta: Seminari Bethel Publishing, 2001, pp. 1-8.Bobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-57799742351588701972008-11-23T08:00:00.002+07:002008-11-23T08:11:17.601+07:00Gangguan PsikosomatikPenelitian jelas menunjukkan adanya hubungan erat antara tingkah laku (pikiran, perasaan dan perbuatan) dengan penyakit fisik. Hubungan antara unsur-unsur psikologis dan soma (tubuh) ini sudah diketahui sejak ratusan tahun lampau. Masa kini hubungan ini begitu nyata hingga banyak orang menolak dualisme Cartesian dan menganggap tubuh dan jiwa sebagai suatu kesatuan. Para dokter melaporkan bahwa 20 sampai 50% pasien mereka menderita gangguan fisik karena penyebab psikologis. Inilah yang disebut gangguan psikosomatik.<br /><br />Salah satu teori yang mencoba menerangkan hubungan ini adalah konsep stres. Beberapa kesimpulan dari konsep ini adalah:<br />1. Berbagai emosi berkaitan dengan berbagai pola perubahan.<br />2. Dalam pola ini tampak juga perbedaan individu.<br />3. Pola ini sedemikian nyata hingga kita dapat melihat penyakit fisik timbul dari perubahan dalam waktu yang lama.<br /><br />Gangguan fisik yang berhubungan dengan faktor psikis:<br />1. Ulcer (sakit maag). Gangguan pada saluran pencernaan ini adalah gangguan yang sangat sering terjadi pada manusia. Gangguan ini lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita, pada taraf ekonomi rendah daripada tinggi, dan pada usia tengah umur daripada orang muda atau tua.<br /><br />Ulcer ini dapat digambarkan sebagai luka yang terbuka, dengan ukuran berbeda-beda dari pangkal jarum sampai ukuran uang logam besar (diameter 2 cm). Gejala pertama adalah rasa perih yang bisa berlanjut ke rasa sakit sekali. Bila luka menjadi lebih besar dapat menimbulkan rasa muak dan muntah-muntah. Akhirnya bila pembuluh darah pecah, akan ada pendarahan di perut dan muntah yang berdarah.<br />Ulcer terjadi bila dinding mucus dalam usus gagal melindungi dinding itu dari cairan asam perut (gastric acid) yang biasanya menghancurkan makanan. Stres psikologis dapat menyebabkan sekresi asam ini timbul secara tidak normal. Ada orang-orang tertentu yang memiliki kecendrungan genetik atau kecendrungan pembelajaran (learned tendency) untuk berespons dengan cairan perut itu bila menghadapi stres.<br /><br />2. Obesitas (kegemukan). Tingkah laku makan diatur oleh lingkaran feedback. Secara sederhana berlaku seperti ini: bila tubuh perlu makanan, tubuh mengeluarkan sinyal lapar ke otak. Kemudian bila kita makan, sinyal lain tiba di otak bahwa tubuh sudah dipuaskan dan dengan demikian kita meletakkan sendok makan kita. Ini adalah siklus yang normal. Tetapi siklus ini bisa tidak teratur dimana feedbacknya tidak sampai ke otak atau otak sudah menerima sinyal kenyang tetapi memberi respons tidak tepat (tetap makan walaupun sudah merasa kenyang).<br /><br />Obesitas ini bertambah dengan bertambahnya usia dan tampak tinggi di antara mereka dari taraf sosial rendah. Obesitas ini tentunya tidak baik untuk tubuh karena meningkatkan kemungkinan gangguan pencernaan, jantung, diabetes pada masa dewasa dan kanker.<br /><br />Di samping penyebab fisiologis (metabolisme yang rendah dan tentunya kebanyakan makan), ada juga penyebab psikologis bagi obesitas. Orang-orang gemuk jauh lebih responsif terhadap rangsangan makanan (rasa, bau, tampilan, jam). Didapatkan bahwa stres memiliki pengaruh besar pada pola makan seseorang hingga banyak program diet bukan saja mengurangi konsumsi makanan dan meningkatkan gerak tubuh (olah raga), tetapi juga diajarkan cara mengatasi masalah dengan efektif dan dukungan orang lain.<br /><br />3. Hipertensi (tekanan darah tinggi). Hipertensi adalah gangguan yang paling sering dan paling berbahaya yang berhubungan dengan stres psikologis. Hipertensi ini tentunya berhubungan erat dengan serangan jantung dan stroke. Bila tidak ditanggulangi, hipertensi menurunkan usia seorang dari rata-rata dari 71 tahun (USA dan 65 Indonesia) menjadi antara 45 – 60 tahun.<br /><br />Tekanan darah menyatakan tekanan pada dinding pembuluh darah dari darah yang didorong jantung keluar ke semua pembuluh darah. Besarnya tekanan ini tergantung dari beberapa hal tetapi yang terutama adalah menyempit atau melebarnya pembuluh darah. Jika seorang normal tekanan darahnya naik, baroreceptors memberikan info ini ke otak yang kemudian akan merilekskan dinding pembuluh darah. Pada mereka dengan tekanan darah tinggi, mekanisme ini tidak bekerja hingga pembuluh tetap sempit dan tekanan darah secara kronis tinggi.<br /><br />Ada beberapa penyebab mengapa hal ini terjadi, diantaranya kelainan genetik dan kemarahan yang tertahan (direpresikan), kebencian, agresi, orang yang tidak sabaran. Beberapa penelitian mendapatkan bahwa situasi dan lingkungan yang tinggi stres juga menyebabkan orang-orang mengalami tekanan darah yang meningkat, seperti daerah taraf sosial rendah, tinggi angka pengangguran, perceraian dan kejahatan. Pribadi-pribadi tertentu juga rentan terhadap hipertensi, misalnya memiliki pola kepribadian tipe A. Mereka biasa (mungkin dari pengalaman hidup) memberi respons berlebihan terhadap stres dengan hipertensi.<br /><br />4. Migren dan sakit kepala. Stres sering sudah dihubungkan sebagai penyebab dari sakit kepala, termasuk yang parah; migren. Migren berbeda dengan sakit kepala karena biasanya terasa di satu bagian kepala dan lebih intensif rasa sakitnya. Migren juga biasanya didahului oleh suatu aura, misalnya sinar berkilauan, distorsi pandangan, dll. Beda lain adalah adanya gejala-gejala yang mengikutinya seperti rasa muak, bingung, depresi dan iritasi. Sering juga migren menyebabkan orang tidak tahan terhadap suara dan sinar. Migren bisa ringan, rasa tidak nyaman saja, sampai menyebabkan seorang tidak mampu bergerak/bekerja. Migren bisa berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari lamanya dan frekuensinya bisa antara beberapa bulan sekali sampai tiap hari.<br /><br />Penelitian akhir menyatakan bahwa migren adalah bentuk gangguan syaraf karena tidak berfungsinya serotonin, suatu neurotransmitter. Di samping penyebab fisiologis, penyebab psikologis, stres, juga berperan. Banyak penderita menceritakan adanya ketegangan dan kekacauan emosi sebelum timbulnya migren.<br /><br />5. Asma. Penderita asma relatif banyak dan di antara anak-anak sering berhubungan dengan stres. Asma adalah gangguan sistim pernapasan. Pada saat serangan, saluran udara menyempit hingga menimbulkan batuk, bengek dan kesulitan pernapasan. Serangan ini bisa berlangsung hanya beberapa menit sampai beberapa jam. Intensitasnya juga berbeda-beda. Ada yang ringan saja, ada yang menimbulkan kejang karena saluran udara menjadi begitu sempit hingga menimbulkan rasa panik yang menakutkan dan membahayakan.<br />Asma dapat disebabkan karena alergi (debu, jamur, bulu binatang, dll.) atau karena gangguan pneumonia dan batuk. Tetapi ada juga penyebab psikis. Sebaliknya gangguan ini juga dapat menyebabkan masalah psikologis karena orangtua menjadi overprotective terhadap anak yang asmatik. Walaupun penyebabnya organis, masalah psikologis dapat memperparahnya.<br /><br />6. Insomnia. Ini adalah gangguan yang menyebabkan orang sulit tidur. Banyak orang mengeluh sulit tidur dan hal ini dapat mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis. Ini sebabnya industri obat tidur menjadi bisnis besar. Wanita lebih banyak mengeluh tidak bisa tidur daripada pria dan keluhan ini biasanya meningkat dengan bertambahnya usia.<br /><br />Ada tiga macam gangguan ini: (1) ada orang yang memerlukan waktu yang lama sekali untuk tidur, (2) ada yang mudah tertidur tetapi mudah juga bangun (berulang kali sepanjang malam), dan (3) ada pula yang mudah tidur tetapi kemudian bangun terlalu pagi ( pukul 3 atau 4 pagi) dan setelah itu tidak bisa tidur lagi. Secara normal kita semua pernah mengalaminya sekali-sekali. Istilah insomnia digunakan bila masalahnya menetap dan sebagai akibatnya fungsi sehari-hari orang tersebut terganggu: terlalu cape, iritasi, tidak mampu berkonsentrasi.<br /><br />Gangguan tidur ini merupakan sumber masalah bagi orang yang mengalaminya dan sering menyebabkan anticipatory anxiety (Kecemasan yang diantisipasi). Segera seorang ingin tidur, ia mulai kuatir dan memikirkan: Apakah saya bisa tidur malam ini? Atau parah seperti kemarin? Bagaimana saya bisa bekerja kalau tiap malam tidur hanya tiga jam? Kecemasan ini menghalangi tidur dan orang tersebut akan mengalami pengalaman kemarin. Jadi terjadi lingkaran setan.<br /><br />Ada berbagai penyebab insomnia: obat-obatan, alkohol, kafein, nikotin, stres dan kecemasan, penyakit fisik, gangguan psikologis, kurang gerak, lingkungan dan kebiasaan tidur yang buruk. Ada bukti-bukti bahwa orang yang sulit tidur mengalami lebih banyak gangguan psikologis daripada orang yang mudah tidur (Coursey, Buchsbaum & Frankel, 1975; Monroe, 1967).<br /><br />Beberapa penderita insomnia juga mengalami masalah hypervigilance. Mereka sulit mematikan suara-suara di malam hari sementara tidur. Bila sementara tidur ada suara-suara, mereka merekamnya dan ingat bila dibangunkan. Masalahnya mungkin bukan kesulitan tidur tetapi kesulitan istirahat pada waktu tidur.<br /><br />7. Kanker. Selama bertahun-tahun kanker tidak pernah dihubungkan dengan stres psikologis. Tetapi beberapa dekade terakhir, para peneliti mulai mendapatkan korelasi antara kemudahan terkena kanker dengan beberapa ciri psikologis. Dalam penelitian antara mahasiswa kedokteran (1946 – 1977), Caroline Thomas mendapatkan bahwa mereka yang terkena kanker mempunyai kecendrungan untuk menahan emosi, membatasi emosi yang kuat (entah positif ataupun negatif). Peneliti lain mendapatkan bahwa pasien kanker yang mampu mengungkapkan perasaan negatif: takut, ngeri dan marah tentang penyakit mereka, lebih banyak yang selamat dari pada mereka yang menahan emosi.<br /><br />Emosi lain yang mendukung kanker adalah perasaan tanpa harapan dan tidak mampu berbuat apa-apa. Perasaan lain adalah sedih akibat kehilangan yang parah. Ini malah mungkin menjadi penyebab. Pada anak-anak yang menderita kanker sering didapatkan kehilangan hubungan yang penting setahun sebelum diagnosa.<br />Kita belum dapat mengatakan bahwa stres menyebabkan kanker tetapi penelitian membuktikan bahwa stres mempengaruhi kanker dengan melemahkan kemampuan sistim imun.<br /><br />Apa kata Firman Allah<br /><br />Apa kata Alkitab mengenai pengaruh psikologis terhadap tubuh kita? Ada banyak ayat berbicara tentang pengaruh ini, diantaranya:<br />• Rasa berdosa<br />(Maz 32:1-5) Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu! Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.<br /><br />Dosa di hadapan Allah jelas akan menyebabkan gangguan psikosomatik (depresi, kehilangan gairah hidup menyebabkan kita merasa lemah dan lemas) seperti dijelaskan dalam perikop di atas. Dalam perikop di bawah ini malahan seorang dapat menjadi sakit, tersiksa dan bahkan mati karena rasa bersalah yang besar.<br />(Maz 107:17, 18) Ada orang-orang menjadi sakit oleh sebab kelakuan mereka yang berdosa, dan disiksa oleh sebab kesalahan-kesalahan mereka; mereka muak terhadap segala makanan dan mereka sudah sampai pada pintu gerbang maut. Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan diselamatkan-Nya mereka dari kecemasan mereka, disampaikan-Nya firman-Nya dan disembuhkan-Nya mereka, diluputkan-Nya mereka dari liang kubur.(Mat 18:34) Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.<br /><br />Dalam perumpamaan pengampunan ini tampak bahwa bila kita tidak mengampuni, kita akan disiksa oleh algojo-algojo yang dapat berupa gangguan psikosomatik.<br />• Takut, Putus asa dan Tanpa harapan(1 Raj 19:3-5) Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana. Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku." Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: "Bangunlah, makanlah!"<br /><br />Tampak bahwa nabi besar seperti Elia pun bisa mengalami depresi yang menyebabkannya menjadi lemah, ingin mati dan tidur terus hingga harus dibangunkan berkali-kali oleh malaikat.<br />• Jahat, pemarah<br />(1 Sam 25:3) Nama orang itu Nabal dan nama isterinya Abigail. Perempuan itu bijak dan cantik, tetapi laki-laki itu kasar dan jahat kelakuannya. Ia seorang keturunan Kaleb. <br />25 Janganlah kiranya tuanku mengindahkan Nabal, orang yang dursila itu, sebab seperti namanya demikianlah ia: Nabal namanya dan bebal orangnya. Tetapi aku, hambamu ini, tidak melihat orang-orang yang tuanku suruh. <br />36-38 Sampailah Abigail kepada Nabal dan tampaklah, Nabal mengadakan perjamuan di rumahnya, seperti perjamuan raja-raja. Nabal riang gembira dan mabuk sekali. Sebab itu tidaklah diceriterakan perempuan itu sepatah katapun kepadanya, sampai fajar menyingsing. Tetapi pada waktu pagi, ketika sudah hilang mabuk Nabal itu, diceriterakanlah kepadanya oleh isterinya segala perkara itu. Lalu terhentilah jantungnya dalam dada dan ia membatu. Dan kira-kira sepuluh hari sesudah itu TUHAN memukul Nabal, sehingga ia mati. <br /><br />Tampak jelas di sini seorang yang berpola hidup jahat, pemarah, sewenang-wenang akan mudah terkena gangguan psikosomatik, bahkan sampai mematikan.<br />• Ceria dan Sukacita serta Hidup sebagai Karib Allah<br />Sebaliknya hati yang gembira dan penuh sukacita akan berakibat baik bagi tubuh kita, bahkan menjadi obat bagi kita.<br />(Ams 17:22) Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.<br />(Kel 23:25) Tetapi kamu harus beribadah kepada TUHAN, Allahmu; maka Ia akan memberkati roti makananmu dan air minumanmu dan Aku akan menjauhkan penyakit dari tengah-tengahmu. <br />Ibadah dan penyembahan kepada Allah akan membawa kesehatan kepada kita.<br /><br />Bootzin, Richard R., Joan Ross Acocella, Lauren B. Alloy, Abnormal Psychology, Current Perspectives, New York: McGraw-Hill, Inc, 1993, pp. 213 – 229<br />Corsini, Raymond J. (ed.), Concise Encyclopedia of Psychology, New York: John Wiley & Sons, 1987, pp. 938 – 940.<br />Trisna, J.A, Gangguan Psikomatik, Jakarta: ITKI Jakarta, 2006.Bobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-50232943978606447092008-11-23T07:55:00.002+07:002008-11-23T08:00:42.049+07:00Fundamental Commitments of TransformationThere are three fundamental commitments of Transformational Leadership:<br /><br />1. Personal Transformation – Transformed Christ-like leaders are committed to Personal Transformation, a state of being transformed.<br /><br />2. Relational Transformation – Transformed Christ-like leaders practice personal transformation and builds relational connections for transformation.<br /><br />3. Community Transformation - Transformed followers of Christ want nothing more than to see their spheres of influence embrace a relationship with the Father of our Lord Jesus Christ. <br /><br /><br />Personal Transformation: The leader has a clear vision of and vision path to his/her true self and is making significant, measurable progress toward achievement of that vision <br /><br />Path (Personal Revival)<br /><br />• Habit of practicing spiritual disciplines: Consistently seeking God’s direction through prayer, fasting, meditation, solitude, perseverance and Bible study. <br /><br />• Habit of authentic community (self-awareness and self-disclosure in committed relationship): Having the ability to look deeply within, to understand strengths and weaknesses and how that impacts your worldview.<br /><br />• Commitment to ongoing learning and acquisition of skills: Learning in the context of a team that expands a group’s desired results.<br /><br />• Transformational goals that are clear and measurable: Goals that bring the assumptions of Transformational Leadership to every aspect of the leaders life.<br /><br />• Vision of True Self: An accurate perception of practicing transformational values<br /><br />• Walking in the light: Reflecting the values of transformation.<br /><br />• Power encounters at the personal level of transformation: Maintaining creative tension for transformation by taking time for personal renewal and reflection <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Relational Transformation – A significant number of a transformed leader’s community of relationships are lead to experience a clear, shared vision and vision path for personal transformation and is making significant, measurable progress towards becoming a transformed community of Christ-like leaders. (Relational Revival)<br /><br />• Continuing corporate intercession: Practicing the priesthood of the Body of Christ on a consistent basis.<br />• Ongoing application of the Biblical Transformation model of Jesus Christ. <br />•Learning Community: An equipped community of transformed leaders who have the ability to expand the vision for transformed communities. <br />• Investing in community transformation with wider body of Christ: Cooperating with the wider body of Christ beyond denominational and social barriers, to engage in city reaching. <br />• Strategy for multiplication (global/local): Adopting a strategy for rapid reproduction of disciples. <br />• Power encounters at the relational level: Creating an environment for healthy reproduction of disciples by maintaining creative tension for transformation by taking time for relational community renewal and reflection.<br /><br />Community Transformation – A critical mass of transformed Christ-like followers in a geographically or socially defined community have a clear, shared vision and vision path and are making significant, measurable progress toward the achievement of transforming their community of influence. (Transforming Revival - The Body of Christ will experience an invitation from God to participate with Him to redeem a lost world around them through transforming revival.)<br /><br />• Fervent, united, self-less intercession: “If My people who are called by My Name would humble themselves and pray, seek My face and turn from their wicked ways, I will hear from heaven, forgive their sins and heal their land” II Chronicles 7:14<br />• Emergence of preserving leadership: Defined leadership that requires enormous personal maturity and assurance in who God called them to be and to do. <br />• Social impact: The transformation of social influences at every level<br />• Understanding of community’s needs (diagnostic research): A review and an assessment of community values and spiritual mapping of a given region or identified social sector.<br />• Power encounters at the community level: An experience of coming face to face with God and His Word that confronts past behavior, uprooting all negative influences. As such, many will discover God’s plan for personal, relational and community/domain transformation. <br />• Saturation church planting: Facilitation of a church planting movement through relational networks<br />• A rapid reproduction of “disciples making disciples” in oikos relationships: Within a short period of time, God transformed lives will in turn have the capacity to transform others. This is done through relational reproducible networks.Bobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-22744002532971328892008-09-15T16:23:00.002+07:002008-09-15T16:28:18.633+07:00Social Cognitive TheoryTeori kognitif sosial menyatakan bahwa tindakan individual didasari oleh pemikiran, tujuan, nilai-nilai, dan apa yang mereka percayai, sedangkan teori behavior menitikberatkan pada konsekuensi dari tindakan manusia. Teori kognitif sosial menitikberatkan pada pembelajaran dari apa yang telah dipelajari sebelumnya<br /><br />Historical Influences<br />1. Theories of Imitation<br />Kata Mimesis, dalam Bahasa Yunani, memiliki arti: belajar dengan cara melihat pekerjaan orang lain dan menerapkannya ke dalam kehidupan pribadi. Teori ini terbagi menjadi tiga, yaitu:<br />1) Instinct, dimana semua tindakan kita didasarkan pada insting kita untuk meniru apa yang dikerjakan orang lain, ketika kita dihadapkan pada situasi yang sama dengan yang dihadapi oleh orang itu.<br />2) Developmental Phenomenon, dimana perkembangan manusia dipengaruhi oleh perkembangan dan pertumbuhan schema, yaitu struktur kognitif yang mempengaruhi pemikiran dan tindakannya. Schema ini mempengaruhi cara seseorang bereaksi terhadap suatu hal, merefleksikan total pengetahuan sseorang dan terus berkembang seiring bertambahnya pengalaman dan pengetahuan manusia tsb.<br />3) Generalized Response Class, dimana seseorang perlu dibantu untuk melakukan proses imitasi, dimana seseorang harus berani mencoba untuk mengimitasi, sehingga pada akhirnya ia sanggup untuk melakukan proses imitasi tindakan ini tanpa bantuan dari orang lain.<br />4) Instrumental Behavior, dimana proses imitasi adalah ketika dua orang melakukan hal yang sama dan dihubungkan karena persamaan tersebut, bukan karena seseorang dibantu untuk meniru orang lain. Match Dependent Behavior akan terjadi jika sesorang yang ditiru adalah orang yang lebih mahir daripada orang yang menirunya. Cthnya adalah seorang guru yang ditirukan oleh muridnya.<br /><br />2. Social Learning Theory<br />Setiap tingkah laku dipelajari dalam setiap situasi sosial melalui interaksi dengan orang lain, yang didasari pada kebutuhan setiap individu untuk dipenuhi. Teori ini memiliki empat variable dasar, yaitu:<br />1) Behavior Potential, kemungkinan alternatif tindakan-tindakan yang diambil oleh seseorang ketika menghadapi suatu situasi tertentu.<br />2) Expectancy, hal-hal bantuan yang mungkin didapatkan dari pihak luar ketika seseorang menghadapi suatu situasi tertentu.<br />3) Reinforcement Value, seberapa besar seseorang menghargai bantuan yang datang dari luar, sehingga saling tergantung dengan expectancy.<br />4) Psychological Situation, adalah bagaimana cara pandang individu terhadap suatu masalah dalam suatu situasi tertentu, akan mempengaruhi expectancy dan reinforcement value yang akan diterimanya.<br /><br />Theoretical Framework<br />Reciprocal Interaction<br /> Bandura (1986) mendefinisikan triadic reciprocality sbb: “Dalam sudut pandang kognitif, seseorang tidak digerakkan oleh kekuatan dari dalam atau dibentuk oleh kekuatan dari luar, tapi dibentuk oleh tiga faktor timbal balik yaitu tingkah laku, kognitif seseorang, dan lingkungan.<br /> Cth nyata dalam triadic reciprocality adalah suasana belajar mengajar di dalam kelas, hal-hal yang saling mempengaruhi ini terjadi pada saat:<br />1. Guru menerangkan pelajaran pada murid → lingkungan mempengaruhi kognitif.<br />2. Murid yang tidak mengerti mengangkat tangan untuk bertanya → kognitif mempengaruhi tingkah laku.<br />3. Guru menerangkan kembali pelajarannya → tingkah laku mempengaruhi lingkungan.<br />4. Guru memberikan tugas untuk diselesaikan oleh murid-murid → lingkungan mempengaruhi kognitif yang kemudian mempengaruhi tingkah laku.<br />5. Ketika murid mengerjakan soal, mereka merasa mampu mengerjakannya → tingkah laku mempengaruhi kognitif.<br />6. Murid meminta pada guru latihan soal lainnya → kognitif mempengaruhi tingkah laku.<br /><br />Learning and Motivation<br /> Seseorang hanya akan bisa belajar dari hal-hal yang telah ia pernah lakukan dan pelajari sebelumnya. Seseorang hanya dapat dikatakan belajar apabila ia telah merealisasikan teori yang ia tahu ke dalam aksi nyata. Motivasi adalah kunci untuk menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu. <br /><br />Enactive and Vicarious Learning<br /> Bandura mengatakan bahwa teori kognitif social adalah proses belajar dengan cara menerjemahkan informasi tentang tingkah laku dan lingkungan, ke dalam simbol-simbol yang kita mengerti untuk mendorong kita melakukan suatu tindakan nyata.<br />Enactive Learning adalah belajar dari pengalaman, dibutuhkan tindakan nyata untuk melakukan sesuatu dan menanggung segala konsekuensinya. Cara untuk sukses dipelajari dan diingat, sedangkan cara yang mengarah pada kegagalan dibuang.<br /> Vicarious Learning adalah belajar dengan cara seolah-olah mengalaminya sendiri, dimana murid mencoba untuk mempraktekkan apa yang diajarkan oleh gurunya pada saat yang diajarkan untuk meminimalisasikan hal-hal negative terjadi jika ia hanya menyimpan info dan tidak mempraktekkannya. Cth: latihan fingering pada alat musik gitar atau piano.<br />Modelling Processes<br />Functions of Modelling<br />1. Inhibiton/Disinhibition, hal ini akan menjadi contoh bagi yang melihat, mana hal yang boleh dan mana hal yang dilarang. Sehingga seseorang akan tahu apa konsekuensinya jika ia melanggar suatu hal yang terlarang. Cth inhibition: jika seorang guru menghukum seorang murid yang rebut di dalam kelas, hal itu akan jadi patokan dan peringatan bagi murid yang lain apabila mereka rebut di dalam kelas.<br />Cth disinhibition: jika seorang guru mengajarkan caranya untuk berinteraksi dengan siswa lain, lalu seorang siswa yang pemalu berani untuk belajar untuk berinteraksi dengan orang lain, maka guru itu memberikan pujian kepada anak itu sebagai penyemangat.<br />2. Response Facilitation, hal ini akan menjadi contoh bagi orang lain untuk melakukan sesuatu yang dilakukan orang lain karena rasa ingin tahu, tapi tidak memiliki konsekuensi fatal ketika dilakukan. Cth: Tim, Maria, dan Robert bersama-sama pergi ke lapangan untuk melihat apa yang terjadi karena banyak orang berkumpul di sana.<br />3. Observational Learning, hal ini akan memberikan skill dan kemampuan baru kepada seseorang yang melakukannya, sehingga akan menghasilkan perubahan tingkah laku juga, biasanya ke arah yang positif. Pembelajaran ini meliputi empat subproses, yaitu:<br />i) Attention, datang untuk memperhatikan model-model tertentu yang ditampilkan.<br />ii) Retention, mengkodekan dan menyimpan apa yang telah dipelajari untuk disimpan dan untuk melatih info yang telah diterima tsb.<br />iii)Production, menerjemahkan konsep simbol dan visual dari model ke dalam tingkah laku.<br />iv) Motivation, menampilkan aktivitas yang bernilai dan yang menghasilkan konsekuensi-konsekuensi yang baik pula.<br />Cth: Jika seorang pelatih tennis mencontohkan berbagai macam jenis pukulan, lalu ia menyuruh murid-muridnya untuk melatih pukulan-pukulan yang telah diajarkannya.<br /><br />Characteristics of Effective Models<br />Competence<br /> Seseorang yang menjadi model, haruslah seseorang yang kompeten di bidangnya. Cth: Ms. Allen menerangkan suatu pelajaran kepada murid-muridnya dengan menggunakan OHP. Ia melihat bahwa Alex memahami pelajaran itu dengan baik, maka ia meminta Alex untuk maju ke papan tulis dan menyelesaikan soal yang ia buat sementara seisi kelas memperhatikan Alex.<br /> Seseorang yang lebih mampu akan diminta untuk menjadi model untuk menerangkan suatu hal. Cth: Untuk menerangkan tentang aborsi secara medis di seminar gereja, sebaiknya undanglah seorang dokter kandungan yang memang kompeten di bidangnya.<br /> <br /><br />Perceived Similarity<br /> Menempatkan seseorang yang lebih baik sebagai contoh untuk ditiru. Cth: Seorang guru mengajarkan tentang sebuah pelajaran lalu ia membentuk kelompok-kelompok kecil, dan menaruh seorang siswa yang pandai dalam kelompok itu untuk membantu teman-temannya yang kurang bisa sehingga, setiap orang di dalam kelompok itu belajar dengan cara meniru temannya yang cerdas tersebut.<br /> Belajar dari kesalahan yang sudah pernah dilakukan. Cth: seorang guru mengajarkan tentang kesalahan-kesalahan yang ia lakukan ketika mengerjakan soal matematika, ia memberi tahu apa yang harus dilakukan dan jalan keluarnya, sehingga murid-muridnya tidak melakukan kesalahan yang sama.<br /> Belajar dengan cara membandingkan pekerjaan yang sekarang dengan pekerjaan yang sebelumnya. Cth: seorang guru dapat merekam kaset tentang cara membaca seorang anak, lalu mengajarinya hal yang benar, lalau meminta anak itu mengikutinya sambil membandingkan kemajuan yang telah dicapai oleh anak itu dibandingkan dengan rekaman kaset yang sebelum-sebelumnya.<br /> Belajar dengan cara membandingkan pekerjaan dengan orang lain. Cth: Seorang guru memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk membuat suatu karangan, lalu ia memasangkan muridnya berdua-berdua untuk mendiskusikan karangan mereka dan mempelajari letak kesalahan dan mengkoreksinya sehingga terdapat proses pembelajaran dalam diskusi tersebut.<br /><br /><br />Credibility<br /> Mencontohkan hal yang baik dan memberikan penjelasan mengapa seseorang melakukan suatu hal. Cth: seorang guru melarng muridnya menggunakan kalkulator untuk perkalian yang mudah, tapi suatu ketika ia menggunakan kalkulator untuk soal yang sulit, murid-muridnya bertanya mengapa ia boleh menggunakan kalkulator? Maka ia menjelaskan bahwa ia mengerjakan soal yang sulit, dan apabila murid-murid telah berhasil mengerjakan soal-soal yang mudah tanpa kalkulator, maka mereja juga boleh menggunakan kalkulator untuk soal-soal yang sulit.<br /><br />Enthusiasm<br /> Membangun iklim yang postif dan bersemangat dalam tim untuk menaruh suatu motivasi yang besar sehingga semua anggota mengerjakan suatu hal dengan rasa antusias. Cth: seorang guru yang selalu bersemangat di dalam kelas dan memberikan dorongan yang baik, dengan kata-kata seperti: “Yang akan kita lakukan selanjutnya pasti akan seru!” atau “kalian semua melakukan tugas dengan super!”, hal-hal tersebut akan membuat murid-muridnya terdorong untuk menjadi lebih baik.<br /><br />Functions of Modeled Consequences<br /> Model akan memberikan kita suatu gambaran tentang suatu konsekuensi dari setiap pekerjaan yang kita kerjakan, sehingga membuat kita tahu, mana pekerjaan yang akan mendatangkan hadiah/imbalan, dan mana pekerjaan yang akan mendatangakan hukuman. Hal ini hanya bisa dipelajari dalam pengajaran yang timbal balik dalam suatu dialog antara guru dengan murid. Dimana guru bertugas untuk menerangkan, menjawab pertanyaan, membuat kesimpulan, dan memperkirakan hal-hal apa saja yang berkaitan dengan pokok bahasan. Guru berusaha mendorong murid untuk berani mengungkapkan pendapatnya dan tidak takut akan kesalahan yang lazim dibuat, karena terkadang banyak siswa yang tidak berani mengeluarkan pendapatnya karena takut salah. Singkatnya seorang guru harus menjadi fasilitator untuk perkembangan sang murid, agar sang murid memiliki inisiatif dan tidak perlu selalu dibimbing dalam melakukan sesuatu.<br /><br />Motivational Processes<br />Self Efficacy<br /> Hal ini didefinisikan sebagai penilaian orang banyak tentang kapasitas mereka untuk mengorganisasi dan menjalankan suatu aksi dalam setiap kesempatan. Hal ini akan selalu berhubungan dengan rasa aman terhadap diri sendiri. Seseorang diharapkan untuk menyukai dirinya sendiri, karena orang-orang yang tidak menyukai dirinya sendiri, tidak akan bisa menghasilkan apapun yang baik dalam hidupnya. Seseorang harus percaya bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu yang baik, bahwa dirinya superior, dan punya tujuan hidup. Hal ini biasanya dibangun oleh orang lain yang memiliki pengaruh dalam hidup kita.<br /><br />Goals<br /> Yang tidak kalah penting adalah tujuan akhir dari suatu pekerjaan, karena itu tujuan akhir harus dibuat secara jelas, seperti seorang guru yang memerintahkan muridnya untuk membaca empat buku dalam satu semester. Tujuan akhir juga harus sulit dan menantang kemampuan seseorang, tujuan akhir juga dapat dibagi secara bertahap untuk memudahkan seseorang mengerjakan suatu tugas, dan juga memberikan umpan balik yang membangun rasa percaya diri murid yang telah berhasil mengerjakan tugas dengan baik.<br /><br />Motivated Learning<br /> Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan disosialisasikan dalam menumbuhkan motivasi dalam belajar. Tanamkanlah pada para murid bahwa mereka mampu untuk mengerti pelajaran yang sedang diterangkan, lalu tanamkanlah nilai bahwa setiap pelajaran yang diberikan pasti berguna untuk kehidupan sang murid di masa depan nantinya. Ajarkanlah pada para murid strategi yang baik untuk belajar dan perlihatkanlah pada mereka kemajuan mereka karena menggunakan startegi belajar tersebut. Ajarlah para murid dengan bahasa yang dapat mereka mengerti dan arahkanlah mereka untuk menuju pada tujuan akhir dari pelajaran ini. Buatlah umpan balik yang dapat membantu para murid untuk mengevaluasi pelajaran dan berikanlah imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan dengan baik, dan ingatlah selalu untuk memupuk motivasi dan rasa menyukai diri mereka sendiri sebagai yang paling penting.<br />Social Comparison<br />Festinger’s Theory<br /> Teori ini menyatakan bahwa setiap orang pasti memiliki kecenderungan untuk membnding-bandingkan dirinya sendiri degan orang lain. Fase pertama adalah ketika seseorang mempelajari sesuatu yang ia tidak pernah melakukannya sebelumnya seperti main golf, dalam fase ini tujuan seseorang adalah mengumpulkan info sebanyak-banyaknya dari orang lain. Fase kedua adalah ketika seseorang membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain untuk menetapkan standar yang harus dicapai. Fase ketiga adalah ketika seseorang mulai berkompetisi dengan orang lain dalam melakukan suatu tugas. Dan fase keempat adalah ketiga seseorang telah berhasil melakukan tugasnya dan terus melanjutkannya untuk terus memperbaiki pekerjaannya untuk mencapai suatu kesempurnaan.<br /><br />Self Regulation and Volition<br /> Self Regulation adalah suatu proses dimana seseorang mempertahankan kognisi dan tingkah lakunya yang secara sistematik berorientasi pada tujuan akhirnya. Hal ini sangat dibutuhkan untuk dapat mempertahankan performa yang baik dalam setiap hal yang kita kerjakan, untuk terus memperbaiki hasil pencapaian ke arah yang lebih disempurnakan.<br /> Proses kognitif sosial meliputi tiga faktor, yaitu pengamatan diri, penilaian terhadap diri, dan juga reaksi diri. Self regulation ini memiliki suatu siklus yang akan membangun seseorang menuju pada perbaikan hidup. Siklusnya adalah sbb: Performance → Refleksi diri → Pemikiran → Performance → dst.<br /><br />Group Motivation<br /> Hal-hal yang harus diperhatikan ketika sedang membangun motivasi untuk suatu kelompok adalah rancanglah tugas yang dapat diselesaikan jika kelompok mengerjakannya dengan cermat dan tekun. Pastikan bahwa semua orang di dalam kelompok terlibat dan memiliki tanggung jawab sendiri-sendiri yang harus mereka kerjakan tanpa mengurangi keutuhan kelompok. Pastikan bahwa kelompok ini memiliki tujuan akhir dan sedang menuju ke arah yang dituju tsb. Perhatikan kemajuan dan sediakan umpan balik bagi kelompok untuk mendorong mereka mencapai tujuan akhir mereka.<br />Harga diri secara kolektif dipupuk melalui conformity (penyesuaian), dimana ketaatan pada perintah yang diberikan, dimana orang yang memberikan perintah itu adalah orang yang memiliki kekuasaan atau tingkatan yang sebanding dengan anggota kelompok yang lain. Sedangkan compliance (pemenuhan), dimana ketaatan pada perintah yang diberikan, dimana orang yang memberikan perintah itu adalah orang yang memiliki kekuasaan atau tingkatan yang lebih tinggi. <br />Pada akhirnya, semua hal ini, respek terhadap diri sendiri dan motivasi untuk hidup yang lebih baik, diaplikasikan dalam mengembangkan kemampuan motorik personal setiap orang, dalam memilih karir yang cocok untuk masa depan, dan untuk menjaga kesehatan tubuh.<br /><br />Tujuan Penulisan <br />Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan masukan tentang cara belajar yang terbaik yang bisa dilakukan seseorang, yaitu dengan suatu bimbingan dari orang lain yang lebih mampu daripada orang itu. Hal ini didasari pada suatu pemahaman bahwa seseorang selalu meniru model yang memberikan dampak dalam kehidupannya, sehingga pembelajaran dapat dilakukan secara korporat dengan lingkungan sosialnya.Bobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-46928960942064133012008-06-08T21:13:00.003+07:002008-06-08T21:43:28.838+07:00PEMELIHARAAN ALLAH DAN ATURAN PENCIPTAAN<o:p></o:p><o:p></o:p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;">Setelah enam hari Penciptaan, “Berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya” (Kej. 2:2). Allah berhenti tidak berarti bahwa Allah berbaring dan tidur, meninggalkan ciptaan untuk mempedulikan diri-Nya sendiri dan tidak mengendalikan ciptaan-Nya. Kata <i>berhenti/beristirahat</i> (<i>sabat</i>) berarti “berhenti”. Pada hari ketujuh Allah berhenti dari karya kreatif-Nya dan menyenangi kebaikan dari segala yang diciptakan-Nya. Hari perhentian tidak seperti enam hari lainnya. Tidak ada batas antara petang dan pagi. Kesenangan Allah terhadap dunia yang Ia ciptakan tidak ada akhirnya. Allah terus menopang dan mengendalikan alam semesta. Jika Ia menarik diri sekalipun sekejap saja, alam semesta akan terjatuh ke dalam ketiadaan (lih. Kol. 1:17). Pemeliharaan Allah dan pengendalian alam semesta secara tradisional dirujukkan sebagai pemeliharaan-Nya, secara harfiah berarti Ia memandang ke muka dan merencanakan lebih jauh. Jadi sang Pencipta adalah Allah yang mengatur, menopang, dan memelihara penciptaan. </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;">Pembekalan Allah dilihat dalam tatanan alam semesta, proses alam tentang kehidupan, dan pembentangan sejarah. Pada saat penciptaan, Allah memberi setiap makhluk kuasa bereproduksi. Umat Israel memahami sejarah mereka karena panggilan keras Allah kepada Abraham. Di gunung Moria, Abraham mendapati bahwa Allah adalah Ia yang menyediakan, karena di sana Allah menyediakan anak domba untuk korban bakaran pengganti Ishak (Kej. 22:13). Abraham menamakan tempat itu “Tuhan Menyediakan”. Pembekalan ilahi anak domba telah menjamin para penganut Pentakostal dan orang-orang Kristen lainnya mengenai perhatian dan pemeliharaan Allah yang tetap. </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;"><i>Bagi para penganut Pentakostal, Allah bukan sebagai tuan tanah yang tidak hadir di tempat, tetapi sebagai Dia yang secara pribadi memperhatikan ciptaan-Nya</i>. Seperti pada masa Alkitab, para penganut Pentakostal mengharapkan kehadiran dan pemeliharaan Allah terwujud tidak hanya dalam perhatian umum terhadap penciptaan tetapi juga secara khusus dalam bimbingan dan karya Roh Kudus. Jadi para penganut Pentakostal melihat hubungan langsung antara kehadiran pemeliharaan Allah pada masa Alkitab dengan abad ke-20. Allah berkarya saat ini sama dengan yang dilakukan-Nya pada masa bapa-bapa gereja dan para rasul. </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;">Pemeliharaan Allah perlu dipertimbangkan melalui tiga judul: dunia alam, sejarah, dan penderitaan. </p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;">Melalui Firman Allah, Kristus yang kekal, dunia dijadikan (Yoh. 1:13); Allah “… menopang segala yang ada dengan Firman-Nya yang penuh kekuasaan” (Ibr. 1:3), dan dalam Kristus segala sesuatu ada di dalam Dia (Kol. 1:17). Allah memberi dunia alam ini hal mengatur (organisasi) dan hukum-hukum. Dampaknya, ada tatanan dan kemantapan dalam penciptaan. Dalam ukuran yang lebih luas, kita hidup dalam dunia yang dapat diandalkan, di mana musim-musim muncul dengan teratur, di mana terjadi revolusi bersinambung di bumi yang mengelilingi matahari, dan di mana binatang serta tumbuh-tumbuhan hidup dengan mantap. Tatanan dan keberaturan adalah sifat Allah Pencipta. </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;">Pemazmur menyatakan, “Betapa banyak perbuatan-Mua, ya Tuhan, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan” (Mzm. 104:24). Dunia telah tertata sebab sang Pencipta memelihara semua yang dibuat-Nya. Menyadari hal ini secara mendalam, orang-orangLewi memuji Allah, katanya, “Hanya Engkau adalah Tuhan! Engkau telah menjadikan langit, ya langit segala langit dengan segala bala tentaranya, dan laut dengan segala yang ada di dalamnya. Engkau memberi hidup kepada semuanya … “ (Neh. 9:6). Karena kemantapan kuasa topangan Allah, sifat umum dan jalannya dunia alam ini dapat diramalkan. Dunia tidaklah ditutup sang Pencipta. Setiap saat Allah menjunjung dunia; karenanya, Ia berada dengan dan memimpin ciptaan sehingga dunia melayani kehendak-Nya. Pemeliharaan Allah mengingatkan kita mengenai kesetiaan dan kebijakan-Nya dalam memelihara ciptaan. </p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><b>A.<span style=""> </span>Kesetiaan Allah dalam Memelihara Tatanan Alam <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;">Dunia alam yang mantap dan dapat diandalkan mengungkapkan sesuatu mengenai kesetiaan Allah yang hidup. Tatanan dan stabilitas dunia adalah sesuatu yang kita harapkan. Keberaturan alam ini bergantung sepenuhnya pada kehadiran dan kesetiaan Allah. Setelah peristiwa banjir Allah berkata, “Selama bumi ini masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam” (Kej. 8:22). Yeremia mengungkapkan janji Allah dengan siang dan malam, dan berkata untuk Tuhan, “Aku tidak akan menetapkan perjanjian-Ku dengan siang dan malam dan aturan langit dan bumi, maka juga Aku pasti akan menolak keturunan Yakub dan hamba-Ku Daud …” (Yer. 33:25,26). </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;">Allah telah mengatur batas-batas segala sesuatu. Tatanan yang berlaku di dunia menunjuk kepada kebaikan dan kesetiaan Allah (lih. Kis. 17:22-30; Rm. 1:18-23). Seperti kata Paulus, “… namun Ia bukan menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu” (Kis. 14:17). Allah demikian menata dunia dan kehidupan sehingga kita mempunyai kepercayaan menjalani aktivitas sehari-hari serta membuat rencana-rencana untuk hari depan. Kita hidup dalam dunia yang bergantung – dunia di mana Pencipta setia memelihara tatanan sehingga hidup itu bermakna dan berada dalam ketertiban. Mata biasa bisa menghargai tatanan dunia dan bahkan secara samar-samar memamhami pemeliharaan ilahi, tetapi pemahaman yang tepat tentang pemeliharaan haruslah berakar dalam penyataan ilahi, yang dicatat dalam Alkitab dan ditegaskan melalui pengalaman iman. </p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><b>B.<span style=""> </span>Kesetiaan Allah dalam Pemeliharaan Makhluk <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;">Sebagaimana diajarkan dalam Alkitab, pemeliharaan Allah tidak berpokok pada keberuntungan atau nasib. Burung pipit “… tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu” (Mat. 10:29). Memang, jika Allah memimpin penerbangan burung-burung, maka kita harus didorong mengakui bersama pemazmur “Tuhan, Allah kita, yang diam di tempat yang tinggi, yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi” (Mzm. 113:5,6). Luar biasa kesetiaan Allah dalam memelihara dan menopang setiap makhluk-Nya, terutama laki-laki dan perempuan. Allah menyediakan untuk ikan-ikan dan burung-burung dan menopang segala sesuatu dalam kekhususan masing-masing. Alkitab menjamin bahwa Allah memelihara “manusia dan binatang buas” (Mzm. 36:6). Tetapi Yesus berkata bahwa kita “lebih berharga dari pada banyak burung pipit” (Mat. 10:31). Seluruh kehidupan itu mantap dan sangat dipelihara oleh kuasa Allah. </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;">Mari kita bercermin pada keberadaan jasmani kita sendiri yang menakjubkan. Jantung mulai berdetak sebelum kelahiran dan terus berlangsung sampai mati. Darah beredar melalui tubuh dan membawa darah merah dan darah putih yang sangat vital bagi kehidupan. Darah merah dibawa ke paru-paru, mengambil oksigen. Ini terjadi setiap saat, tetapi tanpa ada usaha dari kita sendiri. Sungguh, luar biasa bahwa kita tetap hidup. Sumbernya tidak lain adalah: Allah yang hidup, yang memberi kita nafas dan yang memampukan jantung kita memelihara detak kehidupannya. Hidup sendiri menyaksikan kesetiaan Allah. Kita tidak akan pernah berhenti memuji-Nya atas pemberian kehidupan. </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;"><i>Allah kita bukan Allah yang bermalas-malasan. Ia selalu melibatkan diri-Nya dalam pemeliharaan makhluk-makhluk-Nya dengan menyediakan kebutuhan-kebutuhan mereka</i>. Kebaikan Allah yang tidak pernah gagal diungkapkan dengan sangat indah oleh ucapan pemazmur, “… Engkau memberi mereka makanan pada waktunya. Engkau yang membuka tangan-Mu dan yang berkenan mengenyangkan segala yang hidup” (Mzm. 145:15,16). Perhatian Allah tertuju pada semua orang, karena Yesus menyatakan bahwa Allah “… menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang benar dan orang yang tidak benar” (Mat. 5:45). Dengan jaminan pemeliharaan Allah yang tidak pernah gagal kita bisa hidup bebas dari rasa kuatir, terutama jika mengenal-Nya sebagai Bapa sorgawi kita. Seperti kata Yesus, Bapa mengetahui apa yang kita butuhkan. Karena Ia memelihara burung-burung di udara dan bunga-bunga di padang, jelas kita tidak perlu diliputi kekuatiran mengenai kebutuhan hidup kita (lih. Mat. 6:25-34). </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;">Yesus berkata, “… carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu” (Mat. 6:33). Kita bisa dijamin bahwa Allah, yang telah mengaruniakan karunia terbesar, Anak-Nya sendiri, tidak akan menyembunyikan berkat-berkat-Nya. Allah yang kaya menyediakan kebutuhan spiritual kita dalam Kristus, dan “… bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia” (Rm. 8:32). Janji tidak berarti kita tidak mengalami bahaya dan kebinasaan (Rm. 8:35-39), tetapi dasar kemenangan kita ada di Kalvari. Allah adalah pelindung dan pembuat sejarah bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Walaupun Paulus mengalami banyak kemalangan, ia mengakui bahwa pemeliharaan ilahi melindunginya dari kejahatan bagi mereka yang menjadi milik Kristus. Menitikberatkan kebenaran ini, ia menulis: “Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat”(2 Tes. 3:3). Banyak orang percaya mengenal melalui pengalaman bahwa Allah melindungi umat-Nya – dari kejahatan dan Setan. </p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><b>C.<span style=""> </span>Kesetiaan Allah terhadap Pembaruan Ciptaan <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;">Kesinambungan karya Allah ditunjukkan oleh pembaruan ciptaan yang mantap. Alkitab merujuk langsung kepada aspek-aspek pemeliharaan ilahi dan memberi perhatian khusus terhadap pembaruan ciptaan oleh Roh Kudus. Karya Roh Kudus tidak membatasi pengalaman Kristen tentang kelahiran baru, pengkudusan, dan penguatan pelayanan. Pelayanan Roh mencakup lebih dari hal-hal tersebut. Sejak semula Roh Kudus membawa tatanan dan kehidupan kepada ciptaan, dan Roh terus melaksanakan pemeliharaan atasnya. Dalam Mazmur 104:30 kita dapatkan rujukan tentang pemeliharaan Allah dan pembaruan ciptaan, “Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi”. Pemazmur menegaskan karya kreatif Roh secara umum; tetapi Roh juga berbicara tentang pembaruan, yang terbukti jelas di dunia, khususnya di musim semi. Yesaya mengakui kuasa Roh Kudus untuk membarui dan merubah dunia material: “Sampai dicurahkan kepada kita Roh dari atas: Maka padang gurun akan menjadi kebun buah-buahan, dan kebun buah-buahan itu akan dianggap hutan” (Yes. 32:15). Jelas pasal ini merujuk kepada pembaruan spiritual dan pencurahan Roh pada hari Pentakosta. </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;">Meskipun demikian, hal itu mengingatkan kita bahwa pertumbuhan luar biasa pada dunia tumbuh-tumbuhan juga akibat dari karya Roh Kudus. </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;"><i>Roh Kudus itu vital bagi pemeliharaan dan pembaruan alam</i>. Pencurahan Roh memberi kuasa dan pembaruan di bidang spritual. Demikian juga penopangan dan pembaruan alam sangat terkait dengan Roh Kudus. Keindahan ciptaan, tumbuh-tumbuhan di sisi arus yang mengalir, bunga-bunga di musim gugur, cakrawala setiap hari di angkasa – semua ini merupakan kesaksian terhadap pemeliharaan sang Pencipta dan kesinambungan karya Roh Kudus di dalam alam. </p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><b>Pemeliharaan dan Sejarah <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;">Allah yang hidup adalah Tuhan dari segala wacana sejarah. Karena aturan Tuhan maka ada tatanan dalam sejarah seperti halnya dalam alam. Dari semula Allah telah menuntun sejarah untuk menyempurnakan maksud-Nya. Dan Ia telah mengendalikan sejarah sementara Ia memberi kita kebebasan memilih. Ia ingin agar kita bebas, dengan kemampuan memilih antara yang baik dan yang jahat. Sehubungan dengan kebaikan pemeliharaan Allah, ternyata Adam dan Hawa menyalahgunakan kebebasan mereka dengan tidak menaati Allah. Sejak itu, dosa dan pemberontakan berkembang di dunia. Meskipun demikian Allah tidak berhenti menjadi Tuhan atas segalanya. </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;"><i>Seperti yang diceritakan dalam Alkitab, jelas bahwa sejarah berlanjut sesuai rencana Allah dan para nabi-Nya mampu meramalkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi</i>. Sejarah umat Israel ada dalam tangan Allah. Bangsa Israel berawal dengan panggilan Allah kepada Abraham. Perbudakan mereka di Mesir berakhir dengan berbagai mujizat pembebasan dan sesudah itu pernjanjian di Sinai. Setelah satu generasi berada di padang gurun, mereka menetap di Kanaan. Mereka tinggal di tanah di bawah pimpinan para hakim dan kemudian di bawah para raja. Selanjutnya mereka dibuang di Asiria dan Babilonia, dan kemudian sekelompok orang-orang pembuangan kembali ke tanah air mereka. Bimbingan pemeliharaan Allah terhadap sejarah Israel menyatakan anugerah-Nya dan penghakimannya. </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;"><i>Pusat perhatian Perjanjian Llama adalah terhadap bangsa Israel. Tetapi nasib bangsa-bangsa lain juga ada di tangan Allah</i>. Kel. 9:13-17 mengisahkan Allah berhubungan dengan Mesir ketika Firaun menolak membebaskan Israel dari perbudakan. Daniel 8 dan 11 meramalkan adanya empat kerajaan di mana kerajaan Aleksander Agung kelak akan terbagi. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa sejarah berlanjut seperti rencana ilahi. Allah memimpin peristiwa-peristiwa dunia karena Ia mengendalikan sejarah. Individu-individu telah menyalahgunakan dan masih terus menyalahgunakan kebebasan mereka, tetapi sehubungan dengan perbuatan salah manusia ini, Allah mengesampingkannya dan<span style=""> </span>Ia menggenapi rencana ilahi-Nya untuk dunia (lih. Kej. 50:20). </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;"><i>Allah telah menunjukkan diri-Nya yang memperhatikan kehidupan dan sejarah umat manusia</i>. Dengan sangat meyakini kenyataan ini, Paulus mengatakan bahwa “Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka” (Kis. 17:26). Bukan karena suatu peluang bahwa bangsa-bangsa telah dibangkitkan dan orang-orang tersebar ke seluruh muka bumi. Allah telah memberikan bumi kepada<span style=""> </span>manusia untuk rumahnya dan telah menunjuk lokasi untuk ditempati masing-masing bangsa. Tujuan pemeliharaan Allah terhadap umat dan bangsa-bangsa adalah “… supaya mereka mencari Dia … dan menemukan Dia” (ay. 27). Adalah keinginan-Nya bahwa seluruh umat datang untuk mengenal Dia. </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;"><i>Haruslah ditekankan bahwa Allah memperhatikan untuk seluruh umat</i>. Menurut Alkitab, Israel memperoleh tempat khusus dalam tujuan keselamatan Allah bagi dunia, tetapi pilihan Allah terhadap Israel tidak mengecualikan bangsa-bangsa lain dari maksud-Nya. Allah bertanya melalui nabi Amos, “Bukankah Aku telah menuntun orang israel keluar dari tanah Mesir, orang Filistin dari Kaftor, dan orang Aram dari Kir?” (Am. 9:7). Perjanjian Lama mengajarkan bahwa arah sejarah Israel memperoleh perhatian kuat dari Allah. Dan Ia adalah Tuhan atas seluruh sejarah – Tuhan orang-orang Filistin, Siria, dan bangsa-bangsa lain. Ia juga memperhatikan mereka dan mengarahkan nasib mereka. </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;"><i>Alkitab menyatakan bahwa pemeliharaan Allah membimbing umat dan bangsa-bangsa</i>. Pemeliharaan ilahi tidak menyangkali kebebasan berbuat dan kuasa memilih yang baik dan yang jahat. Perjumpaan mendalam antara kebebasan manusia dan pemeliharaan ilahi tidak pernah sedahsyat yang diwujudkan dalam kematian Yesus Kristus. Ucapan Petrus yang sangat berkuasa di hari Pentakosta menyatakan bahwa kematian Yesus adalah tanggung jawab langsung umat Yahudi, tetapi itu terjadi menurut rencana Allah. Yesus Kristus “… yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka” (Kis. 2:23), kata Petrus. Bangsa-bangsa durhaka telah berbuat jahat dengan membunuh Kristus, tetapi Allah tidak melakukan kejahatan, dan Ia tidak akan melakukan-Nya. Orang-orang seperti Herodes dan Pilatus, juga orang-orang Yahudi, bersalah karena pembunuhan kejam terhadap Yesus. Tetapi, mereka juga secara bebas memenuhi rencana Allah. Melalui kuasa agung-Nya Allah menjadikan salib sebagai sarana Ia menyelamatkan kita. </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;">Penyaliban Tuhan Yesus menghadapkan kita dengan misteri rencana ilahi yang digenapi dalam dan melalui peristiwa-peristiwa manusia. Di salib sejenak Allah membuka tirai di depan mata kita, yang memberi kita penglihatan ke dalam misteri mendalam tentang pemerintahan-Nya dalam sejarah. Kristus Kalvari adalah “… Anak Domba yang telah disembelih” (Why. 13:8). Dalam kematian-Nya sang Penebus mewujudkan kesetiaan dan pemeliharaan sang Pencipta. </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;"><i>Dalam Perjanjian Baru pemeliharaan Allah mempunyai makna penting untuk kehidupan Kristen</i>. Maksud Allah yang ilahi adalah mengutus Kristus untuk menyelamatkan kita melalui-Nya (lih. Ef. 3:11). Keberhasilan karya penyelamatan-Nya telah ditentukan dulu oleh Allah dan pasti. Juga, Allah menuntut kita oleh Firman-Nya dan Roh agar menerima karya anugerah penebusan-Nya dalam Kristus. Elamatan yang tepat itu menuntut tanggapan kita – tanggapan iman. Sisi ilahi dan sisi manusia tentang keselamatan harus dipegang dengan tepat. Membicarakan sisi ilahi, Paulus menulis, “Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Flp. 2:13). Tetapi dari sisi manusia ia berkata, “… kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar …” (ay. 12). Secara sederhana ucapan tersebut mengatakan bahwa keselamatan adalah dari Allah, tetapi kita juga dikehendaki untuk berusaha dengan mantap mengejar kehidupan Kristen. </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;"><i>Pemeliharaan ilahi tidak akan menarik kebebasan kita</i>. Bagi mereka yang percaya dalam anugerah-Nya, pemerintahan Allah di dunia adalah sumber pengharapan dan penghiburan mereka dalam seluruh pengalaman hidup. Paulus menyimpulkan pandangan Kristen tentang pemeliharaan ilahi dengan menyatakan: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Rm. 8:28). Jadi Ia mengutus Roh Kudus menjadi penerus kehadiran Allah dengan kita. Kita hidup di abad Pentakosta, di mana Allah beserta kita melalui kehadiran Roh-Nya yang berkuasa, bahkan hingga akhir dunia. </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;"><i>Sebagaimana sejarah bergerak menuju kedatangan Kristus yang kedua, Allah terus berkarya bersama dengan segala sesuatu untuk kebaikan</i>. Di tengah kehadiran kejahatan, serangan Setan, dan penderitaan di dunia, Allah tetap memegang kendali. Tetapi pemerintahan Allah di dunia adalah misteri yang dapat ditembus hanya dengan bersandar pada Alkitab dan Roh Kudus yang memberi wawasan tentang maksud ilahi. Kkepastian penggenapan rencana Allah dalam sejarah dinyatakan secara empatik oleh Paulus: </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 45pt; line-height: 24pt;"><span style="font-size: 9pt;">“O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya … Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah<span style=""> </span>kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Rm. 8:33,36). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;">Betapa tidak terbatasnya sumber hikmat dan kuasa Allah. Sepanjang sejarah dunia, dari Penciptaan sampai penyempurnaan akhir, Allah memerintah dalam sejarah dan yang akhirnya membawa Ciptaan-Nya mencapai tujuannya. </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><b>Pemeliharaan dan Penderitaan <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;">Umat Kristen Pentakostal menegaskan bahwa Allah itu baik, tetapi sama seperti yang lain, mereka hidup di dunia yang menderita. Alkitab mengemukakan realitas penderitaan dan kejahatan. Beberapa orang mencari penyelesaian masalah ini dengan optimisme yang tidak terkendali, yakni bahwa tidak ada kesengsaraan, sakit, dan kejahatan. Pemeliharaan ilahi tidak berarti bahwa karena Allah telah menyediakan maka yang ada hanyalah kebahagiaan dan ketenteraman di bumi. Dengan berpura-pura bahwa kejahatan tidak ada tidak memindahkan kesulitan-kesulitan yang diciptakan oleh kehadiran kejahatan itu. Praktik kuasa berpikir positif (<i>positive thinking</i>) tidak merubah kejahatan menjadi baik. Menolak mengenal kejahatan dan penderitaan tidak menghasilkan apa pun untuk perkembangan kehidupan. </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;">Ajaran Alkitab mengenai doktrin pemeliharaan itu sangat realistis. Pemeliharaan tidak menyangkal adanya penderitaan pada orang-orang benar (Mzm. 34:19). Gembala yang Baik mempersilakan domba-domba-Nya pergi melewati lembah bayang-bayang maut dan kesusahan (Mzm. 23:4). Umat Kristen memandang ke depan ke langit dan bumi baru, tetapi Alkitab mengakui bahwa pencobaan dan kesengsaraan adalah keadaan buruk dunia hingga akhir zaman. Sebelum peperangan akhir antara Allah dan kuasa-kuasa kejahatan, akan terjadi peperangan dan kabar-kabar tentang perang, bangsa melawan bangsa, kelaparan, wabah, gempa bumi, kedukaan, kesengsaraan, serta nabi-nabi palsu (lih. Mat. 24:4-14). </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;">Kenyataan tentang penderitaan yang tidak terkompromikan itu telah dinyatakan olah Alkitab yang sama, bahwa Allah itu baik dan seluruh ciptaan-Nya ada di bawah pemeliharaan dan bimbingan-Nya. Kesakitan dan penderitaan akan lebih mudah diatasi bila ada penjelasan yang beralasan mengenai hal tersebut. Misalnya, adalah normal kita merasa sakit bila kita meningkatkan latihan dan menderita akibat kelelahan otot. Allah membuat kita dengan kemampuan merasakan kesakitan. Beberapa penderitaan tidak bisa dielakkan. Sangat banyak penderitaan, kesakitan, dan kesengsaraan yang tampaknya tanpa tujuan yang bermanfaat. Bagaimana kita bisa menuntut keras bahwa Allah bersabar dan sangat berkuasa jika ternyata dunia penuh kesengsaraan? Para penganut Pentakostal mengakui bahwa penderitaan orang-orang benar, seperti dikatakan dalam kitab Ayub, amat dipertanyakan. Tetapi para penganut Pentakostal menegaskan pandangan Alkitab tentang pemeliharaan ilahi dan memandang serius masalah-masalah dunia seperti peperangan, ketidakadilan, anak-anak cacat, bencana alam, kemiskinan luar biasa, ketakutan dan kematian. Memperhatikan luasnya realitas kesakitan dan kejahatan di dunia kita, kita harus menyadari bahwa jawaban yang mudah adalah kurang tepat dan beberapa aspek penderitaan harus ada dalam lingkungan hal-hal tersembunyi yang adalah milik Allah (lih. Ul. 29:29). </p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><b>A.<span style=""> </span>Kenyataan Penderitaan <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;">Alkitab tidak pernah berbuat naif tentang penderitaan dan kejahatan. Alkitab berbicara tentang penderitaan manusia dan seluruh wujud ciptaan (Kej. 3:14-19; Rm. 8:19-22). Haruskah kita berkesimpulan bahwa Allah terlalu lemah untuk berbuat sesuatu terhadap kejahatan dan penderitaan? Ataukah Ia tidak adil dan penyebab masalah-masalah dunia? Menanggapi pertanyaan-pertanyaan ini, mari kita pertimbangkan ajaran-ajaran Alkitab mengenai penderitaan dan kejahatan. </p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><b>1.<span style=""> </span>Kemampuan Allah terhadap Penderitaan <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;">Jangan dianggap bahwa Allah tidak merasa sakit dan duka. Setelah mujizat-mujizat yang diberikan di Mesir, di padang gurun umat Israel tidak menaati Allah dan mereka mendukakan hati Allah (Mzm. 78:40; Ibr. 3:10,17). Dengan pemberontakannya, umat Israel juga mendukakan Roh Kudus (Yes. 63:10; bnd. Ef. 4:30). Ketika Yesus bertemu dengan seorang yang mati sebelah tangan, Ia disedihkan oleh kekerasan hati orang-orang Farisi (Mrk. 3:5). Lagi-lagi Yesus menunjukkan bahwa Ia adalah “… seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan” (Yes. 53:3). Ia menangis ketika berada di kubur Lazarus (Yoh. 11:35) dan Ia menangisi kota Yerusalem (Luk. 19:41). Dalam penderitaan mendalam di taman Getsemani, Ia “… mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan …” (Ibr. 5:7). Ia mengalami berbagai ujian dan penolakan. Ia memikul penghinaan dan pukulan kejam dalam pengadilan terhadap-Nya di depan Kayafas, Pilatus, dan Herodes. Dan, akhirnya, Ia mati dalam kematian yang paling memalukan dan menyakitkan, ketika ia digantung di atas salib kayu. Alkitab jelas mengajarkan bahwa penderitaan tidak hanya dialami manusia tetapi juga dikenakan pada Allah tritunggal. Bapa, Anak, dan Roh Kudus juga merasakan sakitan derita. Bagi Alah, mengasihi sebagaimana yang Ia lakukan berarti bahwa Ia harus banyak menderita. Penderitaan salib adalah perwujudan tertinggi dan ukuran kasih ilahi. Kasih Allah yang luar biasa tercurah dalam hati kita oleh Roh Kudus jauh melebihi ganti rugi untuk setiap kesakitan atau penderitaan (Rm. 5:5). </p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><b>2.<span style=""> </span>Berbagai Penyebab Penderitaan <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;">Realitas penderitaan adalah akibat dosa di dunia dan kehidupan manusia. Dunia yang diciptakan Allah adalah “amat baik”. Jadi penderitaan bukan disebabkan macam dunia yang dibuat Allah. Tetapi ketika Adam dan Hawa memberontak, dosa mereka membawa penderitaan besar pada umat manusia dan juga pada seluruh ciptaan (Kej. 3:14-19; Rm. 8:20-22). Penderitaan alam semesta adalah akibat langsung ketidaktaatan mereka. Masuknya dosa pada umat manusia telah menyebabkan kesakitan dan mengganggu kenikmatan hidup. Seringkali orang-orang menderita karena perbuatan salah mereka sendiri atau orang lain. Kata Paulus: “… karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya” (Gal. 6:7). Perbuatan kejahatan dan rasa puas sendiri menghasilkan kerusakan yang berdampak pada tubuh, pikiran, dan rohani. Perbuatan salah membawa pada rasa bersalah pribadi dan penyesalan, seperti yang dinyatakan dalam Mazmur 32 dan 51. </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;">Dosa-dosa yang tidak bisa diampuni berakibat serius terhadap kesehatan jasmani seseorang. Banyak masalah mental dan emosional yang disebabkan dosa dan rasa bersalah. Banyak penderitaan karena ketidaktahuan yang mungkin bisa dihindari. Dan penderitaan muncul karena bencana alam, seperti badai, gempa bumi, bakteri mematikan dan penyakit. Masalah-masalah para usia lanjut sering membawanya kepada penderitaan dan kematian. Dimensi-dimensi luas tentang penderitaan merupakan bukti dari akibat-akibat kekuatan dosa. </p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><b>B.<span style=""> </span>Maksud-maksud Penderitaan <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;">Jelas bahwa penderitaan adalah akibat penghukuman Allah terhadap dosa. Di samping itu, Alkitab menunjukkan bahwa penderitaan memiliki dua maksud. </p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><b>1.<span style=""> </span>Penderitaan adalah Cara Allah Mengingatkan Orang Berdosa<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;">Pengadilan Allah bisa membawa penderitaan besar atau melayani panggilan-Nya untuk bertobat dan pembaruan. Ketika pengadilan Allah mendatangi bumi, Yesaya berkata, “… maka penduduk dunia akan belajar yang benar” (Yes. 26:9). Pencurahan pengadilan ilahi akan mengakibatkan penderitaan yang luas dan luar biasa (Why. 16:8,9). Jadi penderitaan dan bencana bisa digunakan Allah dengan baik untuk memanggil laki-laki dan perempuan berbalik dari dosa-dosa mereka kepada Allah. </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;"><i>Kita tidak harus menganggap bahwa penderitaan selalu berhubungan dengan kejahatan yang dilakukan seseorang</i>. Beberapa orang baik telah memikul penderitaan berat. Tetapi beberapa pelaku kejahatan hidup yang relatif bebas penderitaan dalam hidupnya. Yesus berbicara mengenai kekeliruan berpikir bahwa tingkat penderitaan seseorang selalu ditentukan oleh luasnya dosa orang itu. Ia berbicara tentang 18 orang yang terbunuh ketika menara di Siloam meruntuhi mereka, dan bertanya apakah mereka “… lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem” (Luk. 13:4). Jelas ke-18 orang itu tidak bersalah, tetapi banyak orang yang lebih berdosa dari pada mereka yang kejatuhan menara. Tampaknya mereka itu binasa dengan tanpa pertobatan, karena terhadap tragedi ini Yesus berkata, “Jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian” (Luk. 13:5). Kematian mendadak ke-18 orang itu merupakan peringatan bertobat sebelum terlambat. </p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;">2<b>.<span style=""> </span>Penderitaan sebagai Sarana Mendidik</b> </p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;">Perjalanan iman tidak bisa dihindarkan dari ditemani penderitaan. Kepada mereka yang dipilih Allah Ia menghukum dan mendidik (Ibr. 12:5-11). Secara rohani kesakitan itu menguntungkan anak-anak Allah. Sebagai umat Kristen kita bisa memandang penderitaan sebagai berikut: </p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;"><i>a.<span style=""> </span>Penderitaan mengembangkan sikap dan pendalaman janji kepada Kristus</i>. Paulus, yang telah banyak menderita karena imannya, menulis, “… kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengaharapan” (Rm. 5:3,4). Sifat Kristen yang kokoh diperoleh dari belajar menanggung sengsara dengan iman dan keuletan. Jika kita menderita karena Kristus, hasil terhadap iman adalah pertumbuhan sikap dan pendalaman ketaatan kepada Allah. Contoh utama adalah Yesus Kristus, yang menunjukkan bahwa jalan ketaatan adalah jalan kesengsaraan. “Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya” (Ibr. 5:8). Yesus bukannya menderita karena ketidaktaatan. Ia tidak berdosa, tetapi Ia belajar dari pengalaman penderitaan yang melibatkan ketaatan kepada Allah. Melakukan kehendak Allah itu sangat mahal, dan kita bisa terundang untuk menanggung pukulan Setan, kekerasan fisik, dan penderitaan mental. Jelas, penderitaan digunakan Allah untuk mengembangkan iman, kerendahan hati, serta kesabaran kita – singkatnya, untuk menghasilkan sikap yang kokoh. </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 0.25in; line-height: 24pt;"><i>b.<span style=""> </span>Penderitaan adalah saling berbagi penderitaan Kristus</i>. Keinginan Paulus adalah mengenal Kristus dan persekutuan dengan penderitaan-Nya, di mana ia menjadi serupa dengan kematian-Nya (Flp. 3:10). Saling berbagi dalam penderitaan Kristus mempunyai nilai kekal untuk orang-orang percaya (1 Ptr. 1:11; Rm. 8:17,18). Tetapi seperti ditunjukkan Paulus, kepentingan tersebut tidak terletak hanya pada warisan hidup kekal yang akan datang. Persekutuan erat dengan penderitaan Kristus memperdalam pengetahuan kita tentang Juruselamat. Di mana orang-orang percaya saling berbagi dalam penderitaan Tuhan, hubungan mereka dengan-Nya semakin mendalam. Hubungan seperti ini oleh Paulus dicatatnya demikian, “Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku” (Flp. 3:8). Hubungan kita dengan Tuhan dimungkinkan oleh penderitaan-Nya dan dipelihara serta diperdalam jika kita saling membaginya dalam penderitaan-Nya. Semua yang menderita demi Kristus memiliki pengetahuan lebih dalam mengenai Kristus dan makin mendalamnya makna kehadiran-Nya. </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;"><i>c.<span style=""> </span>Penderitaan itu penyebab kesukacitaan</i>. Tak seorang<span style=""> </span>pun bisa membaca Perjanjian Baru lebih jauh tanpa berpegang pada konsep kokoh, bahwa saling berbagi dalam Kristus merupakan berkat yang membuat orang-orang percaya punya alasan bersukacita. Yesus memberitakan berkat kepada mereka yang menderita teraniaya karena kebenaran (Mat. 5:10). Setelah para rasul disesah karena memberitakan injil, mereka dibebaskan dan meninggalkannya “… dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena nama Yesus” (Kis. 5:41). Salah seorang di antaranya adalah Petrus. Dengan mengenal apa arti menderita karena injil, ia kemudian menulis kepada orang-orang Kristen tentang “nyala api siksaan”. Katanya, “Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya” (1 Ptr. 4:13). </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 0.3in; line-height: 24pt;"><i>d.<span style=""> </span>Mereka yang berada di jalan iman dan kekudusan tentu mengalami penderitaan</i>. Perjalanan sedemikian tidak dapat menghindarkan mereka untuk bertentangan dengan dunia dan Setan. Dan “… anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan” (Yak. 1:2). Menderita karena injil merupakan persiapan memasuki kemuliaan yang akan datang. Roh Kudus menjamin orang-orang percaya bahwa penderitaan saat ini hanya ringan jika dibandingkan dengan “kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya” (2 Kor. 4:17). Kemuliaan kekal jauh lebih besar dari pada penderitaan yang sekarang kita pikul dalam hidup ini. </p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><b>C.<span style=""> </span>Misteri Penderitaan <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoBodyText" style="line-height: 24pt;">Walaupun penyebab-penyebab dan maksud-maksud penderitaan telah dikemukakan, kita tidak akan sepenuhnya mengerti pemeliharaan ilahi sampai kita berjumpa muka dengan muka dengan Kristus (lih. 1 Kor. 13:12). Tetap merupakan misteri mengapa beberapa orang Kristen dipilih untuk lebih menderita dari pada yang lain. Orang-orang percaya tidak tahu hari depannya atau apa yang terbaik bagi mereka, tetapi Allah mengetahui kedua-duanya. Jadi kita tidak bisa melihat apa yang Allah coba selesaikan melalui penderitaan umat-Nya. Tujuan-Nya mungkin untuk membenahi ketidaksempurnaan yang tidak terlihat. Ia mungkin menyiapkan kita untuk menyelesaikan tugas khusus yang akan menjadi jalan melayani kemuliaan-Nya. Penderitaan telah menyiapkan banyak orang Kristen memberi penghiburan dan pengharapan kepada orang-orang lain. </p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 27pt; line-height: 24pt;"><i>Dari titik pandang kita yang terbatas, begitu banyak kesakitan dan penderitaan yang tampaknya tidak perlu dan tidak berarti. Tetapi tak satu pun kita dapat menembus sepenuhnya misteri pemeliharaan ilahi</i>. Namun dengan pertolongan Roh Kudus kita dapat menghargai kebaikan Allah. Kesadaran Paulus tentang betapa Allah yang baik mendorong-Nya menulis kata-kata yang diilhami Roh: “Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya” (Rm. 11:33). Inilah tanggapan iman. Iman kokoh dalam Allah yang hidup memampukan kita hidup di tengah-tengah penderitaan dan bahaya tanpa kebencian dan putus asa. Iman Ayub memampukannya mengungkapkan, “… Ia hendak membunuh aku, tidak ada harapan bagiku, namun aku hendak membela perilakuku di hadapan-Nya” (Ayb. 13:15). Tidak ada jawaban memuaskan sepenuhnya terhadap masalah-masalah kita. Namun demikian, anugerah Allah itu cukup untuk kebutuhan kita; dan Ia layak dipercaya, dipuji dan disembah. </p>Bobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4472080625828376919.post-11979773590727126872008-06-08T21:04:00.000+07:002008-06-08T21:13:25.345+07:00IBM Ciptakan Chip Berisi Air<p>Dua tahun lalu, IBM telah memperkenalkan sebuah pemecahan masalah dengan memberikan channel yang berliku-liku ke dalam chip agar arus panas dapat turun ke dekat silicon. Kemudian pada tahun 2007, IBM Zürich telah memotong channel ke dalam <em>cooling unit</em>. Sekarang, IBM memilih menggunakan pompa air untuk memasukkan air diantara susunan processor dan komponen motherboard yang lainnya untuk tetap menjaga agar tetap dingin. </p><p>Industri chip mulai terpikat dengan ide susunan 3-D dimana prosesor dan memori berada diantara komponen lain, dan berada di tingkat yang paling atas daripada yang lainnya. Hal ini berguna untuk menambah kecepatan saat pengiriman data diantara banyak komponen, dengan cara membuka lebih banyak path komunikasi. Dengan membuat kabel mengecil sekitar 1/1000th (1/1000 inch dalam desimeter) dari ukuran umumnya, maka chip dapat lebih menghemat komsumsi energi. Tetapi selain itu, chip juga dapat bertahan ketika terjadi perpindahan panas dari processor. Bahkan hal terburuk dapat terjadi jika user menjejalkan komponen yang panas secara bersamaan.</p>IBM menjelaskan, pada susunan chip 3-D telah terjadi pemborosan energi berupa arus panas hampir mendekati 1 kilowatt, 10 kali lebih besar daripada panas yang dihasilkan dari <em>hotplate</em> dengan area 4 cm dan ketebalan sekitar 1 milimeter. Selain itu, di tiap lapisan chip terdapat suatu penghalang untuk penghilang panas. Diantara lapisan pendingin dan lapisan yang mati berjarak kira-kira 100 mikro dan terdapat 10.000 <em>vertical interconnects</em> per cm2 diantara kedua layer. Untuk mengatasi arus panas pada chip, IBM telah menemukan cara untuk membuat pipa air ke dalam <em>tunnel</em> pendingin yang tipis dan kemudian akan mengalirkan air ke tiap lapisan processor.<br /><br />Sumber=<br />http://www.beritanet.com/Hardware/Hardware/IBM-Ciptakan-Chip-Berisi-Air.htmlBobby Putrawanhttp://www.blogger.com/profile/17040283687713385168noreply@blogger.com0