Rabu, Mei 14, 2008

ROH KUDUS SEBAGAI PRIBADI ALLAH

Text Box: “Segala bentuk uraian yang mencoba menjabarkan secara rasional tentang Allah pada akhirnya harus tunduk untuk menerimanya dengan iman”Bangsa Indonesia yang masyarakatnya majemuk didalamnya terdiri dari berbagai macam suku, ras dan agama yang sementara dalam proses berbangsa dan bernegara potensi timbulnya disintegrasi atau permasalahan yang dipicu oleh SARA dapat saja terjadi. Sebab masing-masing agama memiliki cara mengekspresikan iman yang berbeda, dan sebagai agama dakwah setiap agama berusaha mengembangkan jumlah pengikutnya. Belum lagi pemakaian istilah yang sama dengan pemaknaan yang berbeda, atau cara pandang dalam menempatkan tokoh tertentu yang tidak sama. Dalam konteks yang demikian potensi terjadinya konflik sangat besar, karena itu penting bagi setiap orang yang beragama dapat memahami agamanya secara mendalam dan benar. Dengan begitu seseorang akan memiliki dasar iman yang kuat, sekaligus dapat menyampaikan keyakinan kepada orang lain tidak menyimpang dari kebenaran dengan motifasi dan cara yang benar. Pemaksaan agama terhadap orang lain dan cenderung memakai kekerasan dipicu oleh keyakinan yang sempit dan pengetahuan agama yang terbatas. Menyerang kepercayaan orang lain secara membabi buta tanpa terlebih dahulu mencari tahu dan mempelajarinya. Kalaupun mempelajari dari kacamata keyakinannya dan demi kepentingan kelompoknya sendiri. Sehubungan dengan itu keyakinan terhadap Allah Tritunggal dalam dokmatika Kristen sering kali disalah tafsirkan, khususnya yang menyangkut Ketuhanan Yesus Kristus maupun Roh Kudus sebagai pribadi.

Kepercayaan kepada Allah Tritunggal tidak jarang dianggap bertentangan dengan sila pertama Pancasila yang menyebutkan “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hal itu terjadi didasari pengertian yang salah terhadap Allah Tritunggal yang dipahami bahwa Allah itu ada tiga. Sementara iman Kristen sendiri dalam dokma mengenai Allah tidak meyakini adanya tiga Allah. Memang secara teknis kata Tritunggal tidak tercantum dalam Alkitab, kata tersebut dipakai untuk dogma tentang Allah pertama kali oleh gereja pada tahun 325. Namun demikian bukan berarti di dalam Alkitab tidak terdapat Ketritunggalan Allah. Keyakinan kepada Allah Tritunggal tidak berarti meyakini banyak Allah (polytheistic), bahkan iman Kristen menentang keyakinan seperti itu. Iman Kristen tetap konsisten terhadap doktrin tentang hakekat Allah yang esa (monotheistic). Kesulitan memahami ke-Tritunggalan Allah bukan berarti mudah memahami keesaan-Nya. Tidak mungkin memahami Allah dalam pengertian yang matematik, karena hanya dapat dikatakan hakekat Allah itu unik. Pada akhirnya segala bentuk uraian yang mencoba menjabarkan secara rasional tentang Allah harus tunduk untuk menerima-Nya dengan iman.

Alkitab Perjanjian Lama menyatakan Allah itu esa (Ulangan 4:35,39; 6:4; Yesaya 45:5,6), meskipun demikian penyataan Allah dalam perjumpaan dengan manusia hadir dalam penampakkan (Theophany) lebih dari satu Oknum (Kejadian 3:22; 11:6,7; 18:1,2 dab.). Alkitab Perjanjian Baru mencatat pernyataan Yesus Kristus tentang hakekat Allah yang esa “Shema Israel Yahweh (Adonai) Elohenu Yahweh (Adonai) Ehad” Lembaga Alkitab Indonesia mengartikan “Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa” (Markus 12:29-32; Yohanes 17:3).[1] Pernyataan tersebut diucapkan Yesus merupakan hukum yang dikenal masyarakat luas di Israel, diambil dari Perjanjian Lama dalam Ulangan 6:4,5. Rasul Paulus memberikan penegasan tentang keesaan Allah ditengah praktek kepercayaan menduakan Tuhan “… tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.” (Roma 3:30; 1 Korintus 8:4,6; Galatia 3:20; Efesus 4:6; 1 Tim 2:5). Bahkan Yakobus menyatakan Setan pun percaya tentang keesaan Allah bahkan gemetar dan ketakutan (Yakobus 2:19).

Alkitab memberikan kesaksian tentang penyataan Allah dalam karya-Nya melalui Roh Kudus sebagai pribadi yang senantiasa hadir dalam medan sejarah manusia. Kehadiran Roh Kudus dinyatakan melalui simbol-simbol atau kekuatan yang luar biasa dalam diri seseorang, karena Roh Kudus tidak dapat dilihat. Tidak dapat dilihat bukan berarti tidak ada. Alkitab menegaskan bahwa Roh Kudus ada dan tetap berkarya dalam dunia. Melalui percakapan Yesus dengan Nikodemus, Yesus menunjuk kepada angin dengan maksud memperlihatkan sifat pekerjaan Roh Kudus. Artinya angin dapat dirasakan hembusannya dan dapat dilihat melalui gerakan benda yang diterpanya. Sama halnya dengan Roh Kudus yang dapat dirasakan dan dilihat manifestasi-Nya, meskipun Ia sendiri tidak dapat dilihat secara fisik karena berupa Roh.

Roh Kudus memiliki kesetaraan dengan Allah Bapa sebagaimana Yesus Kristus setara dengan Bapa didalam ke-Tritunggalan. Secara dokmatis penyebutan dalam urutan ketiga untuk Roh Kudus setelah Allah Bapa dan Allah Anak tidak memiliki arti apa-apa. Yesus menegaskan kesetaraan Roh Kudus dengan Bapa melalui pernyataan “Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa” (Yohanes 15:26), seperti Yesus menyatakan “Barang siapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yohanes 14:9)


A. ROH KUDUS SEBAGAI PRIBADI

Allah hadir dalam dunia ciptaan-Nya tidak saja karena sifat Allah yang mahahadir, melainkan Allah sendiri menghendaki untuk hadir secara khusus di tengah kehidupan orang percaya. Kehadiran yang dibutuhkan sehubungan manusia memerlukan pertolongan untuk mencapai kualitas kehidupan yang sesuai standart Allah. Manusia sendiri memiliki kesadaran dan keinginan untuk hidup benar (Roma 7:18-20), tetapi tidak ada kemampuan untuk mewujudkannya. Hal tersebut dikarenakan manusia dikandung, dilahirkan dan dibesarkan dalam dosa, serta dikondisikan dalam pola hidup jauh dari kebenaran. Untuk itu Allah hadir melalui pribadi Roh Kudus yang akan mengadakan perjumpaan dengan manusia secara pribadi.

Roh Kudus sebagai pribadi nampak dalam tindakan dan karya-Nya, merupakan cara Allah menunjukkan keberadaan-Nya sebagai Oknum ketiga dari Allah Yang esa. Pribadi Roh Kudus disebut sebagai oknum ketiga tunggal pada saat melaksanakan karya-Nya yang diperhadapkan dengan Allah Bapa. Henry Clarence Thiesen menegaskan bahwa:

“Kita mengetahui juga bahwa Roh Kudus adalah satu pribadi. Kata ganti yang menunjuk kepada pribadi dipakai untuk Roh Kudus, nama-nama yang diberikan kepadaNya adalah nama yang menunjuk kepribadian, serta sifat-sifat kepribadian ada pada Roh Kudus. Ia melakukan tindakan-tindakan yang menunjukkan kepribadianNya. Ia berhubungan secara pribadi dengan kedua Oknum lain dalam Tritunggal, dan Ia dapat diperlakukan sebagai satu pribadi.” [2]

Hal itu dapat dibandingkan dengan Roma 8:26, 27 dimana penulis mempergunakan kata ganti “He” untuk Roh Kudus (masculine being) tidak dipergunakan “It” (entugcanei, parsingnya 3 p sing. pres. akt. ind. diterjemahkan “He intercedes”). Dalam Yohanes 14:26 dan 16:13,14 Yesus memakai kata orang demontratif “Dia” dalam bentuk maskulin untuk Roh Kudus.[3] Kesetaraan antara Yesus dan Roh Kudus hanya bermakna kalau Roh Kudus dianggap memiliki sifat dari suatu kepribadian.[4] Oleh karena Roh Kudus merupakan Pribadi, maka Alkitab mencatat bahwa Ia memiliki :

A.1. Perasaan

Alkitab tidak hanya menyatakan eksistensi Roh Kudus yang berkarya di dalam kehidupan orang percaya, melainkan mengajarkan juga agar setiap orang percaya menghargai Roh Kudus. Roh Kudus sebagai pribadi memiliki perasaan yang patut dihargai oleh siapapun yang meyakini keberadaan-Nya. Sebab orang dapat menentang suatu kuasa, tetapi hanya dapat mendukakan suatu kepribadian.[5] Karena Roh Kudus sebagai pribadi memiliki perasaan, terbukti Ia dapat:

- Merasa berduka ( Yesaya 63:10; Efesus 4:30 )

- Merasakan penghujatan ( Matius 12:31, 32 )

- Merasa didustai ( Kisah Para Rasul 5:3 )

- Merasa terhina ( Ibrani 10:29 )

- Memiliki kehendak ( I Korintus 12:11 )

- Memiliki keinginan ( Galatia 5:17 )

- Memberikan dorongan ( II Petrus 1:21 )

Text Box: “Mempercayai Roh Kudus sebagai pribadi yang memiliki perasaan harus disertai tanggung jawab menghargai kehendak Roh Kudus“Orang yang mempercayai Roh Kudus sebagai pribadi yang memiliki perasaan akan merasa bertanggung jawab untuk hidup dengan menghargai kehendak Roh Kudus. Dengan cara demikian orang Kristen tidak saja meyakini keberadaan Allah secara dokmatis, secara aplikatif ia juga dapat merefleksikan apa yang dipercayai sehingga dapat menampilkan hidup sebagai persembahan yang kudus dan sebagai kediaman Roh Kudus (Roma 12:1,2; 1 Korintus 3:16).
A.2. Intelek
Tokoh-tokoh dalam Alkitab jika berhadapan dengan Roh Kudus mereka menyikapi-Nya sebagai Pribadi yang berinisiatif dan mampu menginterfensi. Roh Kudus memiliki kecerdasan untuk menyelidiki dan memahami hal-hal yang tersembunyi, baik tentang Allah dan juga tentang hati manusia.[6] Roh Kudus sebagai pribadi yang memiliki intelektualitas dapat terlihat dalam kemampuan-Nya mengkoordinasi- kan pelaksanaan misi pekabaran Injil melalui pengaturan yang tertib dan terarah. Kemampuan mengkoordinasi tersebut juga terlihat dari sifat dan kemampuan Roh Kudus yang :

- Memiliki tujuan (Kisah Para Rasul 13:2)

- Mengatur strategi (Kisah Para Rasul 16:6, 7)

- Memberi mandat (Kisah Para Rasul 13:4)

- Menentukan arah (Kisah Para Rasul 16:6)

- Memiliki pengetahuan ( Roma 8:26, 27 )

- Mampu menyelidiki ( I Korintus 2:10,11 )

Roh Kudus masih memiliki kepentingan terhadap pekerjaan misi melebarkan Kerajaan Allah di bumi melalui gereja-Nya. Dalam hal ini Roh Kudus tetap memegang kendali dan mengontrol setiap bentuk pelayanan. Hanya saja apakah setiap orang yang bergerak didalam pelayanan menyerahkan koordinasi dan mengandalkan hikmat kepada Roh Kudus.

A.3. Memiliki kehendak

Roh Kudus memiliki kehendak atau kemauan untuk meraih tujuan tertentu. Ia berkarya dalam kepentingan skala yang lebih besar dalam pembangunan tubuh Kristus. Walaupun Roh Kudus dapat menyatakan kehendak terhadap setiap orang, dan kehendak-Nya agar direspon dalam ketaatan dan rasa hormat. Roh Kudus memiliki kehendak dapat dilihat dalam hal seperti berikut :

- Karunia dibagikan sesuai yang dikehendaki Roh Kudus (2 Korintus 12:11)

- Berkehendak dan menentukan orang yang akan menjadi alat untuk melaksanakan misi Allah (Kisah Para Rasul 13:2)

- Memiliki kehendak dalam mengarahkan perjalanan pekabaran Injil (Kisah Para Rasul 16:6,7).

Tantangan terberat dalam beriman kepada Allah adalah menyelaraskan hidup dalam kehendak Roh Kudus. Karena kecenderungannya justru Roh Kudus hanya diperalat untuk memenuhi kepentingannya sendiri.

A.4. Kreatif berkarya

Sebagai salah satu Oknum Tritunggal, Roh Kudus berkarya dengan maksud serta tujuan yang sama dengan Allah Bapa dan Yesus Kristus. Ia berkarya dan memakai orang-orang yang bersedia menanggapi panggilan-Nya untuk menyatakan kehendak Allah bagi dunia melalui gereja. Alkitab mencatat karya yang dilakukan Roh Kudus diantaranya :

- Menciptakan langit dan bumi (Kejadian 1:1-3; Ayub 33:4; Yesaya 40:12, 13)

- Mengajarkan kebenaran (Yohanes 14:26)

- Menyaksikan tentang Yesus (Yohanes 15:26)

- Menginsafkan dunia (Yohanes 16:8)

- Memberikan perintah (Kisah Para Rasul 13:4)

- Mengatur Strategi (Kisah Para Rasul 16:6, 7)

- Menaikkan safaat (Roma 8:26)

- Menyucikan (Roma 15:16)

- Memiliki kasih (Roma 15:30)

- Mengilhami (II Timotius 3:16; II Petrus 1:21, II Samuel 23:2)

Roh Kudus berkarya tidak pada ruangan hampa, Ia adalah Roh yang berkarya memakai manusia untuk manusia. Sebagaimana Yesus menyatakan “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga” (Yohanes 5:17), oleh sebab itu sebaiknya orang Kristen pun berkata “Roh Kudus bekerja sampai sekarang, maka akupun bekerja juga”. Pernyataan tersebut sebagai tanggapan terhadap Roh Kudus yang diyakini masih berkarya di dalam gereja-Nya.


B. Keilahian Roh Kudus.

Roh Kudus memiliki hakekat dan derajat yang sama dengan Allah Bapa dan Allah Anak, karena ketiga-Nya adalah esa. Saat Tuhan Yesus memberikan perintah membaptis, Ia mengatakan “Baptiskanlah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.” (Matius 28:19). Urutan penyebutan tersebut tidak membedakan tingkat ketiga-Nya, sebab dalam 2 Korintus 13:13 Rasul Paulus menyebut terlebih dahulu Yesus Kristus, barulah Bapa dan Roh Kudus. Ke-Allahan Roh Kudus terlihat pada saat bersama dengan Allah Bapa berkarya didalam kemaha- kuasaan-Nya, dan sifat-sifat serta keilahian-Nya mengidentifikasikan Roh Kudus adalah Allah. Roh Kudus memiliki sifat Allah dan melakukan apa yang dilakukan Allah, Ia juga menerima kehormatan dan kemuliaan yang diperuntukkan bagi Allah.[7] Keilahian Roh Kudus dikatakan oleh Gisbert Greshake seperti berikut:

“Singkatnya: Tidak pernah terjadi bahwa hanya satu dari pribadi Ilahi (dari Trinitas, pen) itu berkarya. Di dalam relasi cinta timbal balik, mereka secara radikal bersatu, sepenuhnya saling meresapi satu sama lain.”[8]

Keesaan dari ke-Tritunggalan yang memungkinkan sifat yang dimiliki Allah Bapa juga dimiliki oleh Roh Kudus. Doktrin Kristen mempertahankan hakekat keilahian Yesus Kristus maupun Roh Kudus tanpa mendalilkan adanya tiga Allah.[9]

B.1. Memiliki sifat Allah

Sifat keilahian Roh Kudus membuktikan keilahian-Nya yang tidak terpisah dengan Allah Bapa dan Allah Anak. Bersama Allah Bapa dan Allah Anak menyelesaikan pekerjaan penyelamatan didasarkan kepada sifat yang sama yaitu cinta-kasih.[10] Sifat keilahian Roh Kudus diantaranya adalah:

- Maha Kuasa ( Kejadian 1:1-3; Ayub 33:4; Mazmur 104:30 )

- Maha Suci ( Roma 1:4; 15:16; 1 Tesalonika 4:8; 2 Tesalonika 2:13 )

- Maha Hadir ( Mazmur 139:7-10 )

- Maha Tahu ( Yohanes 14:26; 16:13; 1 Korintus 2:10 )

- Maha Kekal ( Ibrani 9:14 )

- Dst.

B.2. Memiliki gelar yang dimiliki Allah

Gelar yang melekat pada pribadi Roh Kudus merupakan gelar yang dimiliki Allah, hal tersebut menunjuk pada keesaan. Jika pemahaman berangkat dari pernyataan bahwa Roh “keluar, datang dan diutus dari Bapa” (Yohanes 15:26; 16:2; 14:26), maka akan dapat dimengerti kalau Roh Kudus memiliki gelar yang membuktikan sebagai Allah. Adapun gelar-gelar tersebut diantaranya :

- Roh Allah (Yesaya 11:2; 61:1; I Korintus 3:16; 2 Korintus 3:3)

- Roh Kristus (Kisah Para Rasul 16:7; Roma 8:9; Galatia 4:6; Filipi 1:19)

- Roh Kebenaran (Yohanes 14:17; 15:26; 16:13)

- Roh Penghibur (Yohanes 14:26; 15:26; 16:7)

- Roh Kemuliaan (1 Petrus 4:14)

- Roh Hikmat (Yesaya 11:2)

- Roh Yang Kekal (Ibrani 9:14)

- Roh Kasih Karunia (Ibrani 10:29)

- Roh Kekudusan (Roma 1:4)

B.3. Pekerjaan Keilahian Roh Kudus

Semua pekerjaan yang dilakukan Roh Kudus juga merupakan pekerjaan yang dilakukan Allah, dengan kedaulatan-Nya menyatakan diri dalam kehidupan dunia materi. Roh Kudus adalah Allah yang hadir di tengah-tengah umat-Nya. Ia melanjutkan, menyelesaikan dan menyempurnakan pekerjaan Allah Bapa dan Allah Anak.[11] Roh Kudus selaku Allah melakukan pekerjaan-pekerjaan keilahian diantaranya:

- Menciptakan langit dan bumi (Kejadian 1:1-3; Ayub 33:4; Mazmur 104:30

- Memberikan kehidupan (Roma 8:11)

- Mengadakan pembaruan hidup (Titus 3:5)

- Mengilhamkan nubuatan (Lukas 4:18; 2 Petrus 1:21)

- Datang dari sorga (1 Petrus 1:12)

- Dst.

Melalui bukti-bukti di atas tidak diragukan lagi bahwa Roh Kudus sebagai Pribadi bersama Allah Bapa turut menciptakan segala sesuatu. Ia senantiasa hadir berperan aktif di tengah-tengah kehidupan manusia, karena hakekat-Nya yang Maha kasih dan Maha hadir. Iman Kristen yang konsisten terhadap doktrin Trinitas akan menghormati, menghargai, mencintai, mentaati dan menyembah kepada Roh Kudus sebagaimana terhadap Yesus Kristus dan Allah Bapa. Memperlakukan ketiga-Nya secara sama dalam keyakinan ketiga-Nya adalah esa. Sahadat yang dicetuskan dalam Konseli di Nikea tahun 325 perumusannya dengan tegas mengajarkan tentang Allah Tritunggal, Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus, yang bersama disembah dan dimuliakan.[12] Artinya secara dokmatis menyembah Roh Kudus sama halnya menyembah Allah Bapa, sebab Roh Kudus berada dalam Bapa (Yohanes 15:26). Berdoa kepada Roh Kudus berarti berdoa kepada Yesus Kristus, dimana Roh Kudus juga disebut Roh Kristus (Kisah Para Rasul 16:6,7). Dan memuliakan Yesus Kristus sama dengan memuliakan Allah Bapa, sebab Yesus Kristus adalah firman Allah Bapa (Yohanes 1:1).



[1] Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta.

[2] Henry Clarence Thiesen, Teologia Sistimatika, Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, 1995, hal. 381.

[3] Ibid. hal. 148.

[4] Bruce Milne, Mengenali Kebenaran Panduan Iman Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1993, hal. 244

[5]Ibid, hal. 244.

[6] Paul Yonggi Cho, Roh Kudus, Adimitra Saya, Yayasan Pekabaran Injil Immanuel, Jakarta, 2000, hal. 43.

[7] Millard J. Erickson, Teologi Kristen, Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, 1999, hal. 424-425.

[8] Gisbert Greshake, Mengimani Allah Tritunggal, Penerbit Ledalero, Maumere, 2003, hal. 32.

[9] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1991, hal. 98.

[10] J. Verkuyl, Aku Percaya, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1984, hal. 176-177.

[11] Ibid, hal. 178.

[12] Harun Hadiwijono, Op.Cit., hal. 108.


Tidak ada komentar: