Teori kognitif sosial menyatakan bahwa tindakan individual didasari oleh pemikiran, tujuan, nilai-nilai, dan apa yang mereka percayai, sedangkan teori behavior menitikberatkan pada konsekuensi dari tindakan manusia. Teori kognitif sosial menitikberatkan pada pembelajaran dari apa yang telah dipelajari sebelumnya
Historical Influences
1. Theories of Imitation
Kata Mimesis, dalam Bahasa Yunani, memiliki arti: belajar dengan cara melihat pekerjaan orang lain dan menerapkannya ke dalam kehidupan pribadi. Teori ini terbagi menjadi tiga, yaitu:
1) Instinct, dimana semua tindakan kita didasarkan pada insting kita untuk meniru apa yang dikerjakan orang lain, ketika kita dihadapkan pada situasi yang sama dengan yang dihadapi oleh orang itu.
2) Developmental Phenomenon, dimana perkembangan manusia dipengaruhi oleh perkembangan dan pertumbuhan schema, yaitu struktur kognitif yang mempengaruhi pemikiran dan tindakannya. Schema ini mempengaruhi cara seseorang bereaksi terhadap suatu hal, merefleksikan total pengetahuan sseorang dan terus berkembang seiring bertambahnya pengalaman dan pengetahuan manusia tsb.
3) Generalized Response Class, dimana seseorang perlu dibantu untuk melakukan proses imitasi, dimana seseorang harus berani mencoba untuk mengimitasi, sehingga pada akhirnya ia sanggup untuk melakukan proses imitasi tindakan ini tanpa bantuan dari orang lain.
4) Instrumental Behavior, dimana proses imitasi adalah ketika dua orang melakukan hal yang sama dan dihubungkan karena persamaan tersebut, bukan karena seseorang dibantu untuk meniru orang lain. Match Dependent Behavior akan terjadi jika sesorang yang ditiru adalah orang yang lebih mahir daripada orang yang menirunya. Cthnya adalah seorang guru yang ditirukan oleh muridnya.
2. Social Learning Theory
Setiap tingkah laku dipelajari dalam setiap situasi sosial melalui interaksi dengan orang lain, yang didasari pada kebutuhan setiap individu untuk dipenuhi. Teori ini memiliki empat variable dasar, yaitu:
1) Behavior Potential, kemungkinan alternatif tindakan-tindakan yang diambil oleh seseorang ketika menghadapi suatu situasi tertentu.
2) Expectancy, hal-hal bantuan yang mungkin didapatkan dari pihak luar ketika seseorang menghadapi suatu situasi tertentu.
3) Reinforcement Value, seberapa besar seseorang menghargai bantuan yang datang dari luar, sehingga saling tergantung dengan expectancy.
4) Psychological Situation, adalah bagaimana cara pandang individu terhadap suatu masalah dalam suatu situasi tertentu, akan mempengaruhi expectancy dan reinforcement value yang akan diterimanya.
Theoretical Framework
Reciprocal Interaction
Bandura (1986) mendefinisikan triadic reciprocality sbb: “Dalam sudut pandang kognitif, seseorang tidak digerakkan oleh kekuatan dari dalam atau dibentuk oleh kekuatan dari luar, tapi dibentuk oleh tiga faktor timbal balik yaitu tingkah laku, kognitif seseorang, dan lingkungan.
Cth nyata dalam triadic reciprocality adalah suasana belajar mengajar di dalam kelas, hal-hal yang saling mempengaruhi ini terjadi pada saat:
1. Guru menerangkan pelajaran pada murid → lingkungan mempengaruhi kognitif.
2. Murid yang tidak mengerti mengangkat tangan untuk bertanya → kognitif mempengaruhi tingkah laku.
3. Guru menerangkan kembali pelajarannya → tingkah laku mempengaruhi lingkungan.
4. Guru memberikan tugas untuk diselesaikan oleh murid-murid → lingkungan mempengaruhi kognitif yang kemudian mempengaruhi tingkah laku.
5. Ketika murid mengerjakan soal, mereka merasa mampu mengerjakannya → tingkah laku mempengaruhi kognitif.
6. Murid meminta pada guru latihan soal lainnya → kognitif mempengaruhi tingkah laku.
Learning and Motivation
Seseorang hanya akan bisa belajar dari hal-hal yang telah ia pernah lakukan dan pelajari sebelumnya. Seseorang hanya dapat dikatakan belajar apabila ia telah merealisasikan teori yang ia tahu ke dalam aksi nyata. Motivasi adalah kunci untuk menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu.
Enactive and Vicarious Learning
Bandura mengatakan bahwa teori kognitif social adalah proses belajar dengan cara menerjemahkan informasi tentang tingkah laku dan lingkungan, ke dalam simbol-simbol yang kita mengerti untuk mendorong kita melakukan suatu tindakan nyata.
Enactive Learning adalah belajar dari pengalaman, dibutuhkan tindakan nyata untuk melakukan sesuatu dan menanggung segala konsekuensinya. Cara untuk sukses dipelajari dan diingat, sedangkan cara yang mengarah pada kegagalan dibuang.
Vicarious Learning adalah belajar dengan cara seolah-olah mengalaminya sendiri, dimana murid mencoba untuk mempraktekkan apa yang diajarkan oleh gurunya pada saat yang diajarkan untuk meminimalisasikan hal-hal negative terjadi jika ia hanya menyimpan info dan tidak mempraktekkannya. Cth: latihan fingering pada alat musik gitar atau piano.
Modelling Processes
Functions of Modelling
1. Inhibiton/Disinhibition, hal ini akan menjadi contoh bagi yang melihat, mana hal yang boleh dan mana hal yang dilarang. Sehingga seseorang akan tahu apa konsekuensinya jika ia melanggar suatu hal yang terlarang. Cth inhibition: jika seorang guru menghukum seorang murid yang rebut di dalam kelas, hal itu akan jadi patokan dan peringatan bagi murid yang lain apabila mereka rebut di dalam kelas.
Cth disinhibition: jika seorang guru mengajarkan caranya untuk berinteraksi dengan siswa lain, lalu seorang siswa yang pemalu berani untuk belajar untuk berinteraksi dengan orang lain, maka guru itu memberikan pujian kepada anak itu sebagai penyemangat.
2. Response Facilitation, hal ini akan menjadi contoh bagi orang lain untuk melakukan sesuatu yang dilakukan orang lain karena rasa ingin tahu, tapi tidak memiliki konsekuensi fatal ketika dilakukan. Cth: Tim, Maria, dan Robert bersama-sama pergi ke lapangan untuk melihat apa yang terjadi karena banyak orang berkumpul di sana.
3. Observational Learning, hal ini akan memberikan skill dan kemampuan baru kepada seseorang yang melakukannya, sehingga akan menghasilkan perubahan tingkah laku juga, biasanya ke arah yang positif. Pembelajaran ini meliputi empat subproses, yaitu:
i) Attention, datang untuk memperhatikan model-model tertentu yang ditampilkan.
ii) Retention, mengkodekan dan menyimpan apa yang telah dipelajari untuk disimpan dan untuk melatih info yang telah diterima tsb.
iii)Production, menerjemahkan konsep simbol dan visual dari model ke dalam tingkah laku.
iv) Motivation, menampilkan aktivitas yang bernilai dan yang menghasilkan konsekuensi-konsekuensi yang baik pula.
Cth: Jika seorang pelatih tennis mencontohkan berbagai macam jenis pukulan, lalu ia menyuruh murid-muridnya untuk melatih pukulan-pukulan yang telah diajarkannya.
Characteristics of Effective Models
Competence
Seseorang yang menjadi model, haruslah seseorang yang kompeten di bidangnya. Cth: Ms. Allen menerangkan suatu pelajaran kepada murid-muridnya dengan menggunakan OHP. Ia melihat bahwa Alex memahami pelajaran itu dengan baik, maka ia meminta Alex untuk maju ke papan tulis dan menyelesaikan soal yang ia buat sementara seisi kelas memperhatikan Alex.
Seseorang yang lebih mampu akan diminta untuk menjadi model untuk menerangkan suatu hal. Cth: Untuk menerangkan tentang aborsi secara medis di seminar gereja, sebaiknya undanglah seorang dokter kandungan yang memang kompeten di bidangnya.
Perceived Similarity
Menempatkan seseorang yang lebih baik sebagai contoh untuk ditiru. Cth: Seorang guru mengajarkan tentang sebuah pelajaran lalu ia membentuk kelompok-kelompok kecil, dan menaruh seorang siswa yang pandai dalam kelompok itu untuk membantu teman-temannya yang kurang bisa sehingga, setiap orang di dalam kelompok itu belajar dengan cara meniru temannya yang cerdas tersebut.
Belajar dari kesalahan yang sudah pernah dilakukan. Cth: seorang guru mengajarkan tentang kesalahan-kesalahan yang ia lakukan ketika mengerjakan soal matematika, ia memberi tahu apa yang harus dilakukan dan jalan keluarnya, sehingga murid-muridnya tidak melakukan kesalahan yang sama.
Belajar dengan cara membandingkan pekerjaan yang sekarang dengan pekerjaan yang sebelumnya. Cth: seorang guru dapat merekam kaset tentang cara membaca seorang anak, lalu mengajarinya hal yang benar, lalau meminta anak itu mengikutinya sambil membandingkan kemajuan yang telah dicapai oleh anak itu dibandingkan dengan rekaman kaset yang sebelum-sebelumnya.
Belajar dengan cara membandingkan pekerjaan dengan orang lain. Cth: Seorang guru memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk membuat suatu karangan, lalu ia memasangkan muridnya berdua-berdua untuk mendiskusikan karangan mereka dan mempelajari letak kesalahan dan mengkoreksinya sehingga terdapat proses pembelajaran dalam diskusi tersebut.
Credibility
Mencontohkan hal yang baik dan memberikan penjelasan mengapa seseorang melakukan suatu hal. Cth: seorang guru melarng muridnya menggunakan kalkulator untuk perkalian yang mudah, tapi suatu ketika ia menggunakan kalkulator untuk soal yang sulit, murid-muridnya bertanya mengapa ia boleh menggunakan kalkulator? Maka ia menjelaskan bahwa ia mengerjakan soal yang sulit, dan apabila murid-murid telah berhasil mengerjakan soal-soal yang mudah tanpa kalkulator, maka mereja juga boleh menggunakan kalkulator untuk soal-soal yang sulit.
Enthusiasm
Membangun iklim yang postif dan bersemangat dalam tim untuk menaruh suatu motivasi yang besar sehingga semua anggota mengerjakan suatu hal dengan rasa antusias. Cth: seorang guru yang selalu bersemangat di dalam kelas dan memberikan dorongan yang baik, dengan kata-kata seperti: “Yang akan kita lakukan selanjutnya pasti akan seru!” atau “kalian semua melakukan tugas dengan super!”, hal-hal tersebut akan membuat murid-muridnya terdorong untuk menjadi lebih baik.
Functions of Modeled Consequences
Model akan memberikan kita suatu gambaran tentang suatu konsekuensi dari setiap pekerjaan yang kita kerjakan, sehingga membuat kita tahu, mana pekerjaan yang akan mendatangkan hadiah/imbalan, dan mana pekerjaan yang akan mendatangakan hukuman. Hal ini hanya bisa dipelajari dalam pengajaran yang timbal balik dalam suatu dialog antara guru dengan murid. Dimana guru bertugas untuk menerangkan, menjawab pertanyaan, membuat kesimpulan, dan memperkirakan hal-hal apa saja yang berkaitan dengan pokok bahasan. Guru berusaha mendorong murid untuk berani mengungkapkan pendapatnya dan tidak takut akan kesalahan yang lazim dibuat, karena terkadang banyak siswa yang tidak berani mengeluarkan pendapatnya karena takut salah. Singkatnya seorang guru harus menjadi fasilitator untuk perkembangan sang murid, agar sang murid memiliki inisiatif dan tidak perlu selalu dibimbing dalam melakukan sesuatu.
Motivational Processes
Self Efficacy
Hal ini didefinisikan sebagai penilaian orang banyak tentang kapasitas mereka untuk mengorganisasi dan menjalankan suatu aksi dalam setiap kesempatan. Hal ini akan selalu berhubungan dengan rasa aman terhadap diri sendiri. Seseorang diharapkan untuk menyukai dirinya sendiri, karena orang-orang yang tidak menyukai dirinya sendiri, tidak akan bisa menghasilkan apapun yang baik dalam hidupnya. Seseorang harus percaya bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu yang baik, bahwa dirinya superior, dan punya tujuan hidup. Hal ini biasanya dibangun oleh orang lain yang memiliki pengaruh dalam hidup kita.
Goals
Yang tidak kalah penting adalah tujuan akhir dari suatu pekerjaan, karena itu tujuan akhir harus dibuat secara jelas, seperti seorang guru yang memerintahkan muridnya untuk membaca empat buku dalam satu semester. Tujuan akhir juga harus sulit dan menantang kemampuan seseorang, tujuan akhir juga dapat dibagi secara bertahap untuk memudahkan seseorang mengerjakan suatu tugas, dan juga memberikan umpan balik yang membangun rasa percaya diri murid yang telah berhasil mengerjakan tugas dengan baik.
Motivated Learning
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan disosialisasikan dalam menumbuhkan motivasi dalam belajar. Tanamkanlah pada para murid bahwa mereka mampu untuk mengerti pelajaran yang sedang diterangkan, lalu tanamkanlah nilai bahwa setiap pelajaran yang diberikan pasti berguna untuk kehidupan sang murid di masa depan nantinya. Ajarkanlah pada para murid strategi yang baik untuk belajar dan perlihatkanlah pada mereka kemajuan mereka karena menggunakan startegi belajar tersebut. Ajarlah para murid dengan bahasa yang dapat mereka mengerti dan arahkanlah mereka untuk menuju pada tujuan akhir dari pelajaran ini. Buatlah umpan balik yang dapat membantu para murid untuk mengevaluasi pelajaran dan berikanlah imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan dengan baik, dan ingatlah selalu untuk memupuk motivasi dan rasa menyukai diri mereka sendiri sebagai yang paling penting.
Social Comparison
Festinger’s Theory
Teori ini menyatakan bahwa setiap orang pasti memiliki kecenderungan untuk membnding-bandingkan dirinya sendiri degan orang lain. Fase pertama adalah ketika seseorang mempelajari sesuatu yang ia tidak pernah melakukannya sebelumnya seperti main golf, dalam fase ini tujuan seseorang adalah mengumpulkan info sebanyak-banyaknya dari orang lain. Fase kedua adalah ketika seseorang membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain untuk menetapkan standar yang harus dicapai. Fase ketiga adalah ketika seseorang mulai berkompetisi dengan orang lain dalam melakukan suatu tugas. Dan fase keempat adalah ketiga seseorang telah berhasil melakukan tugasnya dan terus melanjutkannya untuk terus memperbaiki pekerjaannya untuk mencapai suatu kesempurnaan.
Self Regulation and Volition
Self Regulation adalah suatu proses dimana seseorang mempertahankan kognisi dan tingkah lakunya yang secara sistematik berorientasi pada tujuan akhirnya. Hal ini sangat dibutuhkan untuk dapat mempertahankan performa yang baik dalam setiap hal yang kita kerjakan, untuk terus memperbaiki hasil pencapaian ke arah yang lebih disempurnakan.
Proses kognitif sosial meliputi tiga faktor, yaitu pengamatan diri, penilaian terhadap diri, dan juga reaksi diri. Self regulation ini memiliki suatu siklus yang akan membangun seseorang menuju pada perbaikan hidup. Siklusnya adalah sbb: Performance → Refleksi diri → Pemikiran → Performance → dst.
Group Motivation
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika sedang membangun motivasi untuk suatu kelompok adalah rancanglah tugas yang dapat diselesaikan jika kelompok mengerjakannya dengan cermat dan tekun. Pastikan bahwa semua orang di dalam kelompok terlibat dan memiliki tanggung jawab sendiri-sendiri yang harus mereka kerjakan tanpa mengurangi keutuhan kelompok. Pastikan bahwa kelompok ini memiliki tujuan akhir dan sedang menuju ke arah yang dituju tsb. Perhatikan kemajuan dan sediakan umpan balik bagi kelompok untuk mendorong mereka mencapai tujuan akhir mereka.
Harga diri secara kolektif dipupuk melalui conformity (penyesuaian), dimana ketaatan pada perintah yang diberikan, dimana orang yang memberikan perintah itu adalah orang yang memiliki kekuasaan atau tingkatan yang sebanding dengan anggota kelompok yang lain. Sedangkan compliance (pemenuhan), dimana ketaatan pada perintah yang diberikan, dimana orang yang memberikan perintah itu adalah orang yang memiliki kekuasaan atau tingkatan yang lebih tinggi.
Pada akhirnya, semua hal ini, respek terhadap diri sendiri dan motivasi untuk hidup yang lebih baik, diaplikasikan dalam mengembangkan kemampuan motorik personal setiap orang, dalam memilih karir yang cocok untuk masa depan, dan untuk menjaga kesehatan tubuh.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan masukan tentang cara belajar yang terbaik yang bisa dilakukan seseorang, yaitu dengan suatu bimbingan dari orang lain yang lebih mampu daripada orang itu. Hal ini didasari pada suatu pemahaman bahwa seseorang selalu meniru model yang memberikan dampak dalam kehidupannya, sehingga pembelajaran dapat dilakukan secara korporat dengan lingkungan sosialnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar