Penelitian jelas menunjukkan adanya hubungan erat antara tingkah laku (pikiran, perasaan dan perbuatan) dengan penyakit fisik. Hubungan antara unsur-unsur psikologis dan soma (tubuh) ini sudah diketahui sejak ratusan tahun lampau. Masa kini hubungan ini begitu nyata hingga banyak orang menolak dualisme Cartesian dan menganggap tubuh dan jiwa sebagai suatu kesatuan. Para dokter melaporkan bahwa 20 sampai 50% pasien mereka menderita gangguan fisik karena penyebab psikologis. Inilah yang disebut gangguan psikosomatik.
Salah satu teori yang mencoba menerangkan hubungan ini adalah konsep stres. Beberapa kesimpulan dari konsep ini adalah:
1. Berbagai emosi berkaitan dengan berbagai pola perubahan.
2. Dalam pola ini tampak juga perbedaan individu.
3. Pola ini sedemikian nyata hingga kita dapat melihat penyakit fisik timbul dari perubahan dalam waktu yang lama.
Gangguan fisik yang berhubungan dengan faktor psikis:
1. Ulcer (sakit maag). Gangguan pada saluran pencernaan ini adalah gangguan yang sangat sering terjadi pada manusia. Gangguan ini lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita, pada taraf ekonomi rendah daripada tinggi, dan pada usia tengah umur daripada orang muda atau tua.
Ulcer ini dapat digambarkan sebagai luka yang terbuka, dengan ukuran berbeda-beda dari pangkal jarum sampai ukuran uang logam besar (diameter 2 cm). Gejala pertama adalah rasa perih yang bisa berlanjut ke rasa sakit sekali. Bila luka menjadi lebih besar dapat menimbulkan rasa muak dan muntah-muntah. Akhirnya bila pembuluh darah pecah, akan ada pendarahan di perut dan muntah yang berdarah.
Ulcer terjadi bila dinding mucus dalam usus gagal melindungi dinding itu dari cairan asam perut (gastric acid) yang biasanya menghancurkan makanan. Stres psikologis dapat menyebabkan sekresi asam ini timbul secara tidak normal. Ada orang-orang tertentu yang memiliki kecendrungan genetik atau kecendrungan pembelajaran (learned tendency) untuk berespons dengan cairan perut itu bila menghadapi stres.
2. Obesitas (kegemukan). Tingkah laku makan diatur oleh lingkaran feedback. Secara sederhana berlaku seperti ini: bila tubuh perlu makanan, tubuh mengeluarkan sinyal lapar ke otak. Kemudian bila kita makan, sinyal lain tiba di otak bahwa tubuh sudah dipuaskan dan dengan demikian kita meletakkan sendok makan kita. Ini adalah siklus yang normal. Tetapi siklus ini bisa tidak teratur dimana feedbacknya tidak sampai ke otak atau otak sudah menerima sinyal kenyang tetapi memberi respons tidak tepat (tetap makan walaupun sudah merasa kenyang).
Obesitas ini bertambah dengan bertambahnya usia dan tampak tinggi di antara mereka dari taraf sosial rendah. Obesitas ini tentunya tidak baik untuk tubuh karena meningkatkan kemungkinan gangguan pencernaan, jantung, diabetes pada masa dewasa dan kanker.
Di samping penyebab fisiologis (metabolisme yang rendah dan tentunya kebanyakan makan), ada juga penyebab psikologis bagi obesitas. Orang-orang gemuk jauh lebih responsif terhadap rangsangan makanan (rasa, bau, tampilan, jam). Didapatkan bahwa stres memiliki pengaruh besar pada pola makan seseorang hingga banyak program diet bukan saja mengurangi konsumsi makanan dan meningkatkan gerak tubuh (olah raga), tetapi juga diajarkan cara mengatasi masalah dengan efektif dan dukungan orang lain.
3. Hipertensi (tekanan darah tinggi). Hipertensi adalah gangguan yang paling sering dan paling berbahaya yang berhubungan dengan stres psikologis. Hipertensi ini tentunya berhubungan erat dengan serangan jantung dan stroke. Bila tidak ditanggulangi, hipertensi menurunkan usia seorang dari rata-rata dari 71 tahun (USA dan 65 Indonesia) menjadi antara 45 – 60 tahun.
Tekanan darah menyatakan tekanan pada dinding pembuluh darah dari darah yang didorong jantung keluar ke semua pembuluh darah. Besarnya tekanan ini tergantung dari beberapa hal tetapi yang terutama adalah menyempit atau melebarnya pembuluh darah. Jika seorang normal tekanan darahnya naik, baroreceptors memberikan info ini ke otak yang kemudian akan merilekskan dinding pembuluh darah. Pada mereka dengan tekanan darah tinggi, mekanisme ini tidak bekerja hingga pembuluh tetap sempit dan tekanan darah secara kronis tinggi.
Ada beberapa penyebab mengapa hal ini terjadi, diantaranya kelainan genetik dan kemarahan yang tertahan (direpresikan), kebencian, agresi, orang yang tidak sabaran. Beberapa penelitian mendapatkan bahwa situasi dan lingkungan yang tinggi stres juga menyebabkan orang-orang mengalami tekanan darah yang meningkat, seperti daerah taraf sosial rendah, tinggi angka pengangguran, perceraian dan kejahatan. Pribadi-pribadi tertentu juga rentan terhadap hipertensi, misalnya memiliki pola kepribadian tipe A. Mereka biasa (mungkin dari pengalaman hidup) memberi respons berlebihan terhadap stres dengan hipertensi.
4. Migren dan sakit kepala. Stres sering sudah dihubungkan sebagai penyebab dari sakit kepala, termasuk yang parah; migren. Migren berbeda dengan sakit kepala karena biasanya terasa di satu bagian kepala dan lebih intensif rasa sakitnya. Migren juga biasanya didahului oleh suatu aura, misalnya sinar berkilauan, distorsi pandangan, dll. Beda lain adalah adanya gejala-gejala yang mengikutinya seperti rasa muak, bingung, depresi dan iritasi. Sering juga migren menyebabkan orang tidak tahan terhadap suara dan sinar. Migren bisa ringan, rasa tidak nyaman saja, sampai menyebabkan seorang tidak mampu bergerak/bekerja. Migren bisa berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari lamanya dan frekuensinya bisa antara beberapa bulan sekali sampai tiap hari.
Penelitian akhir menyatakan bahwa migren adalah bentuk gangguan syaraf karena tidak berfungsinya serotonin, suatu neurotransmitter. Di samping penyebab fisiologis, penyebab psikologis, stres, juga berperan. Banyak penderita menceritakan adanya ketegangan dan kekacauan emosi sebelum timbulnya migren.
5. Asma. Penderita asma relatif banyak dan di antara anak-anak sering berhubungan dengan stres. Asma adalah gangguan sistim pernapasan. Pada saat serangan, saluran udara menyempit hingga menimbulkan batuk, bengek dan kesulitan pernapasan. Serangan ini bisa berlangsung hanya beberapa menit sampai beberapa jam. Intensitasnya juga berbeda-beda. Ada yang ringan saja, ada yang menimbulkan kejang karena saluran udara menjadi begitu sempit hingga menimbulkan rasa panik yang menakutkan dan membahayakan.
Asma dapat disebabkan karena alergi (debu, jamur, bulu binatang, dll.) atau karena gangguan pneumonia dan batuk. Tetapi ada juga penyebab psikis. Sebaliknya gangguan ini juga dapat menyebabkan masalah psikologis karena orangtua menjadi overprotective terhadap anak yang asmatik. Walaupun penyebabnya organis, masalah psikologis dapat memperparahnya.
6. Insomnia. Ini adalah gangguan yang menyebabkan orang sulit tidur. Banyak orang mengeluh sulit tidur dan hal ini dapat mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis. Ini sebabnya industri obat tidur menjadi bisnis besar. Wanita lebih banyak mengeluh tidak bisa tidur daripada pria dan keluhan ini biasanya meningkat dengan bertambahnya usia.
Ada tiga macam gangguan ini: (1) ada orang yang memerlukan waktu yang lama sekali untuk tidur, (2) ada yang mudah tertidur tetapi mudah juga bangun (berulang kali sepanjang malam), dan (3) ada pula yang mudah tidur tetapi kemudian bangun terlalu pagi ( pukul 3 atau 4 pagi) dan setelah itu tidak bisa tidur lagi. Secara normal kita semua pernah mengalaminya sekali-sekali. Istilah insomnia digunakan bila masalahnya menetap dan sebagai akibatnya fungsi sehari-hari orang tersebut terganggu: terlalu cape, iritasi, tidak mampu berkonsentrasi.
Gangguan tidur ini merupakan sumber masalah bagi orang yang mengalaminya dan sering menyebabkan anticipatory anxiety (Kecemasan yang diantisipasi). Segera seorang ingin tidur, ia mulai kuatir dan memikirkan: Apakah saya bisa tidur malam ini? Atau parah seperti kemarin? Bagaimana saya bisa bekerja kalau tiap malam tidur hanya tiga jam? Kecemasan ini menghalangi tidur dan orang tersebut akan mengalami pengalaman kemarin. Jadi terjadi lingkaran setan.
Ada berbagai penyebab insomnia: obat-obatan, alkohol, kafein, nikotin, stres dan kecemasan, penyakit fisik, gangguan psikologis, kurang gerak, lingkungan dan kebiasaan tidur yang buruk. Ada bukti-bukti bahwa orang yang sulit tidur mengalami lebih banyak gangguan psikologis daripada orang yang mudah tidur (Coursey, Buchsbaum & Frankel, 1975; Monroe, 1967).
Beberapa penderita insomnia juga mengalami masalah hypervigilance. Mereka sulit mematikan suara-suara di malam hari sementara tidur. Bila sementara tidur ada suara-suara, mereka merekamnya dan ingat bila dibangunkan. Masalahnya mungkin bukan kesulitan tidur tetapi kesulitan istirahat pada waktu tidur.
7. Kanker. Selama bertahun-tahun kanker tidak pernah dihubungkan dengan stres psikologis. Tetapi beberapa dekade terakhir, para peneliti mulai mendapatkan korelasi antara kemudahan terkena kanker dengan beberapa ciri psikologis. Dalam penelitian antara mahasiswa kedokteran (1946 – 1977), Caroline Thomas mendapatkan bahwa mereka yang terkena kanker mempunyai kecendrungan untuk menahan emosi, membatasi emosi yang kuat (entah positif ataupun negatif). Peneliti lain mendapatkan bahwa pasien kanker yang mampu mengungkapkan perasaan negatif: takut, ngeri dan marah tentang penyakit mereka, lebih banyak yang selamat dari pada mereka yang menahan emosi.
Emosi lain yang mendukung kanker adalah perasaan tanpa harapan dan tidak mampu berbuat apa-apa. Perasaan lain adalah sedih akibat kehilangan yang parah. Ini malah mungkin menjadi penyebab. Pada anak-anak yang menderita kanker sering didapatkan kehilangan hubungan yang penting setahun sebelum diagnosa.
Kita belum dapat mengatakan bahwa stres menyebabkan kanker tetapi penelitian membuktikan bahwa stres mempengaruhi kanker dengan melemahkan kemampuan sistim imun.
Apa kata Firman Allah
Apa kata Alkitab mengenai pengaruh psikologis terhadap tubuh kita? Ada banyak ayat berbicara tentang pengaruh ini, diantaranya:
• Rasa berdosa
(Maz 32:1-5) Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu! Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.
Dosa di hadapan Allah jelas akan menyebabkan gangguan psikosomatik (depresi, kehilangan gairah hidup menyebabkan kita merasa lemah dan lemas) seperti dijelaskan dalam perikop di atas. Dalam perikop di bawah ini malahan seorang dapat menjadi sakit, tersiksa dan bahkan mati karena rasa bersalah yang besar.
(Maz 107:17, 18) Ada orang-orang menjadi sakit oleh sebab kelakuan mereka yang berdosa, dan disiksa oleh sebab kesalahan-kesalahan mereka; mereka muak terhadap segala makanan dan mereka sudah sampai pada pintu gerbang maut. Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan diselamatkan-Nya mereka dari kecemasan mereka, disampaikan-Nya firman-Nya dan disembuhkan-Nya mereka, diluputkan-Nya mereka dari liang kubur.(Mat 18:34) Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.
Dalam perumpamaan pengampunan ini tampak bahwa bila kita tidak mengampuni, kita akan disiksa oleh algojo-algojo yang dapat berupa gangguan psikosomatik.
• Takut, Putus asa dan Tanpa harapan(1 Raj 19:3-5) Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana. Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku." Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: "Bangunlah, makanlah!"
Tampak bahwa nabi besar seperti Elia pun bisa mengalami depresi yang menyebabkannya menjadi lemah, ingin mati dan tidur terus hingga harus dibangunkan berkali-kali oleh malaikat.
• Jahat, pemarah
(1 Sam 25:3) Nama orang itu Nabal dan nama isterinya Abigail. Perempuan itu bijak dan cantik, tetapi laki-laki itu kasar dan jahat kelakuannya. Ia seorang keturunan Kaleb.
25 Janganlah kiranya tuanku mengindahkan Nabal, orang yang dursila itu, sebab seperti namanya demikianlah ia: Nabal namanya dan bebal orangnya. Tetapi aku, hambamu ini, tidak melihat orang-orang yang tuanku suruh.
36-38 Sampailah Abigail kepada Nabal dan tampaklah, Nabal mengadakan perjamuan di rumahnya, seperti perjamuan raja-raja. Nabal riang gembira dan mabuk sekali. Sebab itu tidaklah diceriterakan perempuan itu sepatah katapun kepadanya, sampai fajar menyingsing. Tetapi pada waktu pagi, ketika sudah hilang mabuk Nabal itu, diceriterakanlah kepadanya oleh isterinya segala perkara itu. Lalu terhentilah jantungnya dalam dada dan ia membatu. Dan kira-kira sepuluh hari sesudah itu TUHAN memukul Nabal, sehingga ia mati.
Tampak jelas di sini seorang yang berpola hidup jahat, pemarah, sewenang-wenang akan mudah terkena gangguan psikosomatik, bahkan sampai mematikan.
• Ceria dan Sukacita serta Hidup sebagai Karib Allah
Sebaliknya hati yang gembira dan penuh sukacita akan berakibat baik bagi tubuh kita, bahkan menjadi obat bagi kita.
(Ams 17:22) Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.
(Kel 23:25) Tetapi kamu harus beribadah kepada TUHAN, Allahmu; maka Ia akan memberkati roti makananmu dan air minumanmu dan Aku akan menjauhkan penyakit dari tengah-tengahmu.
Ibadah dan penyembahan kepada Allah akan membawa kesehatan kepada kita.
Bootzin, Richard R., Joan Ross Acocella, Lauren B. Alloy, Abnormal Psychology, Current Perspectives, New York: McGraw-Hill, Inc, 1993, pp. 213 – 229
Corsini, Raymond J. (ed.), Concise Encyclopedia of Psychology, New York: John Wiley & Sons, 1987, pp. 938 – 940.
Trisna, J.A, Gangguan Psikomatik, Jakarta: ITKI Jakarta, 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar